Hizbullah dan Iran Mengulur Waktu, Israel Sekarat Akibat Seribu Luka
loading...
A
A
A
BEIRUT - Pasukan Israel (IDF) mengatakan sekitar 150 roket, rudal, dan proyektil lainnya ditembakkan ke wilayahnya pada Sabtu malam dan Minggu dini hari.
Akibatnya, ribuan warga Israel berlindung di tempat perlindungan bom, sementara rumah-rumah di dekat Haifa hancur.
Israel dan Hizbullah kini telah memasuki tahap konflik yang berlangsung hampir setahun yang menurut laporan hampir menjadi perang besar.
Mengutip militer Israel, The Wall Street Journal melaporkan pada Minggu (22/9/2024) bahwa "puluhan pesawat tempur" menyerang Lebanon selatan pada Sabtu malam hingga Minggu pagi.
Menanggapi serangan terhadap perangkat komunikasi Lebanon, Hizbullah menargetkan Rafael Advanced Defense Systems milik Israel yang merupakan salah satu pengembang sistem pertahanan udara Iron Dome selama akhir pekan.
Hizbullah juga mengatakan mereka menargetkan Pangkalan Udara Ramat David milik Israel di dekat Haifa.
Michael Maloof, mantan analis kebijakan keamanan senior di Kantor Sekretaris Pertahanan, bergabung dengan The Final Countdown Sputnik pada Senin untuk membahas meningkatnya permusuhan antara Israel dan Hizbullah.
“(Mengungsikan orang adalah) masalah utama bagi pemerintah Israel. Itulah sebabnya mereka sekarang memutuskan mengesampingkan Gaza dan mulai memperluas wilayah ke utara karena mereka perlu mencoba membuka kembali wilayah utara tersebut. Karena populasi warga Israel yang semakin tidak puas, banyak dari mereka mengatakan mereka tidak akan pernah kembali. Sekarang, pemerintah Israel harus mencari tempat bagi mereka dan penempatan baru,” jelas Maloof.
Dia menekankan, “Mereka harus membayarnya dan itu menguras ekonomi Israel.”
Sepekan yang lalu, kabinet keamanan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membuat keputusan untuk memulai pemulangan penduduk ke wilayah utara Israel sebagai “tujuan perang resmi”, BBC melaporkan.
Akibatnya, ribuan warga Israel berlindung di tempat perlindungan bom, sementara rumah-rumah di dekat Haifa hancur.
Israel dan Hizbullah kini telah memasuki tahap konflik yang berlangsung hampir setahun yang menurut laporan hampir menjadi perang besar.
Mengutip militer Israel, The Wall Street Journal melaporkan pada Minggu (22/9/2024) bahwa "puluhan pesawat tempur" menyerang Lebanon selatan pada Sabtu malam hingga Minggu pagi.
Menanggapi serangan terhadap perangkat komunikasi Lebanon, Hizbullah menargetkan Rafael Advanced Defense Systems milik Israel yang merupakan salah satu pengembang sistem pertahanan udara Iron Dome selama akhir pekan.
Hizbullah juga mengatakan mereka menargetkan Pangkalan Udara Ramat David milik Israel di dekat Haifa.
Michael Maloof, mantan analis kebijakan keamanan senior di Kantor Sekretaris Pertahanan, bergabung dengan The Final Countdown Sputnik pada Senin untuk membahas meningkatnya permusuhan antara Israel dan Hizbullah.
“(Mengungsikan orang adalah) masalah utama bagi pemerintah Israel. Itulah sebabnya mereka sekarang memutuskan mengesampingkan Gaza dan mulai memperluas wilayah ke utara karena mereka perlu mencoba membuka kembali wilayah utara tersebut. Karena populasi warga Israel yang semakin tidak puas, banyak dari mereka mengatakan mereka tidak akan pernah kembali. Sekarang, pemerintah Israel harus mencari tempat bagi mereka dan penempatan baru,” jelas Maloof.
Dia menekankan, “Mereka harus membayarnya dan itu menguras ekonomi Israel.”
Sepekan yang lalu, kabinet keamanan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membuat keputusan untuk memulai pemulangan penduduk ke wilayah utara Israel sebagai “tujuan perang resmi”, BBC melaporkan.