Makna Tersembunyi Surat Pemimpin Hamas Yahya Sinwar untuk Houthi Yaman

Selasa, 17 September 2024 - 20:01 WIB
loading...
Makna Tersembunyi Surat...
Pemimpin Hamas Yahya Sinwar menyapa para pendukungnya saat tiba di pertemuan di aula di sisi laut Kota Gaza, pada 30 April 2022. Foto/AP
A A A
JALUR GAZA - Yahya Sinwar adalah pemimpin Hamas di Gaza sejak 2017, dan sejak 6 Agustus, dia telah menjadi pemimpin Hamas secara keseluruhan, menyusul pembunuhan Ismail Haniyeh oleh Israel di Teheran pada 31 Juli.

Pemilihan Sinwar sebagai pemimpin keseluruhan Hamas sendiri sarat dengan makna, yang terpenting di antaranya adalah Hamas sekarang melihat model Perlawanan Gaza sebagai inti dari misinya, keberadaannya, dan strategi masa depannya.

Namun, Sinwar belum banyak berkomunikasi sejak 6 Agustus, dan bahkan sebelumnya. Namun, dia mengeluarkan dua pesan penting: Satu dikomunikasikan secara terbuka pada 13 September, untuk berterima kasih kepada Hizbullah atas pembalasannya terhadap pembunuhan komandan tertinggi Fouad Shukr oleh Israel dan pada Senin (16/9/2024), kepada Ansarallah.

Hal ini memberi tahu kita bahwa front regional, dari sudut pandang Sinwar, penting bagi perlawanan terhadap perang Israel dan genosida di Gaza.

Lebih jauh, fakta surat-surat itu ditujukan kepada dua aktor non-negara yang kuat yang sebagian besar mewakili komunitas Syiah di wilayah masing-masing menandakan tantangan terbesar bagi keretakan Sunni-Syiah yang, dalam banyak hal, telah mendefinisikan Timur Tengah selama bertahun-tahun, terutama sejak apa yang disebut Musim Semi Arab tahun 2011.

Bahasa dalam catatan singkat itu memberi tahu kita lebih banyak lagi. Pertama, surat itu, meskipun pendek, penuh dengan wacana keagamaan dan spiritual, yang menekankan unsur keimanan yang menyatukan orang Arab dan Muslim di wilayah tersebut, termasuk, seperti yang dinyatakan di atas, komunitas Syiah dan Sunni.

Kedua, sementara Palestina tetap menjadi pusat pertempuran, referensi untuk 'bersama', 'front dukungan', dan bahasa semacam itu dimaksudkan untuk menekankan pertempuran untuk kebebasan Palestina adalah pertempuran Muslim.

Ketiga, dalam suratnya, Sinwar mendefinisikan ulang konsep persatuan Arab dan Muslim. Dalam wacana Palestina secara keseluruhan, termasuk literatur politik awal Hamas, referensi ke pemerintah Arab dan tentara Arab selalu menjadi pusat perhatian. Hal ini tidak lagi terjadi.

Artinya, Palestina tidak lagi mengandalkan perubahan mendadak arah pemerintahan Arab dan sikap resmi terhadap Gaza dan Palestina, dan Palestina siap untuk pertempuran panjang berdasarkan paradigma perlawanan alternatif yang melibatkan aktor non-negara dan peperangan non-tradisional.

Keempat, Sinwar juga membahas masalah penting mengenai kesiapan dan kesiapsiagaan Perlawanan Palestina.
“Kami telah mempersiapkan diri untuk perang atrisi berkepanjangan yang akan menghancurkan kemauan politik musuh, seperti Badai Al-Aqsa yang menghancurkan kemauan militernya,” tegas Sinwar dalam suratnya.

Mengenai poin di atas secara khusus, Sinwar berbicara tentang “kebohongan dan perang psikologis” musuh, kemungkinan besar merujuk pada klaim Israel yang berulang bahwa tentaranya telah mencapai banyak kemenangan taktis di Gaza.

Poin ini juga penting sebagai pesan dari Hamas kepada seluruh front Perlawanan bahwa mereka juga diharapkan membangun strategi jangka panjang dan juga mempersiapkan diri untuk perang atrisi berkepanjangan melawan Israel di tingkat regional.

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1582 seconds (0.1#10.140)