Terpilihnya Trump sebagai Presiden AS Dapat Perburuk Perlambatan Ekonomi China
loading...
A
A
A
"Selain itu, dampak yang masih ada dari ketenagakerjaan dan belanja modal yang lebih lemah juga akan membebani ekonomi domestik," kata UBS.
Masalah China tentu akan memburuk karena negara-negara lain juga mempertimbangkan tarif seperti AS untuk impor China.
“China akan merasa kesulitan untuk mempertahankan pertumbuhan ekspor 15-20 persen yang dibutuhkan untuk menggunakan kelebihan kapasitasnya. Kondisi eksternal sedang berubah, karena AS tidak sendirian dalam mengenakan tarif. Uni Eropa dan beberapa pasar berkembang berencana, atau mungkin sudah menerapkan, tarif secara selektif pada impor dari China,” kata Chetan Ahya, kepala Ekonom Asia di Morgan Stanley.
Pendekatan Trump terhadap aspek politik mungkin tidak jelas, tetapi dia tidak ambigu dalam pendekatan ekonominya terhadap China, kata Nancy Qian, Profesor Ekonomi di Universitas Northwestern.
“Jika mantan Presiden AS Donald Trump kembali ke Gedung Putih, dia kemungkinan akan mengenakan tarif besar-besaran terhadap China. Kedua negara adalah pesaing, dan Amerika harus menang,” tuturnya.
Namun Trump tahu bahwa tarif pada impor China juga akan memberinya keuntungan politik. “Saya kebetulan sangat percaya pada tarif karena saya pikir tarif memberi Anda dua hal: Tarif memberi Anda keuntungan ekonomi, tetapi juga memberi Anda keuntungan politik,” sebut Trump beberapa waktu lalu.
China pasti merasa “sangat frustrasi" karena tidak memiliki kemampuan untuk melawan kebijakan Trump bahkan setelah eskalasi dengan AS terus berlanjut di berbagai bidang, kata Yun Sun, seorang peneliti nonresiden di John L Thornton China Centre di Brookings Institution.
"Ketidakpastian Trump dan penggunaan tekanan maksimumnya akan menempatkan China dalam posisi yang sangat sulit. Masa jabatan Trump kedua kemungkinan besar akan memperlihatkan sikap AS yang lebih keras terhadap perdagangan dan hubungan ekonomi dengan China, yang mengarah pada pemisahan lebih lanjut kedua ekonomi," paparnya.
Sekarang, Wakil Presiden AS Kamala Harris telah menggantikan Biden sebagai kandidat presiden dari Partai Demokrat untuk melawan Trump. Dalam pertempuran kedua Trump, China tetap menjadi topik hangat dalam kampanye pemilu AS 2024.
Masalah China tentu akan memburuk karena negara-negara lain juga mempertimbangkan tarif seperti AS untuk impor China.
“China akan merasa kesulitan untuk mempertahankan pertumbuhan ekspor 15-20 persen yang dibutuhkan untuk menggunakan kelebihan kapasitasnya. Kondisi eksternal sedang berubah, karena AS tidak sendirian dalam mengenakan tarif. Uni Eropa dan beberapa pasar berkembang berencana, atau mungkin sudah menerapkan, tarif secara selektif pada impor dari China,” kata Chetan Ahya, kepala Ekonom Asia di Morgan Stanley.
Pendekatan Trump terhadap aspek politik mungkin tidak jelas, tetapi dia tidak ambigu dalam pendekatan ekonominya terhadap China, kata Nancy Qian, Profesor Ekonomi di Universitas Northwestern.
“Jika mantan Presiden AS Donald Trump kembali ke Gedung Putih, dia kemungkinan akan mengenakan tarif besar-besaran terhadap China. Kedua negara adalah pesaing, dan Amerika harus menang,” tuturnya.
Namun Trump tahu bahwa tarif pada impor China juga akan memberinya keuntungan politik. “Saya kebetulan sangat percaya pada tarif karena saya pikir tarif memberi Anda dua hal: Tarif memberi Anda keuntungan ekonomi, tetapi juga memberi Anda keuntungan politik,” sebut Trump beberapa waktu lalu.
China pasti merasa “sangat frustrasi" karena tidak memiliki kemampuan untuk melawan kebijakan Trump bahkan setelah eskalasi dengan AS terus berlanjut di berbagai bidang, kata Yun Sun, seorang peneliti nonresiden di John L Thornton China Centre di Brookings Institution.
"Ketidakpastian Trump dan penggunaan tekanan maksimumnya akan menempatkan China dalam posisi yang sangat sulit. Masa jabatan Trump kedua kemungkinan besar akan memperlihatkan sikap AS yang lebih keras terhadap perdagangan dan hubungan ekonomi dengan China, yang mengarah pada pemisahan lebih lanjut kedua ekonomi," paparnya.
Harris atau Trump?
Sekarang, Wakil Presiden AS Kamala Harris telah menggantikan Biden sebagai kandidat presiden dari Partai Demokrat untuk melawan Trump. Dalam pertempuran kedua Trump, China tetap menjadi topik hangat dalam kampanye pemilu AS 2024.