Militer Ukraina Dituding Menahan Warga Sipil Rusia di Kamp Konsentrasi

Jum'at, 13 September 2024 - 18:45 WIB
loading...
Militer Ukraina Dituding...
Dalam foto yang dirilis Kementerian Pertahanan Rusia pada Jumat, 13 September 2024, seorang tentara Rusia menembakkan howitzer Msta-B ke arah posisi Ukraina di wilayah perbatasan Rusia-Ukraina di wilayah Kursk, Rusia. Foto/Kemhan Rusia/AP
A A A
MOSKOW - Pasukan Ukraina di Wilayah Kursk Rusia telah mengumpulkan warga sipil setempat dan menempatkan mereka di "sesuatu seperti kamp konsentrasi".

RIA Novosti melaporkan hal itu pada Kamis (12/9/2024), mengutip laporan Kementerian Luar Negeri Rusia.

Ketika pasukan Ukraina melancarkan serangan ke Wilayah Kursk bulan lalu, ribuan warga sipil dievakuasi atau mereka sendiri melarikan diri lebih dalam ke jantung wilayah Rusia.

Namun, beberapa orang, termasuk orang tua dan mereka yang cacat, tidak dapat pergi, dan permukiman mereka berada di bawah kendali Ukraina.

Menurut laporan baru yang dilihat RIA Novosti, mereka yang tertinggal menjadi sasaran metode penahanan yang identik dengan Perang Dunia II.

"Di sejumlah wilayah yang dikuasai oleh militan, sesuatu seperti 'kamp konsentrasi' dibuat, di mana warga sipil yang tidak ingin atau tidak dapat meninggalkan wilayah yang direbut oleh musuh dipaksa masuk," ungkap laporan itu, menurut RIA Novosti.

Klaim ini didasarkan pada laporan saksi mata yang dikumpulkan Palang Merah Rusia di Kursk. Dari mereka yang ditahan, antara 70 dan 100 orang dibawa ke satu sekolah di Sudzha, tempat terjadinya beberapa pertempuran paling sengit.

Sesampainya di sana, mereka menjadi sasaran pelecehan psikologis dan dipertontonkan kepada wartawan asing, klaim RIA Novosti.

"Para wartawan ini tidak hanya melanggar batas wilayah Federasi Rusia secara ilegal, mereka melakukannya sebagai bagian dari unit hukuman paramiliter Angkatan Bersenjata Ukraina," papar laporan itu.

Laporan itu menambahkan, "Tujuan mereka adalah dengan sengaja memutarbalikkan kejadian sebenarnya, menciptakan latar belakang media yang menguntungkan bagi tindakan Angkatan Bersenjata Ukraina di Wilayah Kursk dan menyembunyikan informasi tentang kejahatan teroris terhadap warga sipil."

Pihak berwenang Rusia telah mengajukan tuntutan pidana terhadap wartawan Italia dan Amerika Serikat (AS) yang memasuki Kursk bersama pasukan Ukraina dan mewawancarai warga sipil di Sudzha.

Komandan Ukraina memerintahkan penyerbuan Kursk dalam upaya memaksa Rusia menarik pasukan dari garis depan dekat Donetsk, menurut panglima tertinggi Angkatan Bersenjata Ukraina, Kolonel Jenderal Aleksandr Syrsky, bulan lalu.

Namun, Syrsky mengatakan pertaruhan itu tidak membuahkan hasil, dan pasukan Rusia sejak itu telah menggandakan upaya mereka di Donetsk dan merebut beberapa permukiman yang sebelumnya dikuasai pasukan Ukraina.

Kemajuan Ukraina di Kursk dengan cepat dihentikan. Setelah beberapa pekan serangan dari pasukan darat dan udara Rusia, Ukraina telah kehilangan lebih dari 12.500 personel, 101 tank, dan ratusan kendaraan lapis baja, menurut angka terbaru dari Kementerian Pertahanan Rusia.

Dalam pernyataan pada Kamis, kementerian tersebut mengatakan pasukan Rusia telah membebaskan sepuluh desa di dekat perbatasan Ukraina dalam 48 jam sebelumnya, dan menangkis beberapa serangan balik.

Meskipun menderita banyak korban dan gagal meredakan tekanan di garis depan Donetsk, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengklaim pada Kamis bahwa "semuanya berjalan sesuai dengan rencana Ukraina kami" untuk mengalahkan Rusia.

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1014 seconds (0.1#10.140)