Program Relokasi Paksa China Cenderung Miskinkan Warga Tibet

Rabu, 11 September 2024 - 16:17 WIB
loading...
A A A
Lebih berbahaya lagi, relokasi ini berfungsi sebagai bentuk "rekayasa demografi”, yang secara permanen mengubah populasi wilayah yang disengketakan untuk memperkuat klaim teritorial China.

Hilangnya Kemandirian Ekonomi


Namun bagi warga Tibet, relokasi ini sering kali menyebabkan kesulitan ekonomi dan dislokasi budaya. Penggembala nomaden tradisional terpaksa menjual hewan ternak dan meninggalkan padang rumput mereka.

Petani dipindahkan dari ladang leluhur mereka. Di rumah baru mereka, banyak yang berjuang untuk mencari pekerjaan atau memenuhi kebutuhan hidup.

Sebuah dokumen pemerintah daerah yang ditinjau oleh The New York Times mengindikasikan beberapa penduduk desa mungkin menerima sekitar 20.000 yuan (kurang dari USD3.000) per tahun untuk relokasi.

Beberapa mendapatkan penghasilan tambahan dari pekerjaan patroli perbatasan. Namun bagi banyak orang, relokasi berarti hilangnya kemandirian ekonomi sepenuhnya.



Kebijakan relokasi China tampaknya tidak hanya mengendalikan populasi Tibet, tetapi juga secara mendasar membentuk kembali masyarakat dan budaya Tibet.

Kehidupan beragama jelas tidak ada di permukiman baru. Tidak ada biara atau kuil Buddha yang dapat ditemukan.

Sebaliknya, desa-desa didominasi oleh simbol-simbol negara China—bendera nasional dan potret Presiden Xi Jinping menghiasi dinding dan tiang lampu di seluruh desa.

Penghapusan budaya ini bukanlah suatu kebetulan. Pema mengatakan program relokasi berfungsi sebagai propaganda, sebuah pertunjukan kekuatan dan keunggulan China di wilayah tersebut.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1323 seconds (0.1#10.140)