Menlu Safadi Peringatkan Israel: Gusur Warga Palestina ke Yordania Berarti Deklarasi Perang!
loading...
A
A
A
AMMAN - Menteri Luar Negeri (Menlu) Yordania Ayman Safadi memperingatkan Israel bahwa setiap upaya menggusur warga Palestina dari Tepi Barat ke Yordania berarti deklarasi perang.
Dalam konferensi pers bersama dengan Menlu Jerman Annalena Baerbock pada Kamis, Safadi mengatakan Yordania menolak klaim Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenai Koridor Philadelphia dan perbatasan dengan Yordania.
Dia juga menyerukan penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza.
"Kami telah menyatakan bahwa kami tidak akan menerima pendekatan apa pun yang memperlakukan Gaza sebagai entitas yang terpisah dari Tepi Barat," kata Safadi, seperti dikutip dari Roya News, Jumat (6/9/2024).
"Kami mendukung inisiatif menyeluruh dengan aspek politik dan keamanan untuk mencegah tragedi di masa mendatang di kawasan tersebut," ujarnya.
Safadi memperingatkan Israel bahwa upaya untuk menggusur warga Palestina dari Tepi Barat ke Yordania adalah "garis merah" bagi kerajaan.
Safadi mengatakan Yordania sedang mempersiapkan berkas hukum tentang serangan Israel ke tempat-tempat suci di Yerusalem yang diduduki, meskipun dia tidak menyebutkan kepada entitas mana berkas tersebut akan diserahkan.
Dia mendesak masyarakat internasional untuk bertindak sebelum situasi memanas di Tepi Barat.
"Israel sedang melancarkan perang lagi," katanya, mengacu pada eskalasi Israel di Tepi Barat.
"Netanyahu dan pemerintahannya mendorong terjadinya ledakan situasi di seluruh wilayah."
"Tindakan Israel di lapangan telah membunuh semua peluang untuk mencapai perdamaian yang adil", imbuh Safadi, yang menambahkan bahwa menghentikan agresi di Gaza dan eskalasi di Tepi Barat adalah "langkah pertama untuk mencegah situasi di wilayah tersebut semakin memburuk.
Sekedar diketahui, militer Israel telah melancarkan operasi militer terbesarnya di Tepi Barat utara dalam dua dekade pada 28 Agustus, menewaskan sedikitnya 39 warga Palestina dan menyebabkan kerusakan besar di daerah tersebut.
Ketegangan telah meningkat di seluruh Tepi Barat yang diduduki saat pasukan Israel terus maju dengan serangan brutalnya di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 40.800 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023.
Setidaknya 691 orang telah tewas dan lebih dari 5.700 orang terluka akibat tembakan pasukan Israel di Tepi Barat, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Eskalasi ini menyusul pendapat penting oleh Mahkamah Internasional pada 19 Juli yang menyatakan pendudukan Israel selama puluhan tahun atas tanah Palestina adalah melanggar hukum dan menuntut evakuasi semua permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Dalam konferensi pers bersama dengan Menlu Jerman Annalena Baerbock pada Kamis, Safadi mengatakan Yordania menolak klaim Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenai Koridor Philadelphia dan perbatasan dengan Yordania.
Dia juga menyerukan penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza.
"Kami telah menyatakan bahwa kami tidak akan menerima pendekatan apa pun yang memperlakukan Gaza sebagai entitas yang terpisah dari Tepi Barat," kata Safadi, seperti dikutip dari Roya News, Jumat (6/9/2024).
"Kami mendukung inisiatif menyeluruh dengan aspek politik dan keamanan untuk mencegah tragedi di masa mendatang di kawasan tersebut," ujarnya.
Safadi memperingatkan Israel bahwa upaya untuk menggusur warga Palestina dari Tepi Barat ke Yordania adalah "garis merah" bagi kerajaan.
Safadi mengatakan Yordania sedang mempersiapkan berkas hukum tentang serangan Israel ke tempat-tempat suci di Yerusalem yang diduduki, meskipun dia tidak menyebutkan kepada entitas mana berkas tersebut akan diserahkan.
Dia mendesak masyarakat internasional untuk bertindak sebelum situasi memanas di Tepi Barat.
"Israel sedang melancarkan perang lagi," katanya, mengacu pada eskalasi Israel di Tepi Barat.
"Netanyahu dan pemerintahannya mendorong terjadinya ledakan situasi di seluruh wilayah."
"Tindakan Israel di lapangan telah membunuh semua peluang untuk mencapai perdamaian yang adil", imbuh Safadi, yang menambahkan bahwa menghentikan agresi di Gaza dan eskalasi di Tepi Barat adalah "langkah pertama untuk mencegah situasi di wilayah tersebut semakin memburuk.
Sekedar diketahui, militer Israel telah melancarkan operasi militer terbesarnya di Tepi Barat utara dalam dua dekade pada 28 Agustus, menewaskan sedikitnya 39 warga Palestina dan menyebabkan kerusakan besar di daerah tersebut.
Ketegangan telah meningkat di seluruh Tepi Barat yang diduduki saat pasukan Israel terus maju dengan serangan brutalnya di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 40.800 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023.
Setidaknya 691 orang telah tewas dan lebih dari 5.700 orang terluka akibat tembakan pasukan Israel di Tepi Barat, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Eskalasi ini menyusul pendapat penting oleh Mahkamah Internasional pada 19 Juli yang menyatakan pendudukan Israel selama puluhan tahun atas tanah Palestina adalah melanggar hukum dan menuntut evakuasi semua permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
(mas)