Agustus Kelam, Militer Israel Diperingatkan Tenggelam dalam Lumpur Gaza
loading...
A
A
A
JALUR GAZA - Militer Israel berada di ambang “tenggelam dalam lumpur Gaza,” menurut analis Israel Avi Ashkenazi dalam laporan yang diterbitkan harian Maariv pada Kamis (29/8/2024).
“Pada Agustus yang kelam ini, 15 tentara Israel tewas dalam pertempuran di Gaza dan utara (front Lebanon). Ini adalah harga dari perang yang melelahkan,” ungkap pernyataan laporan tersebut.
Ashkenazi juga mencatat, “Bulan Agustus akan dikenang sebagai salah satu bulan paling berdarah.”
Jurnalis Israel itu juga mengkritik ambisi Israel untuk “mempertahankan Koridor Philadelphia dan poros Netzarim, yang tetap menjadi pokok pertikaian utama dalam negosiasi yang sedang berlangsung.”
Ini terjadi satu hari sebelum keputusan resmi oleh kabinet Israel untuk mempertahankan kendali atas jalur tanah sepanjang 14 kilometer yang memisahkan Gaza dari Mesir.
“Setiap keputusan keamanan harus dibayar dengan darah,” lanjut Ashkenazi, menekankan, “dalam beberapa pekan, musim akan berubah, dan hujan akan turun.”
“Sebelum kita tenggelam dalam lumpur, mari kita berhenti sejenak,” papar analis Israel itu memperingatkan, seraya menambahkan, mendorong para pemimpin Israel untuk “mempertimbangkan alternatif keamanan untuk mengakhiri negosiasi, membebaskan para sandera, dan menghentikan tembakan.”
Perkataan Ashkenazi menggemakan sentimen yang telah diungkapkan purnawirawan Jenderal Israel Yitzhak Brick dalam artikel yang diterbitkan di surat kabar Israel Haaretz pada tanggal 22 Agustus.
Dikenal di Israel sebagai ‘Nabi Murka’ karena prediksinya yang akurat tentang serangan oleh ribuan pejuang Palestina terhadap permukiman di dekat Jalur Gaza, Brick menyatakan situasinya mengerikan.
Dia memperingatkan, Israel dapat menghadapi keruntuhan dalam waktu satu tahun jika perang gesekan yang sedang berlangsung melawan gerakan Palestina Hamas dan Hizbullah Lebanon terus berlanjut.
“Pada Agustus yang kelam ini, 15 tentara Israel tewas dalam pertempuran di Gaza dan utara (front Lebanon). Ini adalah harga dari perang yang melelahkan,” ungkap pernyataan laporan tersebut.
Ashkenazi juga mencatat, “Bulan Agustus akan dikenang sebagai salah satu bulan paling berdarah.”
Jurnalis Israel itu juga mengkritik ambisi Israel untuk “mempertahankan Koridor Philadelphia dan poros Netzarim, yang tetap menjadi pokok pertikaian utama dalam negosiasi yang sedang berlangsung.”
Ini terjadi satu hari sebelum keputusan resmi oleh kabinet Israel untuk mempertahankan kendali atas jalur tanah sepanjang 14 kilometer yang memisahkan Gaza dari Mesir.
“Setiap keputusan keamanan harus dibayar dengan darah,” lanjut Ashkenazi, menekankan, “dalam beberapa pekan, musim akan berubah, dan hujan akan turun.”
“Sebelum kita tenggelam dalam lumpur, mari kita berhenti sejenak,” papar analis Israel itu memperingatkan, seraya menambahkan, mendorong para pemimpin Israel untuk “mempertimbangkan alternatif keamanan untuk mengakhiri negosiasi, membebaskan para sandera, dan menghentikan tembakan.”
Lebih Dalam ke Lumpur Gaza
Perkataan Ashkenazi menggemakan sentimen yang telah diungkapkan purnawirawan Jenderal Israel Yitzhak Brick dalam artikel yang diterbitkan di surat kabar Israel Haaretz pada tanggal 22 Agustus.
Dikenal di Israel sebagai ‘Nabi Murka’ karena prediksinya yang akurat tentang serangan oleh ribuan pejuang Palestina terhadap permukiman di dekat Jalur Gaza, Brick menyatakan situasinya mengerikan.
Dia memperingatkan, Israel dapat menghadapi keruntuhan dalam waktu satu tahun jika perang gesekan yang sedang berlangsung melawan gerakan Palestina Hamas dan Hizbullah Lebanon terus berlanjut.