Pembantaian Haditha, Kejahatan Perang Besar AS di Irak yang Tak Ingin Dilihat Dunia
loading...
A
A
A
New Yorker mengantisipasi bahwa pemerintah akan menegklaim bahwa rilis foto-foto itu akan merugikan anggota keluarga korban yang masih hidup. Jaksa militer telah mengajukan argumen ini setelah persidangan anggota Korps Marinir terdakwa terakhir.
Saat New Yorker berjuang dengan militer untuk mendapatkan foto-foto tersebut, seorang kolega tim media itu pergi ke Irak untuk bertemu dengan anggota keluarga korban pembantaian. Mereka menceritakan apa yang terjadi pada tanggal 19 November 2005, dan upaya mereka untuk mencari keadilan, yang semuanya gagal.
"Saya yakin ini adalah tugas kami untuk mengatakan kebenaran," kata Khalid Salman Raseef, seorang pengacara yang kehilangan 15 anggota keluarganya hari itu, yang dilansir New Yorker, Kamis (28/8/2024).
Pria lain, Khalid Jamal, berusia 14 tahun saat ayah dan pamannya terbunuh. Dia mengatakan bahwa dia telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk bertanya-tanya apa yang terjadi di saat-saat terakhir anggota keluarganya.
"Apakah mereka meninggal seperti orang pemberani? Apakah mereka takut?" katanya. "Saya ingin tahu detailnya."
New Yorker bertanya kepada kedua pria itu apakah mereka akan membantu tim mereka mendapatkan foto-foto anggota keluarga mereka yang telah meninggal. Mereka setuju, dan tim itu menjalin kerja sama yang tidak biasa—jurnalis Amerika dan dua pria Irak yang anggota keluarganya telah terbunuh, bekerja sama untuk mengungkap rahasia militer.
New Yorker dengan pengacara yang mewakili dalam tuntutan hukum terhadap militer menyusun formulir yang dapat ditandatangani oleh anggota keluarga yang masih hidup, yang menunjukkan bahwa mereka ingin kami memiliki foto-foto tersebut. Raseef dan Jamal menawarkan untuk membawa formulir tersebut ke anggota keluarga lainnya.
Kedua pria itu mendatangi rumah ke rumah di Haditha, menjelaskan laporan New Yorker dan apa yang sedang tim tersebut coba lakukan.
Di satu rumah, Jamal memberi tahu ayah salah satu pria yang terbunuh saat mencoba pergi ke Baghdad, "Tentu saja, saya salah satu dari kalian," katanya.
Jamal memintanya untuk menandatangani formulir tersebut, dengan mengatakan, "Hal-hal yang terjadi dalam pembantaian itu akan terungkap."
Saat New Yorker berjuang dengan militer untuk mendapatkan foto-foto tersebut, seorang kolega tim media itu pergi ke Irak untuk bertemu dengan anggota keluarga korban pembantaian. Mereka menceritakan apa yang terjadi pada tanggal 19 November 2005, dan upaya mereka untuk mencari keadilan, yang semuanya gagal.
"Saya yakin ini adalah tugas kami untuk mengatakan kebenaran," kata Khalid Salman Raseef, seorang pengacara yang kehilangan 15 anggota keluarganya hari itu, yang dilansir New Yorker, Kamis (28/8/2024).
Pria lain, Khalid Jamal, berusia 14 tahun saat ayah dan pamannya terbunuh. Dia mengatakan bahwa dia telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk bertanya-tanya apa yang terjadi di saat-saat terakhir anggota keluarganya.
"Apakah mereka meninggal seperti orang pemberani? Apakah mereka takut?" katanya. "Saya ingin tahu detailnya."
New Yorker bertanya kepada kedua pria itu apakah mereka akan membantu tim mereka mendapatkan foto-foto anggota keluarga mereka yang telah meninggal. Mereka setuju, dan tim itu menjalin kerja sama yang tidak biasa—jurnalis Amerika dan dua pria Irak yang anggota keluarganya telah terbunuh, bekerja sama untuk mengungkap rahasia militer.
New Yorker dengan pengacara yang mewakili dalam tuntutan hukum terhadap militer menyusun formulir yang dapat ditandatangani oleh anggota keluarga yang masih hidup, yang menunjukkan bahwa mereka ingin kami memiliki foto-foto tersebut. Raseef dan Jamal menawarkan untuk membawa formulir tersebut ke anggota keluarga lainnya.
Kedua pria itu mendatangi rumah ke rumah di Haditha, menjelaskan laporan New Yorker dan apa yang sedang tim tersebut coba lakukan.
Di satu rumah, Jamal memberi tahu ayah salah satu pria yang terbunuh saat mencoba pergi ke Baghdad, "Tentu saja, saya salah satu dari kalian," katanya.
Jamal memintanya untuk menandatangani formulir tersebut, dengan mengatakan, "Hal-hal yang terjadi dalam pembantaian itu akan terungkap."