Analis: Filipina Akan Jadi Target Jika AS dan China Perang Nuklir
loading...
A
A
A
Beleno mendesak Manila untuk "menahan diri dari memihak" dalam bentrokan raksasa nuklir yang mengancam tersebut.
"Jika ada pihak yang bisa kami pilih, itu adalah pihak perdamaian," katanya.
“Jika Anda menggunakan senjata nuklir, senjata itu tidak hanya akan menghantam musuh Anda, tetapi juga akan menghancurkan kami semua.”
Joshua Espena, peneliti tetap dan wakil presiden lembaga think tank International Development and Security Cooperation, mengatakan jika terjadi pertikaian nuklir, China kemungkinan akan melancarkan serangkaian serangan taktis terhadap target militer utama di Filipina seperti fasilitas, landasan pacu, dan galangan kapal.
“Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) kemungkinan akan memasang umpan pada sinyal yang diterima dalam liputan intelijen, pengawasan, dan pengintaian aliansi,” kata Espeña kepada This Week in Asia.
“Jadi, Manila perlu memperkuat ISR, kemampuan peperangan elektronik, sistem pertahanan udara dengan amunisi yang cukup.”
Tantangannya, jelasnya, adalah mencegat senjata nuklir taktis ini di tengah penerbangan, mengingat jangkauan terbatas Sistem Senjata Kemampuan Jarak Menengah (MRC) militer AS.
Espeña mendesak angkatan bersenjata Filipina untuk memperkuat sistem pertahanan udara khusus mereka sendiri dengan persediaan amunisi yang kuat dan kemampuan peperangan elektronik yang canggih.
“Kami tidak bisa hanya mengandalkan MRC,” katanya.
“Militer Filipina juga harus memiliki sistem pertahanan udara yang memiliki persediaan amunisi yang signifikan. Selain itu, kemampuan peperangan elektronik sangat penting untuk melumpuhkan kemampuan penargetan mereka meskipun mereka memiliki keunggulan jangkauan," paparnya.
"Jika ada pihak yang bisa kami pilih, itu adalah pihak perdamaian," katanya.
“Jika Anda menggunakan senjata nuklir, senjata itu tidak hanya akan menghantam musuh Anda, tetapi juga akan menghancurkan kami semua.”
Joshua Espena, peneliti tetap dan wakil presiden lembaga think tank International Development and Security Cooperation, mengatakan jika terjadi pertikaian nuklir, China kemungkinan akan melancarkan serangkaian serangan taktis terhadap target militer utama di Filipina seperti fasilitas, landasan pacu, dan galangan kapal.
“Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) kemungkinan akan memasang umpan pada sinyal yang diterima dalam liputan intelijen, pengawasan, dan pengintaian aliansi,” kata Espeña kepada This Week in Asia.
“Jadi, Manila perlu memperkuat ISR, kemampuan peperangan elektronik, sistem pertahanan udara dengan amunisi yang cukup.”
Tantangannya, jelasnya, adalah mencegat senjata nuklir taktis ini di tengah penerbangan, mengingat jangkauan terbatas Sistem Senjata Kemampuan Jarak Menengah (MRC) militer AS.
Espeña mendesak angkatan bersenjata Filipina untuk memperkuat sistem pertahanan udara khusus mereka sendiri dengan persediaan amunisi yang kuat dan kemampuan peperangan elektronik yang canggih.
“Kami tidak bisa hanya mengandalkan MRC,” katanya.
“Militer Filipina juga harus memiliki sistem pertahanan udara yang memiliki persediaan amunisi yang signifikan. Selain itu, kemampuan peperangan elektronik sangat penting untuk melumpuhkan kemampuan penargetan mereka meskipun mereka memiliki keunggulan jangkauan," paparnya.