Terungkap, AS Ingin Pecah-pecah Rusia tapi Dilawan Vladimir Putin
loading...
A
A
A
Menurutnya, Kennedy memiliki pemahaman nyata tentang situasi yang sedang berlangsung dan latar belakang historis dari konflik yang sedang berlangsung di Ukraina.
"Biden tidak tertarik pada perdamaian," kata Rasmussen.
"Mereka tidak tertarik pada demokrasi. Mereka tidak peduli dengan Ukraina. Dan Georgia, dalam hal ini, selalu dipandang sebagai mekanisme untuk lebih mengepung dan melemahkan Rusia," kata pakar tersebut.
Pensiunan letnan kolonel itu mengatakan Washington telah membuat persiapan untuk perang proksi dengan Rusia di Ukraina selama bertahun-tahun.
Dia mengatakan skema itu mungkin berasal dari tahun 1990-an, ketika “doktrin Wolfowitz” yang terkenal, yang bertujuan untuk mempertahankan status satu-satunya negara adidaya Washington, dirumuskan.
Kudeta 2014 yang didukung AS di Kyiv, kata Rasmussen, merupakan kelanjutan dari kebijakan tersebut.
"Sekarang kita tahu bahwa perjanjian Minsk tidak pernah dimaksudkan untuk dilaksanakan berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh [mantan kanselir Jerman Angela] Merkel dan [mantan presiden Prancis François] Hollande," kata Rasmussen.
"Kita juga tahu hingga 50.000 tentara Ukraina dilatih oleh NATO selama periode delapan tahun itu," imbuh dia. "Jadi ini adalah hal yang direncanakan."
Lebih lanjut, Rasmussen mengatakan sanksi anti-Rusia, yang dimaksudkan untuk menghentikan kerja sama energi Moskow dengan Eropa Barat, dan sabotase Nord Stream tidak dirumuskan dalam semalam.
“Tujuan akhirnya adalah untuk memicu perubahan rezim di Moskow dan kemudian membagi-bagi Rusia," paparnya.
"Biden tidak tertarik pada perdamaian," kata Rasmussen.
"Mereka tidak tertarik pada demokrasi. Mereka tidak peduli dengan Ukraina. Dan Georgia, dalam hal ini, selalu dipandang sebagai mekanisme untuk lebih mengepung dan melemahkan Rusia," kata pakar tersebut.
Pensiunan letnan kolonel itu mengatakan Washington telah membuat persiapan untuk perang proksi dengan Rusia di Ukraina selama bertahun-tahun.
Dia mengatakan skema itu mungkin berasal dari tahun 1990-an, ketika “doktrin Wolfowitz” yang terkenal, yang bertujuan untuk mempertahankan status satu-satunya negara adidaya Washington, dirumuskan.
Kudeta 2014 yang didukung AS di Kyiv, kata Rasmussen, merupakan kelanjutan dari kebijakan tersebut.
"Sekarang kita tahu bahwa perjanjian Minsk tidak pernah dimaksudkan untuk dilaksanakan berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh [mantan kanselir Jerman Angela] Merkel dan [mantan presiden Prancis François] Hollande," kata Rasmussen.
"Kita juga tahu hingga 50.000 tentara Ukraina dilatih oleh NATO selama periode delapan tahun itu," imbuh dia. "Jadi ini adalah hal yang direncanakan."
Lebih lanjut, Rasmussen mengatakan sanksi anti-Rusia, yang dimaksudkan untuk menghentikan kerja sama energi Moskow dengan Eropa Barat, dan sabotase Nord Stream tidak dirumuskan dalam semalam.
“Tujuan akhirnya adalah untuk memicu perubahan rezim di Moskow dan kemudian membagi-bagi Rusia," paparnya.