Pasca Teken Kesepakatan dengan AS, Serangan Taliban Semakin Menggila

Sabtu, 02 Mei 2020 - 05:16 WIB
loading...
Pasca Teken Kesepakatan dengan AS, Serangan Taliban Semakin Menggila
Foto/Ilustrasi/Sindonews
A A A
KABUL - Taliban telah melakukan lebih dari 4.500 serangan di Afghanistan dalam 45 hari sejak menandatangani kesepakatan dengan Amerika Serikat (AS) yang membuka jalan untuk penarikan pasukan asing. Ini mendandai peningkatan tajam dalam aksi kekerangan menurut data yang diperoleh Reuters.

Dua set data, satu dari sumber militer Barat dan satu dari badan independen, keduanya menunjukkan serangan oleh kelompok Islam garis keras itu naik lebih dari 70 persen antara 1 Maret dan 15 April dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Secara terpisah, data pemerintah Afghanistan menunjukkan bahwa lebih dari 900 pasukan lokal dan nasional Afghanistan terbunuh selama periode yang sama, naik dari sekitar 520 tahun sebelumnya.

Sementara itu, korban dari pihak Taliban turun menjadi 610 pada periode yang sama, turun dari sekitar 1.660 dibanding setahun yang lalu. Hal ini dikarenakan pasukan AS dan Afghanistan telah mengurangi jumlah serangan ofensif dan serangan udara setelah kesepakatan AS-Taliban diteken.

Pejabat senior Barat, Afghanistan, dan independen yang melacak situasi di lapangan mengatakan bahwa peningkatan serangan menunjukkan kelompok pemberontak sengaja mengabaikan janji untuk mengurangi kekerasan yang dibuat sebagai bagian dari perjanjian yang ditandatangani pada akhir Februari lalu.

Di Washington, juru bicara Pentagon Jonathan Hoffman mengatakan kepada wartawan bahwa sementara Taliban telah menaati komitmen dalam kesepakatan 29 Februari untuk tidak melancarkan serangan terhadap pasukan koalisi pimpinan AS atau kota-kota besar, tingkat kekerasan militan sangat tinggi dan tidak kondusif untuk solusi diplomatik.

"Kami terus melakukan serangan defensif untuk membantu mempertahankan mitra kami di daerah dan kami akan terus melakukan itu," ujar Hoffman seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (2/5/2020).

Kekerasan di negara yang dirusak perang itu bertepatan dengan penyebaran infeksi virus Corona yang cepat.

"Pejuang Taliban tidak mengenai pusat atau kota besar pemerintah, mereka berfokus pada desa-desa di provinsi Herat, Kabul, Kandahar dan Balkh yang telah melaporkan jumlah kasus virus corona terbanyak," kata seorang pejabat senior keamanan Barat yang tidak bersedia disebutkan namanya.

Para pejabat keamanan Barat, diplomat dan pengamat internasional mengatakan strategi Taliban untuk perlahan-lahan mengikis kendali pemerintah atas daerah pedesaan dan kemudian memposisikan diri mereka untuk mengepung kota-kota selama pandemi itu dapat menggagalkan kesepakatan damai.

"Mereka secara perlahan mengelilingi semua kota-kota besar Afghanistan," kata Jonathan Schroden, seorang ahli di Pusat Analisis Angkatan Laut yang telah memberikan penilaian tentang situasi keamanan di Afghanistan kepada militer dan Kongres AS.

"Jadi itu hanya masalah waktu sebelum mereka mendapatkan kesepakatan yang memuaskan bagi mereka atau mereka membuat kota-kota besar dikepung," imbuhnya.

Dua juru bicara Taliban mengatakan kelompok itu tidak bertanggung jawab atas sebagian besar serangan dalam beberapa pekan terakhir. Mereka balik menuduh AS membahayakan perjanjian damai dengan mendukung pasukan keamanan Afghanistan dan tidak membebaskan 5.000 tahanan Taliban sebagai bagian dari pertukaran tahanan yang diatur dalam perjanjian tersebut.

Taliban mengatakan serangan kelompok itu antara awal Maret dan 15 April turun 54,7% dibandingkan dengan tahun lalu menjadi 537.

Kelompok itu juga mengatakan serangannya tidak "sekuat" dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan anggota pasukan keamanan Afghanistan tewas turun 54,2% menjadi 935 sementara jumlah yang terluka turun 55,9% menjadi 742.

Kementerian Pertahanan Afghanistan mengatakan pasukan militer berada dalam "mode pertahanan aktif" dan menggunakan angkatan udara untuk menghentikan serangan Taliban.

Pada hari Jumat, bentrokan antara pejuang Taliban dan pasukan Afghanistan meningkat di Balkh utara dan provinsi Logar selatan ketika pihak-pihak yang bertikai berjuang untuk mengendalikan pos-pos pemeriksaan. Lusinan petugas keamanan Afghanistan dan pejuang Taliban tewas.

Bulan lalu komandan pasukan AS dan misi Resolute Support non-tempur yang dipimpin NATO di Afghanistan, Jenderal Scott Miller, melakukan perjalanan ke Qatar di tengah pandemi untuk bertemu dengan para pemimpin politik Taliban.

Para pejabat keamanan mengatakan Miller mengeluarkan "peringatan keras" untuk menghentikan operasi terhadap pasukan Afghanistan dan mematuhi janji di bawah perjanjian yang bertujuan mengakhiri perang yang berlangsung selama hampir dua dekade.

Beberapa serangan termasuk empat kasus di mana para pejuang Taliban diduga menggunakan orang dalam untuk meracuni makanan yang dimakan oleh pasukan Afghanistan di pos-pos pemeriksaan di utara.

"Pos-pos pemeriksaan itu sekarang dijaga oleh pejuang Taliban," kata pejabat keamanan Barat.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan dia mengetahui serangan orang dalam baru-baru ini di mana beberapa anggota pasukan Afghanistan diracun secara fatal, tetapi membantah kelompok itu bertanggung jawab dan mengatakan kekerasan baru-baru ini di pos-pos pemeriksaan melibatkan pasukan Afghanistan yang menyerang warga sipil.

Dia menambahkan, bagaimanapun, Taliban tidak menyangkal menggunakan infiltrator atau menyebabkan serangan orang dalam sebagai bagian dari strategi perangnya.
(ber)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1496 seconds (0.1#10.140)