Pasca Teken Kesepakatan dengan AS, Serangan Taliban Semakin Menggila
loading...
A
A
A
KABUL - Taliban telah melakukan lebih dari 4.500 serangan di Afghanistan dalam 45 hari sejak menandatangani kesepakatan dengan Amerika Serikat (AS) yang membuka jalan untuk penarikan pasukan asing. Ini mendandai peningkatan tajam dalam aksi kekerangan menurut data yang diperoleh Reuters.
Dua set data, satu dari sumber militer Barat dan satu dari badan independen, keduanya menunjukkan serangan oleh kelompok Islam garis keras itu naik lebih dari 70 persen antara 1 Maret dan 15 April dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Secara terpisah, data pemerintah Afghanistan menunjukkan bahwa lebih dari 900 pasukan lokal dan nasional Afghanistan terbunuh selama periode yang sama, naik dari sekitar 520 tahun sebelumnya.
Sementara itu, korban dari pihak Taliban turun menjadi 610 pada periode yang sama, turun dari sekitar 1.660 dibanding setahun yang lalu. Hal ini dikarenakan pasukan AS dan Afghanistan telah mengurangi jumlah serangan ofensif dan serangan udara setelah kesepakatan AS-Taliban diteken.
Pejabat senior Barat, Afghanistan, dan independen yang melacak situasi di lapangan mengatakan bahwa peningkatan serangan menunjukkan kelompok pemberontak sengaja mengabaikan janji untuk mengurangi kekerasan yang dibuat sebagai bagian dari perjanjian yang ditandatangani pada akhir Februari lalu.
Di Washington, juru bicara Pentagon Jonathan Hoffman mengatakan kepada wartawan bahwa sementara Taliban telah menaati komitmen dalam kesepakatan 29 Februari untuk tidak melancarkan serangan terhadap pasukan koalisi pimpinan AS atau kota-kota besar, tingkat kekerasan militan sangat tinggi dan tidak kondusif untuk solusi diplomatik.
"Kami terus melakukan serangan defensif untuk membantu mempertahankan mitra kami di daerah dan kami akan terus melakukan itu," ujar Hoffman seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (2/5/2020).
Kekerasan di negara yang dirusak perang itu bertepatan dengan penyebaran infeksi virus Corona yang cepat.
"Pejuang Taliban tidak mengenai pusat atau kota besar pemerintah, mereka berfokus pada desa-desa di provinsi Herat, Kabul, Kandahar dan Balkh yang telah melaporkan jumlah kasus virus corona terbanyak," kata seorang pejabat senior keamanan Barat yang tidak bersedia disebutkan namanya.
Para pejabat keamanan Barat, diplomat dan pengamat internasional mengatakan strategi Taliban untuk perlahan-lahan mengikis kendali pemerintah atas daerah pedesaan dan kemudian memposisikan diri mereka untuk mengepung kota-kota selama pandemi itu dapat menggagalkan kesepakatan damai.
Dua set data, satu dari sumber militer Barat dan satu dari badan independen, keduanya menunjukkan serangan oleh kelompok Islam garis keras itu naik lebih dari 70 persen antara 1 Maret dan 15 April dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Secara terpisah, data pemerintah Afghanistan menunjukkan bahwa lebih dari 900 pasukan lokal dan nasional Afghanistan terbunuh selama periode yang sama, naik dari sekitar 520 tahun sebelumnya.
Sementara itu, korban dari pihak Taliban turun menjadi 610 pada periode yang sama, turun dari sekitar 1.660 dibanding setahun yang lalu. Hal ini dikarenakan pasukan AS dan Afghanistan telah mengurangi jumlah serangan ofensif dan serangan udara setelah kesepakatan AS-Taliban diteken.
Pejabat senior Barat, Afghanistan, dan independen yang melacak situasi di lapangan mengatakan bahwa peningkatan serangan menunjukkan kelompok pemberontak sengaja mengabaikan janji untuk mengurangi kekerasan yang dibuat sebagai bagian dari perjanjian yang ditandatangani pada akhir Februari lalu.
Di Washington, juru bicara Pentagon Jonathan Hoffman mengatakan kepada wartawan bahwa sementara Taliban telah menaati komitmen dalam kesepakatan 29 Februari untuk tidak melancarkan serangan terhadap pasukan koalisi pimpinan AS atau kota-kota besar, tingkat kekerasan militan sangat tinggi dan tidak kondusif untuk solusi diplomatik.
"Kami terus melakukan serangan defensif untuk membantu mempertahankan mitra kami di daerah dan kami akan terus melakukan itu," ujar Hoffman seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (2/5/2020).
Kekerasan di negara yang dirusak perang itu bertepatan dengan penyebaran infeksi virus Corona yang cepat.
"Pejuang Taliban tidak mengenai pusat atau kota besar pemerintah, mereka berfokus pada desa-desa di provinsi Herat, Kabul, Kandahar dan Balkh yang telah melaporkan jumlah kasus virus corona terbanyak," kata seorang pejabat senior keamanan Barat yang tidak bersedia disebutkan namanya.
Para pejabat keamanan Barat, diplomat dan pengamat internasional mengatakan strategi Taliban untuk perlahan-lahan mengikis kendali pemerintah atas daerah pedesaan dan kemudian memposisikan diri mereka untuk mengepung kota-kota selama pandemi itu dapat menggagalkan kesepakatan damai.