Mengapa Respons Putin yang Lambat dalam Mengatasi Invasi Kursk? Berikut 8 Penyebabnya
loading...
A
A
A
Sebagai pengingat lain bahwa peruntungan di Rusia dapat berubah dengan cepat, pihak berwenang memulai kasus pidana terhadap pejabat lain dan berusaha menyita tanah dari beberapa orang terkaya di negara itu di daerah mewah di luar Moskow dekat kediaman Putin.
Foto/AP
Sementara TV pemerintah mendorong dukungan yang masih kuat untuk Putin meskipun mengalami kemunduran seperti serangan Kursk, lebih sulit untuk mengukur pendapat konstituen utamanya — elite Rusia.
"Putin bergantung pada kepatuhan mereka," kata Ekaterina Schulmann, seorang sarjana nonresiden di Carnegie Russia Eurasia Center di Berlin.
"Perhitungan yang terjadi di kepala mereka 24/7 adalah apakah status quo menguntungkan mereka atau tidak," katanya, dilansir AP.
Foto/AP
Sejak perang dimulai, kehidupan para elit tersebut — lingkaran dalam Putin, birokrat papan atas, pejabat keamanan dan militer, serta pemimpin bisnis — justru memburuk, bukannya membaik. Meskipun banyak yang telah diperkaya oleh perang, mereka tidak memiliki tempat untuk menghabiskan uang mereka karena sanksi Barat.
Pertanyaan yang mereka ajukan kepada diri mereka sendiri tentang Putin, kata Schulmann, “adalah apakah orang tua itu masih merupakan aset atau sudah menjadi beban.”
Para elite Rusia dapat digambarkan berada dalam kondisi “kepatuhan yang tidak bahagia,” kata Nigel Gould-Davies, peneliti senior di Institut Internasional untuk Studi Strategis di London. Mereka tidak puas dengan status quo, katanya, tetapi takut tentang siapa yang akan menang jika terjadi perebutan kepemimpinan.
Mereka mungkin berharap, kata para analis, bahwa reaksi Putin terhadap peristiwa di Kursk sesuai dengan pola di mana ia awalnya lambat menanggapi krisis sebelum akhirnya berhasil menang.
Hal ini sudah terlihat sejak awal masa kekuasaannya — dimulai dengan tenggelamnya kapal selam nuklir 24 tahun lalu yang diberi nama sesuai Pertempuran Kursk.
Pada 19 Agustus 2000, kurang dari setahun setelah Putin menjadi presiden, Kursk tenggelam di Laut Barents setelah salah satu torpedonya meledak, menewaskan semua 118 pelaut di dalamnya. Putin tetap berlibur di awal krisis — yang memicu kritik luas — dan menunggu lima hari sebelum menerima tawaran bantuan dari Barat yang mungkin telah menyelamatkan beberapa pelaut yang awalnya selamat dari ledakan tersebut.
Foto/AP
4. Loyaitas Loyalis Putin Makin Dipertanyakan
Foto/AP
Sementara TV pemerintah mendorong dukungan yang masih kuat untuk Putin meskipun mengalami kemunduran seperti serangan Kursk, lebih sulit untuk mengukur pendapat konstituen utamanya — elite Rusia.
"Putin bergantung pada kepatuhan mereka," kata Ekaterina Schulmann, seorang sarjana nonresiden di Carnegie Russia Eurasia Center di Berlin.
"Perhitungan yang terjadi di kepala mereka 24/7 adalah apakah status quo menguntungkan mereka atau tidak," katanya, dilansir AP.
5. Elite Rusia Kaya Raya, Tapi Tak Bisa Membelanjakan Uangnya
Foto/AP
Sejak perang dimulai, kehidupan para elit tersebut — lingkaran dalam Putin, birokrat papan atas, pejabat keamanan dan militer, serta pemimpin bisnis — justru memburuk, bukannya membaik. Meskipun banyak yang telah diperkaya oleh perang, mereka tidak memiliki tempat untuk menghabiskan uang mereka karena sanksi Barat.
Pertanyaan yang mereka ajukan kepada diri mereka sendiri tentang Putin, kata Schulmann, “adalah apakah orang tua itu masih merupakan aset atau sudah menjadi beban.”
Para elite Rusia dapat digambarkan berada dalam kondisi “kepatuhan yang tidak bahagia,” kata Nigel Gould-Davies, peneliti senior di Institut Internasional untuk Studi Strategis di London. Mereka tidak puas dengan status quo, katanya, tetapi takut tentang siapa yang akan menang jika terjadi perebutan kepemimpinan.
Mereka mungkin berharap, kata para analis, bahwa reaksi Putin terhadap peristiwa di Kursk sesuai dengan pola di mana ia awalnya lambat menanggapi krisis sebelum akhirnya berhasil menang.
Hal ini sudah terlihat sejak awal masa kekuasaannya — dimulai dengan tenggelamnya kapal selam nuklir 24 tahun lalu yang diberi nama sesuai Pertempuran Kursk.
Pada 19 Agustus 2000, kurang dari setahun setelah Putin menjadi presiden, Kursk tenggelam di Laut Barents setelah salah satu torpedonya meledak, menewaskan semua 118 pelaut di dalamnya. Putin tetap berlibur di awal krisis — yang memicu kritik luas — dan menunggu lima hari sebelum menerima tawaran bantuan dari Barat yang mungkin telah menyelamatkan beberapa pelaut yang awalnya selamat dari ledakan tersebut.
6. Berkaca dari Kasus Wagner, Putin Memang Berhati-hati
Foto/AP