Terungkap, Jenderal Tertinggi Ukraina Serang Kursk Rusia agar Tak Dipecat
loading...
A
A
A
KYIV - Panglima Militer Ukraina Kolonel Jenderal Oleksandr Syrsky merencanakan dan memerintahkan serangan terhadap wilayah Kursk, Rusia, sebagai upaya terakhir untuk menghindari pemecatan.
Itu diungkap The Economist, mengutip sumber Ukraina yang mengetahui masalah tersebut.
Kyiv juga dilaporkan tidak memberi tahu pendukung Barat-nya tentang rencana serangan itu karena takut mereka akan memerintahkan operasi tersebut dibatalkan, atau rinciannya akan bocor.
Menurut sumber tersebut, Syrsky hampir dipecat hanya beberapa minggu sebelum operasi dimulai karena garis depan yang runtuh di Donbas.
The Economist mencatat bahwa Syrsky, yang memangku jabatan sebagai jenderal tertinggi Ukraina pada bulan Februari, berjuang dengan warisan yang kurang ideal dari pendahulunya, Jenderal Valery Zaluzhny, serta keterlambatan dalam dukungan Barat.
Selain itu, dia dilaporkan berada di bawah tekanan dari kepala staf Presiden Volodymyr Zelensky yang berpengaruh, Andrey Yermak.
Ketika ketegangan meningkat, Syrsky merancang apa yang The Economist gambarkan sebagai "pertaruhan berani yang lahir dari keputusasaan", dengan beberapa skenario di atas meja.
Itu termasuk serangan terhadap wilayah perbatasan Kursk atau Bryansk, atau kombinasi keduanya.
"Tujuan utamanya adalah untuk menarik pasukan [Rusia] menjauh dari cengkeraman Donbas, dan untuk menciptakan alat tawar-menawar untuk setiap negosiasi di masa mendatang," tulis The Economist dalam laporannya, yang dilansir Senin (19/8/2024).
Itu diungkap The Economist, mengutip sumber Ukraina yang mengetahui masalah tersebut.
Kyiv juga dilaporkan tidak memberi tahu pendukung Barat-nya tentang rencana serangan itu karena takut mereka akan memerintahkan operasi tersebut dibatalkan, atau rinciannya akan bocor.
Menurut sumber tersebut, Syrsky hampir dipecat hanya beberapa minggu sebelum operasi dimulai karena garis depan yang runtuh di Donbas.
The Economist mencatat bahwa Syrsky, yang memangku jabatan sebagai jenderal tertinggi Ukraina pada bulan Februari, berjuang dengan warisan yang kurang ideal dari pendahulunya, Jenderal Valery Zaluzhny, serta keterlambatan dalam dukungan Barat.
Selain itu, dia dilaporkan berada di bawah tekanan dari kepala staf Presiden Volodymyr Zelensky yang berpengaruh, Andrey Yermak.
Ketika ketegangan meningkat, Syrsky merancang apa yang The Economist gambarkan sebagai "pertaruhan berani yang lahir dari keputusasaan", dengan beberapa skenario di atas meja.
Itu termasuk serangan terhadap wilayah perbatasan Kursk atau Bryansk, atau kombinasi keduanya.
"Tujuan utamanya adalah untuk menarik pasukan [Rusia] menjauh dari cengkeraman Donbas, dan untuk menciptakan alat tawar-menawar untuk setiap negosiasi di masa mendatang," tulis The Economist dalam laporannya, yang dilansir Senin (19/8/2024).