Putra Ismail Haniyeh Ungkap Warisan Ayahnya: Hati yang Menolong Semua Orang

Jum'at, 16 Agustus 2024 - 18:01 WIB
loading...
A A A
Pada tahun 2004, Ismail Haniyeh menjadi kepala biro politik Hamas dan pada tahun 2006 dia diangkat menjadi perdana menteri di Jalur Gaza setelah pemilu.

Menurut putranya, Haniyeh tidak pernah kehilangan hubungannya dengan kamp atau orang-orang di sana setelah menjadi perdana menteri.

"Dia sama sekali menolak meninggalkan kamp dan itu menjadi perwujudan dari inti masalah Palestina, yaitu masalah pengungsi," papar dia.

Manusia Rakyat


“Jabatan politik dan kesibukan Ismail Haniyeh tidak pernah menghalanginya untuk dekat dengan rakyatnya,” ujar dia.

Sang anak menjelaskan, ayahnya sering duduk di depan rumahnya di kamp pengungsi Al-Shati di Gaza dan bermain sepak bola dengan para pemuda atau duduk di rumahnya bersama para tetua untuk mengobrol.

Abdel Salam menjelaskan ayahnya sangat senang membantu orang. "Rumahnya selalu terbuka dan dia tidak pernah membiarkan siapa pun yang mengulurkan tangan kepadanya kembali dengan tangan kosong," ujar dia.

Menurutnya, ayahnya adalah "hati yang membantu siapa pun yang dapat menghubunginya."

Secara pribadi, Abdel Salam Haniyeh menekankan ayahnya bagi anak-anaknya adalah “seorang teman dan saudara yang penyayang, bukan hanya seorang ayah, dan tidak pernah memperlakukan mereka dengan bahasa perintah dan larangan, tetapi dengan persahabatan dan cinta.”

Pengkhianatan terhadap Gaza


Namun, Haniyeh mengakui ayahnya marah dengan posisi pengkhianatan dan pengkhianatan terhadap Masjid Al-Aqsa.

Ayahnya juga sangat sedih dengan pengkhianatan terhadap Gaza setelah operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0784 seconds (0.1#10.140)