Semakin Banyak Negara NATO Dukung Ukraina Invasi Balik Rusia
loading...
A
A
A
HELSINKI - Semakin banyak negara anggota NATO menyuarakan dukungan terhadap invasi balik Ukraina terhadap wilayah Kursk, Rusia. Setelah pemimpin Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa, kini giliran pemimpin Finlandia, Estonia, dan Polandia yang menyampaikan dukungan.
Kyiv telah mengirim ribuan tentara menyeberang perbatasan Rusia sejak pekan lalu. Menurut Moskow, mereka telah merebut sekitar selusin desa dan tanpa pandang bulu menargetkan warga sipil.
"Ukraina memiliki hak untuk membela diri dan jelas bahwa mereka dapat melakukan operasi mereka di Kursk," kata Perdana Menteri Finlandia Petteri Orpo dalam konferensi pers bersama dengan koleganya dari Estonia Kristen Michal di Helsinki pada hari Rabu.
“Kami sepenuhnya mendukung Ukraina dalam berbagai operasinya dan secara pribadi saya mendoakan mereka beruntung,” kata Michal, seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (15/8/2024).
Sebelumnya pada hari itu, PM Polandia Donald Tusk mengatakan: "Kyiv memiliki hak penuh untuk melancarkan perang sedemikian rupa untuk melumpuhkan Rusia dalam niat agresifnya seefektif mungkin.”
Dia juga mengeklaim bahwa tindakan Rusia memiliki ciri-ciri genosida.
Sebagian besar pemimpin Barat menolak berkomentar tentang serangan Ukraina hingga Senin malam, dan memilih untuk membuat pernyataan umum yang mendukung “pembelaan diri” dari pihak Kyiv. Mereka juga mengeklaim tidak mengetahui serangan Ukraina sebelumnya.
Namun, pada hari Selasa, Presiden AS Joe Biden menyatakan bahwa Washington telah berhubungan dengan Kyiv selama itu.
“Saya telah berbicara dengan staf saya secara teratur, mungkin setiap empat atau lima jam selama enam atau delapan hari terakhir,” kata Biden kepada wartawan di New Orleans.
“Dan kami telah melakukan kontak langsung, kontak terus-menerus dengan Ukraina.”
Sementara itu, Komisaris Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan bahwa Kyiv mendapat dukungan penuh dari blok tersebut untuk serangan Kursk.
Pasukan Ukraina yang diwawancarai oleh media Barat telah mengakui bahwa tujuan utama serangan itu adalah untuk merebut beberapa wilayah yang dapat diperdagangkan dengan Moskow dalam perundingan damai, sambil mengurangi tekanan pada Pokrovsk, Chasov Yar, dan New York di Donbas.
Namun, serangan itu tampaknya telah melemahkan posisi Ukraina di Republik Rakyat Donetsk, karena pasukan Rusia mulai bergerak maju lebih cepat.
Menurut Presiden Rusia Vladimir Putin, serangan Ukraiana terhadap Kursk juga mengakibatkan peningkatan pendaftaran pasukan Rusia.
Kyiv telah mengirim ribuan tentara menyeberang perbatasan Rusia sejak pekan lalu. Menurut Moskow, mereka telah merebut sekitar selusin desa dan tanpa pandang bulu menargetkan warga sipil.
"Ukraina memiliki hak untuk membela diri dan jelas bahwa mereka dapat melakukan operasi mereka di Kursk," kata Perdana Menteri Finlandia Petteri Orpo dalam konferensi pers bersama dengan koleganya dari Estonia Kristen Michal di Helsinki pada hari Rabu.
“Kami sepenuhnya mendukung Ukraina dalam berbagai operasinya dan secara pribadi saya mendoakan mereka beruntung,” kata Michal, seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (15/8/2024).
Sebelumnya pada hari itu, PM Polandia Donald Tusk mengatakan: "Kyiv memiliki hak penuh untuk melancarkan perang sedemikian rupa untuk melumpuhkan Rusia dalam niat agresifnya seefektif mungkin.”
Dia juga mengeklaim bahwa tindakan Rusia memiliki ciri-ciri genosida.
Sebagian besar pemimpin Barat menolak berkomentar tentang serangan Ukraina hingga Senin malam, dan memilih untuk membuat pernyataan umum yang mendukung “pembelaan diri” dari pihak Kyiv. Mereka juga mengeklaim tidak mengetahui serangan Ukraina sebelumnya.
Namun, pada hari Selasa, Presiden AS Joe Biden menyatakan bahwa Washington telah berhubungan dengan Kyiv selama itu.
“Saya telah berbicara dengan staf saya secara teratur, mungkin setiap empat atau lima jam selama enam atau delapan hari terakhir,” kata Biden kepada wartawan di New Orleans.
“Dan kami telah melakukan kontak langsung, kontak terus-menerus dengan Ukraina.”
Sementara itu, Komisaris Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan bahwa Kyiv mendapat dukungan penuh dari blok tersebut untuk serangan Kursk.
Pasukan Ukraina yang diwawancarai oleh media Barat telah mengakui bahwa tujuan utama serangan itu adalah untuk merebut beberapa wilayah yang dapat diperdagangkan dengan Moskow dalam perundingan damai, sambil mengurangi tekanan pada Pokrovsk, Chasov Yar, dan New York di Donbas.
Namun, serangan itu tampaknya telah melemahkan posisi Ukraina di Republik Rakyat Donetsk, karena pasukan Rusia mulai bergerak maju lebih cepat.
Menurut Presiden Rusia Vladimir Putin, serangan Ukraiana terhadap Kursk juga mengakibatkan peningkatan pendaftaran pasukan Rusia.
(mas)