Sepak Terjang Sheikh Hasina Wazed, dari Muslimah yang Suka Bertempur hingga Berstatus Diktator
loading...
A
A
A
Didorong oleh pemberontakan rakyat, Hasina dengan cepat menjadi ikon nasional. Ia pertama kali terpilih untuk berkuasa pada tahun 1996. Ia mendapat pujian karena menandatangani perjanjian pembagian air dengan India dan perjanjian damai dengan pemberontak suku di tenggara negara itu.
Namun pada saat yang sama, pemerintahannya dikritik karena banyaknya kesepakatan bisnis yang diduga korup dan karena terlalu tunduk pada India. Ia kemudian kalah dari mantan sekutunya yang menjadi musuh bebuyutannya, Begum Khaleda Zia dari Partai Nasionalis Bangladesh (BNP), pada tahun 2001.
Foto/EPA
Sebagai pewaris dinasti politik, kedua wanita tersebut telah mendominasi politik Bangladesh selama lebih dari tiga dekade dan dikenal sebagai "Begum yang suka bertempur". Begum merujuk pada seorang wanita Muslim berpangkat tinggi.
Pengamat mengatakan persaingan sengit mereka telah mengakibatkan bom bus, penghilangan paksa, dan pembunuhan di luar hukum menjadi kejadian yang biasa.
Hasina akhirnya kembali berkuasa pada tahun 2009 dalam pemilihan umum yang diadakan di bawah pemerintahan sementara.
Sebagai penyintas politik sejati, ia mengalami banyak penangkapan saat beroposisi serta beberapa upaya pembunuhan, termasuk satu pada tahun 2004 yang merusak pendengarannya. Ia juga selamat dari upaya untuk memaksanya mengasingkan diri dan banyak kasus pengadilan di mana ia dituduh melakukan korupsi.
Didorong oleh gerakan pro-demokrasi pada tahun 1980-an dan awal 1990-an, Hasina menjadi ikon nasional.
Foto/EPA
Bangladesh di bawah Hasina menyajikan gambaran yang kontras. Negara berpenduduk mayoritas Muslim ini, yang dulunya merupakan salah satu negara termiskin di dunia, telah mencapai keberhasilan ekonomi yang kredibel di bawah kepemimpinannya sejak 2009.
Sekarang, negara ini menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di kawasan tersebut, bahkan melampaui negara tetangganya, India.
Namun pada saat yang sama, pemerintahannya dikritik karena banyaknya kesepakatan bisnis yang diduga korup dan karena terlalu tunduk pada India. Ia kemudian kalah dari mantan sekutunya yang menjadi musuh bebuyutannya, Begum Khaleda Zia dari Partai Nasionalis Bangladesh (BNP), pada tahun 2001.
3. Dikenal sebagai Begum yang Suka Bertempur
Foto/EPA
Sebagai pewaris dinasti politik, kedua wanita tersebut telah mendominasi politik Bangladesh selama lebih dari tiga dekade dan dikenal sebagai "Begum yang suka bertempur". Begum merujuk pada seorang wanita Muslim berpangkat tinggi.
Pengamat mengatakan persaingan sengit mereka telah mengakibatkan bom bus, penghilangan paksa, dan pembunuhan di luar hukum menjadi kejadian yang biasa.
Hasina akhirnya kembali berkuasa pada tahun 2009 dalam pemilihan umum yang diadakan di bawah pemerintahan sementara.
Sebagai penyintas politik sejati, ia mengalami banyak penangkapan saat beroposisi serta beberapa upaya pembunuhan, termasuk satu pada tahun 2004 yang merusak pendengarannya. Ia juga selamat dari upaya untuk memaksanya mengasingkan diri dan banyak kasus pengadilan di mana ia dituduh melakukan korupsi.
Didorong oleh gerakan pro-demokrasi pada tahun 1980-an dan awal 1990-an, Hasina menjadi ikon nasional.
4. Mampu Meningkatkan Ekonomi Bangladesh
Foto/EPA
Bangladesh di bawah Hasina menyajikan gambaran yang kontras. Negara berpenduduk mayoritas Muslim ini, yang dulunya merupakan salah satu negara termiskin di dunia, telah mencapai keberhasilan ekonomi yang kredibel di bawah kepemimpinannya sejak 2009.
Sekarang, negara ini menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di kawasan tersebut, bahkan melampaui negara tetangganya, India.