Laut Merah Mendidih, Kapal Induk AS Jadi Target Empuk Houthi Yaman

Senin, 05 Agustus 2024 - 19:30 WIB
loading...
Laut Merah Mendidih,...
Para pendukung Houthi memegang plakat foto mendiang pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh dan komandan senior Hizbullah Fuad Shukr selama protes menyusul kematian mereka, di Sanaa, Yaman, 2 Agustus 2024. Foto/EPA-EFE/OSAMAH YAHYA
A A A
SANAA - Ancaman Houthi terhadap Israel dan Amerika Serikat (AS) semakin keras dalam dua pekan terakhir setelah serangan Israel di pelabuhan Yaman, Hodeidah, dan tewasnya Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran.

Houthi terbukti lebih dari mampu menegakkan semi-blokade Laut Merah, dan mungkin hanya perlu satu serangan untuk menenggelamkan kapal perang AS yang besar.

Media AS telah memperingatkan tentang prospek "mengkhawatirkan" kapal induk super kelas Nimitz senilai miliaran dolar yang terancam oleh Houthi yang secara teknis "tidak canggih".

"Meskipun kapal induk tersebut memiliki pertahanan yang tangguh dan teknologi canggih, gangguan Houthi yang terus-menerus telah memicu perdebatan tentang kerentanan kapal-kapal tersebut dalam lingkungan pertempuran modern, terutama ketika menghadapi ancaman tidak konvensional dari aktor non-negara seperti Houthi," tulis kontributor National Interest Harrison Kass dalam artikel yang diterbitkan Sabtu.

“Kapal induk sangat mahal,” ujar pengamat itu, mengutip harga kapal induk kelas Nimitz yang mencapai USD6-7 miliar dolar per kapal, dan biaya kapal induk kelas Ford yang lebih baru yang mencapai USD13 miliar per kapal.

Itu belum termasuk awak kapal yang berjumlah 4.600-5.200 orang, atau pesawat yang mereka miliki, yang masing-masing menghabiskan biaya puluhan juta dolar.

“Kapal induk adalah alat politik negara adidaya. Kapal induk adalah kota terapung yang mampu mengirimkan kekuatan udara ke seluruh dunia. Amerika membangun (armada) kapal induk mereka dengan mempertimbangkan kekuatan dunia seperti Rusia dan China. Tidak demikian halnya dengan pemberontak Houthi. Namun, Houthi tampaknya bertekad untuk mengganggu Eisenhower,” ungkap Kass, sambil menunjuk laporan media dari awal musim panas ini tentang awak kapal induk yang kelelahan setelah mengalami “pertempuran laut paling sengit sejak Perang Dunia II.”

Menurut Kass, rudal pencari panas berpemandu inframerah AIM-9X Sidewinder seharga USD430.800-USD472.000 yang digunakan untuk menargetkan drone dan rudal Houthi seharga USD2.000-USD20.000 telah "terbukti cukup efektif".

"Rudal dan drone Houthi kemungkinan tidak akan menimbulkan ancaman nyata bagi Eisenhower, tetapi benih keraguan telah tertanam," papar jurnalis tersebut.

Artikel Kass adalah spekulasi terbaru di media Barat tentang apakah Houthi memiliki sarana untuk menghancurkan kapal induk super Amerika.

Bulan lalu, kontributor Forbes David Hambling mendesak para pengamat yang sombong untuk tidak terlalu sombong dan "mencermati fakta sebelum mengabaikan ancaman tersebut."

Menunjuk pada analisis Soviet dan Rusia yang menunjukkan dibutuhkan antara 12 dan 20+ rudal untuk membunuh kapal induk AS, dan perhitungan berdasarkan bobot kapal kelas Nimitz sebesar 88.000 metrik ton yang membutuhkan antara lima dan 100 hulu ledak untuk melakukannya, Hambling memperingatkan bahwa "sejarah menceritakan kisah yang berbeda."

Dia menjelaskan, serangan yang beruntung yang memicu kebakaran dan ledakan di atas kapal "tidak memerlukan sejumlah besar bahan peledak" untuk melakukannya.

Pengamat tersebut mengingat hanya satu dari lima kapal induk besar yang hilang oleh AS dalam Perang Dunia II yang tenggelam sepenuhnya, dan menunjukkan kapal perusak HMS Sheffield yang tenggelam saat ditarik selama Perang Falklands 1982 hilang karena rudal Argentina yang tidak meledak, tetapi berhasil memicu kebakaran, yang memicu persediaan amunisi di dalamnya.

Masalah yang sama mungkin telah menimpa kapal penjelajah rudal Moskva pada tahun 2022, menurut Hambling.

"Pelajarannya," ungkap Hambling, adalah "bukan ukuran hulu ledak yang masuk yang menentukan kerusakan," tetapi "risiko amunisi yang disimpan menjadi muatan penghancur diri."

"Tampaknya sangat tidak mungkin bahwa Houthi akan merusak kapal induk AS mana pun. Namun sejarah telah berulang kali menunjukkan bahwa tindakan defensif yang tampak tak terkalahkan di atas kertas dapat gagal karena kesalahan manusia... Keyakinan dapat dibenarkan, tetapi kepuasan diri tidak. Dan memindahkan bahkan kapal induk super terkuat ke area yang mungkin diserang bukanlah tanpa risiko," tegas pengamat itu.

Dan bahkan jika Houthi tidak dapat menenggelamkan Eisenhower secara efektif, mereka dapat menghitung berapa banyak pesawat nirawak kecil yang diperlukan untuk mencegah operasinya yang efektif.

Ancaman yang ditimbulkan Houthi terhadap kapal perang AS yang besar telah disinggung baru-baru ini oleh komandan kapal perusak USS Laboon Eric Blomberg.

"Saya rasa orang-orang tidak benar-benar memahami betapa seriusnya apa yang kami lakukan dan betapa kapal-kapal itu terus terancam," papar Blomberg dalam wawancara AP pada bulan Juni.

Dia menekankan, "Kita hanya perlu melakukan kesalahan sekali saja. Houthi hanya perlu melewati satu rintangan.”

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1673 seconds (0.1#10.140)