5 Proksi Iran yang akan Membantai Israel Setelah Kematian Haniyeh
loading...
A
A
A
BEIRUT - Proksi Iran yang tersebar di wilayah Timur Tengah kemungkinan akan mulai bersiap untuk menyerbu Israel, jika terbukti menjadi otak di balik pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh.
Hingga saat ini memang tidak ada pihak yang lebih menginginkan nyawa Haniyeh selain Israel. Tak heran jika pihak Hamas langsung menuding Tel Aviv adalah dalang di balik pembunuhan pemimpin mereka.
Bukan hanya Hamas, salah satu proksi Iran di Lebanon Hizbullah juga menuduh Israel sebagai pembunuh Haniyeh. Namun hingga saat ini pihak Iran masih melakukan penyelidikan.
Selama ini, proksi Iran memang telah banyak melakukan serangan ke Israel sebagai bentuk bantuannya terhadap Hamas dan Rakyat Palestina.
Jika nantinya ditemukan pelaku pembunuhan Haniyeh, maka para proksi ini kemungkinan langsung bergerak menyerang.
Sejak revolusi tahun 1979, Iran telah membangun jaringan proksi di seluruh Timur Tengah. Pada tahun 2022, Teheran memiliki sekutu di antara lebih dari selusin milisi besar, beberapa di antaranya memiliki partai politik sendiri, yang menentang pemerintah lokal dan negara tetangga.
5 Proksi Iran yang akan Membantai Israel
Hizbullah adalah gerakan Syiah yang merupakan proksi pertama Iran di Timur Tengah. Lebanon mempunyai milisi yang didirikan pada awal tahun 1980an, dengan dukungan militer dan keuangan dari Garda Revolusi Iran.
Hizbullah merupakan partai politik yang pertama kali muncul pada tahun 1992 setelah bergerak di bawah tanah.
Pada tahun 2020, Hizbullah telah menjadi aktor non-negara dengan persenjataan paling berat di dunia dengan setidaknya 130.000 roket dan rudal, menurut Pusat Studi Strategis dan Internasional.
Kelompok ini juga memegang posisi kuat di pemerintahan dan sektor ekonomi Lebanon.
Antara tahun 1995 dan 2020, Amerika Serikat telah memberikan total total 44 sanksi pada Hizbullah.
Pada tahun 2020, Departemen Keuangan AS menuduh para pemimpin senior Hizbullah “menciptakan dan menerapkan agenda organisasi teroris yang menyebabkan destabilisasi dan kekerasan” terhadap kepentingan dan mitra AS di seluruh dunia.
Namun Hizbullah tetap mempertahankan pengaruh global dan tetap menjadi “salah satu tantangan keamanan nasional paling kritis,” menurut Marshall Billingslea, Asisten Menteri Pendanaan Teroris, pada tahun 2019.
Kataib Hizbullah adalah milisi Syiah yang dibentuk pada tahun 2007 di Irak. Kelompok ini dilatih serta dipersenjatai oleh Garda Revolusi Iran.
Pada tahun 2009, Departemen Luar Negeri AS menetapkan Kataib Hizbullah sebagai Organisasi Teroris Asing.
Departemen Keuangan AS memberikan sanksi kepada Sekretaris Jenderal Kataib Hizbullah Abu Mahdi al Muhandis, karena melakukan tindakan kekerasan terhadap pasukan Koalisi dan Pasukan Keamanan Irak.
Dengan dukungan Iran, Kataib Hezbollah melakukan serangan paling canggih dan efektif terhadap pasukan AS dan sekutu koalisi di Irak dari tahun 2007 hingga 2011 dan 2018 hingga 2020.
Pada tanggal 27 Desember 2019, mereka melancarkan serangan roket ke pangkalan militer K1 dekat Kirkuk yang membunuh seorang kontraktor sipil AS dan melukai empat anggota militer AS dan dua personel pasukan keamanan Irak.
Ansar Allah atau Houthi adalah gerakan Syiah Zaydi yang didirikan pada awal tahun 1990-an dan telah melawan pemerintah Yaman sejak tahun 2004.
Pada saat itu, Houthi yang dibantu Iran dan Hizbullah berhasil menggulingkan pemerintahan Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi pada tahun 2015.
Sejak saat itu golongan Syiah mulai menyebar luas di Yaman, ketimbang Sunni. Pemerintahan Trump dilaporkan mempertimbangkan menetapkan Houthi sebagai Organisasi Teroris Asing pada bulan November 2018 dan pada bulan September 2020 untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran.
Pada saat perang Hamas dan Israel pecah di akhir 2023, Houthi jadi proksi Iran yang paling gencar melakukan serangan ke Israel.
Serangan yang mereka lakukan dimulai dari membajak sejumlah kapal Israel yang melintasi Laut Merah.
Hamas menjadi salah satu milisi Sunni yang menjadi proksi Iran. Mereka dilaporkan didanai, dipersenjatai dan dilatih oleh Garda Revolusi Iran sejak awal tahun 1990-an.
Pemerintah AS memberikan sanksi kepada Hamas pada tahun 1995, menetapkannya sebagai Organisasi Teroris Asing pada tahun 1997 dan menamakannya sebagai Teroris Global yang Ditunjuk Khusus pada tahun 2001.
Pemerintah AS juga telah menerapkan beberapa sanksi terhadap 21 pemimpin senior dan agennya.
Pada tahun 2012, Iran sempat menghentikan pendanaan untuk Hamas setelah menolak mendukung rezim Assad dalam perang saudara di Suriah.
Namun Teheran kembali melanjutkan bantuan keuangan kepada Hamas pada tahun 2017.
Iran telah memberikan lebih dari USD100 juta setiap tahunnya kepada kelompok-kelompok Palestina, termasuk Hamas dan Jihad Islam Palestina, Departemen Luar Negeri AS melaporkan pada tahun 2020.
Jihad Islam Palestina adalah kelompok Islam Sunni di Gaza yang didanai, dilatih dan dipersenjatai oleh Iran sejak akhir tahun 1980an. Meskipun berbasis di Damaskus, mereka telah lama mempunyai kantor di Teheran.
Amerika Serikat pertama kali memberikan sanksi kepada Jihad Islam Palestina pada tahun 1995 karena mengganggu proses perdamaian Timur Tengah dan menetapkannya sebagai Organisasi Teroris Asing pada tahun 1997 karena melakukan tindakan yang mengancam kepentingan dan keamanan nasional AS.
Hingga saat ini memang tidak ada pihak yang lebih menginginkan nyawa Haniyeh selain Israel. Tak heran jika pihak Hamas langsung menuding Tel Aviv adalah dalang di balik pembunuhan pemimpin mereka.
Bukan hanya Hamas, salah satu proksi Iran di Lebanon Hizbullah juga menuduh Israel sebagai pembunuh Haniyeh. Namun hingga saat ini pihak Iran masih melakukan penyelidikan.
Selama ini, proksi Iran memang telah banyak melakukan serangan ke Israel sebagai bentuk bantuannya terhadap Hamas dan Rakyat Palestina.
Jika nantinya ditemukan pelaku pembunuhan Haniyeh, maka para proksi ini kemungkinan langsung bergerak menyerang.
Sejak revolusi tahun 1979, Iran telah membangun jaringan proksi di seluruh Timur Tengah. Pada tahun 2022, Teheran memiliki sekutu di antara lebih dari selusin milisi besar, beberapa di antaranya memiliki partai politik sendiri, yang menentang pemerintah lokal dan negara tetangga.
5 Proksi Iran yang akan Membantai Israel
1. Hizbullah Lebanon
Hizbullah adalah gerakan Syiah yang merupakan proksi pertama Iran di Timur Tengah. Lebanon mempunyai milisi yang didirikan pada awal tahun 1980an, dengan dukungan militer dan keuangan dari Garda Revolusi Iran.
Hizbullah merupakan partai politik yang pertama kali muncul pada tahun 1992 setelah bergerak di bawah tanah.
Pada tahun 2020, Hizbullah telah menjadi aktor non-negara dengan persenjataan paling berat di dunia dengan setidaknya 130.000 roket dan rudal, menurut Pusat Studi Strategis dan Internasional.
Kelompok ini juga memegang posisi kuat di pemerintahan dan sektor ekonomi Lebanon.
Antara tahun 1995 dan 2020, Amerika Serikat telah memberikan total total 44 sanksi pada Hizbullah.
Pada tahun 2020, Departemen Keuangan AS menuduh para pemimpin senior Hizbullah “menciptakan dan menerapkan agenda organisasi teroris yang menyebabkan destabilisasi dan kekerasan” terhadap kepentingan dan mitra AS di seluruh dunia.
Namun Hizbullah tetap mempertahankan pengaruh global dan tetap menjadi “salah satu tantangan keamanan nasional paling kritis,” menurut Marshall Billingslea, Asisten Menteri Pendanaan Teroris, pada tahun 2019.
2. Kataib Hizbullah Irak
Kataib Hizbullah adalah milisi Syiah yang dibentuk pada tahun 2007 di Irak. Kelompok ini dilatih serta dipersenjatai oleh Garda Revolusi Iran.
Pada tahun 2009, Departemen Luar Negeri AS menetapkan Kataib Hizbullah sebagai Organisasi Teroris Asing.
Departemen Keuangan AS memberikan sanksi kepada Sekretaris Jenderal Kataib Hizbullah Abu Mahdi al Muhandis, karena melakukan tindakan kekerasan terhadap pasukan Koalisi dan Pasukan Keamanan Irak.
Dengan dukungan Iran, Kataib Hezbollah melakukan serangan paling canggih dan efektif terhadap pasukan AS dan sekutu koalisi di Irak dari tahun 2007 hingga 2011 dan 2018 hingga 2020.
Pada tanggal 27 Desember 2019, mereka melancarkan serangan roket ke pangkalan militer K1 dekat Kirkuk yang membunuh seorang kontraktor sipil AS dan melukai empat anggota militer AS dan dua personel pasukan keamanan Irak.
3. Houthi Yaman
Ansar Allah atau Houthi adalah gerakan Syiah Zaydi yang didirikan pada awal tahun 1990-an dan telah melawan pemerintah Yaman sejak tahun 2004.
Pada saat itu, Houthi yang dibantu Iran dan Hizbullah berhasil menggulingkan pemerintahan Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi pada tahun 2015.
Sejak saat itu golongan Syiah mulai menyebar luas di Yaman, ketimbang Sunni. Pemerintahan Trump dilaporkan mempertimbangkan menetapkan Houthi sebagai Organisasi Teroris Asing pada bulan November 2018 dan pada bulan September 2020 untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran.
Pada saat perang Hamas dan Israel pecah di akhir 2023, Houthi jadi proksi Iran yang paling gencar melakukan serangan ke Israel.
Serangan yang mereka lakukan dimulai dari membajak sejumlah kapal Israel yang melintasi Laut Merah.
4. Hamas
Hamas menjadi salah satu milisi Sunni yang menjadi proksi Iran. Mereka dilaporkan didanai, dipersenjatai dan dilatih oleh Garda Revolusi Iran sejak awal tahun 1990-an.
Pemerintah AS memberikan sanksi kepada Hamas pada tahun 1995, menetapkannya sebagai Organisasi Teroris Asing pada tahun 1997 dan menamakannya sebagai Teroris Global yang Ditunjuk Khusus pada tahun 2001.
Pemerintah AS juga telah menerapkan beberapa sanksi terhadap 21 pemimpin senior dan agennya.
Pada tahun 2012, Iran sempat menghentikan pendanaan untuk Hamas setelah menolak mendukung rezim Assad dalam perang saudara di Suriah.
Namun Teheran kembali melanjutkan bantuan keuangan kepada Hamas pada tahun 2017.
Iran telah memberikan lebih dari USD100 juta setiap tahunnya kepada kelompok-kelompok Palestina, termasuk Hamas dan Jihad Islam Palestina, Departemen Luar Negeri AS melaporkan pada tahun 2020.
5. Jihad Islam Palestina
Jihad Islam Palestina adalah kelompok Islam Sunni di Gaza yang didanai, dilatih dan dipersenjatai oleh Iran sejak akhir tahun 1980an. Meskipun berbasis di Damaskus, mereka telah lama mempunyai kantor di Teheran.
Amerika Serikat pertama kali memberikan sanksi kepada Jihad Islam Palestina pada tahun 1995 karena mengganggu proses perdamaian Timur Tengah dan menetapkannya sebagai Organisasi Teroris Asing pada tahun 1997 karena melakukan tindakan yang mengancam kepentingan dan keamanan nasional AS.
(sya)