Terkonfirmasi, 5 Ahli Nuklir Rusia Tewas akibat Ledakan Uji Rudal

Minggu, 11 Agustus 2019 - 04:37 WIB
Terkonfirmasi, 5 Ahli...
Terkonfirmasi, 5 Ahli Nuklir Rusia Tewas akibat Ledakan Uji Rudal
A A A
MOSKOW - Badan nuklir Rusia , Rosatom, mengonfirmasi kematian lima ahli nuklirnya akibat ledakan uji coba rudal di Kutub Utara atau Arktik. Uji coba misil itu melibatkan isotop radioaktif yang memicu lonjakan tingkat radiasi di kota terdekat.

Ledakan itu terjadi hari Kamis lalu dan pemerintah Rusia terkesan menutupi insiden itu. Rosatom mengatakan, kekuatan ledakan tersebut menyebabkan sejumlah stafnya terlempar ke laut.

Militer Rusia pada awalnya tidak mengatakan bahwa kecelakaan itu melibatkan peralatan nuklir, tetapi menekankan bahwa tingkat radiasi sudah normal sehari setelah ledakan.

Pejabat di kota terdekat Severodvinsk melaporkan bahwa tingkat radiasi meningkat sesaat setelah insiden. Ledakan tersebut terjadi di wilayah Arkhangelsk. (Baca: Ledakan Misterius Mesin Roket Tewaskan 5 Ahli Nuklir Rusia )

Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan awal mengatakan ledakan berasal dari uji mesin roket berbahan bakar cair yang memicu kebakaran. Korban tewas awalnya dua orang, namun pada hari Jumat bertambah menjadi lima orang yang semuanya merupakan ahli nuklir Rosatom.

Rosatom mengakui stafnya memang menyediakan dukungan teknik dan teknis untuk "sumber daya isotop" pada sebuah rudal.

"Rudal itu sedang diuji di sebuah platform di laut ketika bahan bakarnya terbakar dan memicu ledakan," kata Rosatom dalam sebuah pernyataan, dikutip stasiun televisi Rusia yang dilansir AFP, Minggu (11/8/2019).

Menurut Rosatom, beberapa stafnya terlempar ke laut akibat ledakan, seraya menambahkan bahwa pihaknya hanya mengumumkan jumlah kematian lima orang dan berharap para staf yang terluka bisa selamat.

Ada tiga orang yang mengalami luka bakar dan cedera lainnya dalam ledakan hebat itu. (Baca juga: Mesin Roket Rusia Meledak saat Dites, 2 Orang Tewas, 4 Luka )

Pihak berwenang Rusia awalnya merilis beberapa rincian kecelakaan di situs uji Nyonoksa di Laut Putih. Situs itu selama ini digunakan untuk menguji rudal yang dikerahkan di kapal selam nuklir dan kapal perang sejak era Soviet.

Profesor Jeffrey Lewis dari Middlebury Institute of International Studies mengatakan dari "hipotesis kerjanya", apa yang terjadi di Rusia itu diduga sebagai ledakan yang terkait dengan rudal jelajah bertenaga nuklir, Burevestnik 9M730 atau SSC-X-9 Skyfall.

Radiasi Picu Kepanikan


Pihak berwenang di Severodvinsk, 30 kilometer dari lokasi ledakan, mengatakan di situs webnya bahwa sensor pendeteksi radiasi otomatis di kota mencatat kenaikan tingkat radiasi pada Kamis siang.

Namun, posting di situs itu kemudian dihapus dan Kementerian Pertahanan mengatakan tingkat radiasi normal setelah insiden.

Seorang pejabat pertahanan sipil Severodvinsk, Valentin Magomedov, mengatakan kepada kantor berita negara, TASS, bahwa tingkat radiasi naik menjadi 2,0 microsieverts per jam selama setengah jam dari pukul 11.50 pada hari Kamis. Itu melebihi batas yang diizinkan, yakni 0,6 microsieverts.

Greenpeace Rusia menerbitkan surat dari pejabat di pusat penelitian nuklir Moskow yang memberikan angka yang sama, tetapi kelompok itu mengatakan tingkat radiasi yang lebih tinggi berlangsung selama satu jam. Para pejabat mengatakan lonjakan radiasi tidak menimbulkan risiko signifikan bagi kesehatan masyarakat.

Ankit Panda dari Federasi Ilmuwan Amerika menulis di Twitter bahwa rudal yang diuji coba itu diduga memiliki semacam reaktor mini dalam unit propulsi. "Kecelakaan itu kemungkinan mengakibatkan dispersi radio isotop yang tidak signifikan," tulis dia.

Berita tentang ledakan yang melibatkan perangkat nuklir itu memicu para warga Severodvinsk untuk bergegas ke apotek guna mendapatkan yodium, yang dapat membantu mencegah kelenjar tiroid menyerap radiasi.

"Orang-orang mulai panik. Dalam waktu satu jam semua yodium dan obat yang mengandung yodium telah terjual habis," kata ahli farmasi, Yelena Varinskaya, kepada AFP.

Pada tahun 1986, Uni Soviet menderita kecelakaan nuklir di Chernobyl yang dianggap sebagai tragedi nuklir terburuk di dunia. Tragedi itu pada awalnya juga ditutup-tutupi pemerintah.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1553 seconds (0.1#10.140)