Bagaimana Cara Keji Israel Membunuh Para Pemimpin Hamas di Luar Negeri?
loading...
A
A
A
Baru-baru ini, Israel dituduh menggunakan agen untuk membunuh beberapa ilmuwan nuklir Iran di dalam Iran, dalam satu insiden tahun 2021 yang dilaporkan menggunakan senapan mesin yang dikendalikan dari jarak jauh.
Kelompok hak asasi manusia dan pemerintah asing mempertanyakan moralitas dan legalitas “pembunuhan tertarget” yang dilakukan Israel. Pemerintah Israel membenarkan metode tersebut sebagai pembelaan diri terhadap kelompok teroris, dan Mahkamah Agung Israel memutuskan pada tahun 2006 bahwa pembunuhan terhadap anggota Hamas diperbolehkan berdasarkan kasus per kasus, selama risiko terhadap orang yang tidak bersalah tidak dikesampingkan.
Foto/EPA
Basem Naim, bagian dari sayap politik Hamas yang bermarkas di Qatar, mengatakan pimpinan kelompok itu sepenuhnya mengakui bahwa mereka menjadi sasaran Israel.
"Kami yakin bahwa semua pemimpin gerakan itu suatu saat bisa menjadi sasaran pembunuhan semacam itu," katanya kepada NBC News dalam sebuah wawancara di kantor Hamas di ibu kota, Doha.
Naim mengatakan dia tidak merasa kebal terhadap Qatar dan berasumsi bahwa dia juga terancam. Dia yakin keluarganya telah menjadi sasaran di lebih dari satu tempat tinggal di Gaza. Ibunya dan kerabat lainnya tewas dalam serangan roket, katanya.
Foto/EPA
"Ketika Anda memiliki organisasi yang tersebar di banyak wilayah, mengejar pimpinannya menjadi sangat sulit," kata Bruce Riedel, mantan analis CIA yang berfokus pada Timur Tengah dan Asia Selatan.
Tidak seperti Organisasi Pembebasan Palestina 50 tahun lalu, Hamas tidak memiliki kehadiran yang signifikan di Eropa, tempat Mossad sering kali dapat beroperasi tanpa terdeteksi pada tahun 1970-an. Markas besar politik Hamas secara resmi berada di ibu kota Qatar, dan kelompok tersebut memiliki anggota di seluruh Timur Tengah, termasuk di Turki.
Berbeda dengan operasi tahun 1970-an, teknologi digital kini membuat penggunaan paspor dan alias palsu menjadi jauh lebih sulit. Qatar dan Uni Emirat Arab khususnya memiliki sistem pengawasan elektronik canggih yang akan membuat serangan rahasia menjadi sulit.
"Anda tidak dapat pergi ke mana pun di UEA atau Qatar tanpa diawasi," kata Riedel.
Kelompok hak asasi manusia dan pemerintah asing mempertanyakan moralitas dan legalitas “pembunuhan tertarget” yang dilakukan Israel. Pemerintah Israel membenarkan metode tersebut sebagai pembelaan diri terhadap kelompok teroris, dan Mahkamah Agung Israel memutuskan pada tahun 2006 bahwa pembunuhan terhadap anggota Hamas diperbolehkan berdasarkan kasus per kasus, selama risiko terhadap orang yang tidak bersalah tidak dikesampingkan.
3. Berlindung di Qatar Juga Bukan Jaminan
Foto/EPA
Basem Naim, bagian dari sayap politik Hamas yang bermarkas di Qatar, mengatakan pimpinan kelompok itu sepenuhnya mengakui bahwa mereka menjadi sasaran Israel.
"Kami yakin bahwa semua pemimpin gerakan itu suatu saat bisa menjadi sasaran pembunuhan semacam itu," katanya kepada NBC News dalam sebuah wawancara di kantor Hamas di ibu kota, Doha.
Naim mengatakan dia tidak merasa kebal terhadap Qatar dan berasumsi bahwa dia juga terancam. Dia yakin keluarganya telah menjadi sasaran di lebih dari satu tempat tinggal di Gaza. Ibunya dan kerabat lainnya tewas dalam serangan roket, katanya.
4. Mengawasi Pergerakan Target dengan Program Digital
Foto/EPA
"Ketika Anda memiliki organisasi yang tersebar di banyak wilayah, mengejar pimpinannya menjadi sangat sulit," kata Bruce Riedel, mantan analis CIA yang berfokus pada Timur Tengah dan Asia Selatan.
Tidak seperti Organisasi Pembebasan Palestina 50 tahun lalu, Hamas tidak memiliki kehadiran yang signifikan di Eropa, tempat Mossad sering kali dapat beroperasi tanpa terdeteksi pada tahun 1970-an. Markas besar politik Hamas secara resmi berada di ibu kota Qatar, dan kelompok tersebut memiliki anggota di seluruh Timur Tengah, termasuk di Turki.
Berbeda dengan operasi tahun 1970-an, teknologi digital kini membuat penggunaan paspor dan alias palsu menjadi jauh lebih sulit. Qatar dan Uni Emirat Arab khususnya memiliki sistem pengawasan elektronik canggih yang akan membuat serangan rahasia menjadi sulit.
"Anda tidak dapat pergi ke mana pun di UEA atau Qatar tanpa diawasi," kata Riedel.