Pagi Ini, Korut Kembali Tembakkan Sejumlah Rudal
A
A
A
SEOUL - Korea Selatan (Korsel) mengatakan Korea Utara (Korut) kembali meluncurkan beberapa rudal tak dikenal pada Rabu (31/7/2019) pagi. Peluncuran ini dilakukan beberapa hari setelah menembakkan dua rudal balistik sebagai peringatan kepada Korsel atas rencana latihan militer bersama dengan Amerika Serikat (AS).
Seorang pejabat Kepala Staf Gabungan Korsel mengatakan sejumlah rudal ditembakkan dari daerah Wonsan di pantai timur saat fajar.
"Kami tidak bisa mengatakan pada titik ini seberapa jauh mereka terbang dan menganalisis mereka sambil mempersiapkan kemungkinan peluncuran tambahan," kata pejabat itu seperti dilansir dari AFP.
Belum ada pernyataan dari Korut tentang peluncuran itu, yang terjadi enam hari setelah Pemimpin Kim Jong-un secara pribadi mengawasi penembakan dua rudal kendati bertemu dengan Presiden AS Donald Trump bulan lalu.
Pyongyang dan Washington terlibat dalam proses diplomatik yang berlangsung lama atas program senjata nuklir dan rudal balistik Korut yang telah berujung pada tiga pertemuan penting antara para pemimpin mereka dalam waktu satu tahun.
Korut telah bertahun-tahun menentang isolasi dan sanksi untuk mengembangkan senjatanya dan belum menyerahkan senjatanya, sementara membuktikan diri mahir melakukan negosiasi.
Jong-un dan Trump sepakat untuk melanjutkan pembicaraan nuklir selama pertemuan dadakan di Zona Demiliterisasi yang membagi semenanjung Korea Juni lalu. Namun hingga saat ini dialog tingkat kerja belum dimulai.
Pyongyang telah memperingatkan perundingan itu dapat digagalkan oleh Washington dan penolakan Seoul untuk membatalkan manuver tahunan antara pasukan mereka.
Berbicara kepada wartawan pada hari Rabu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo tidak membahas peluncuran tersebut tetapi mengatakan pembicaraan akan di mulai tidak terlalu lama, tanpa memberikan rincian.
Pyongyang mengatakan peluncuran dua rudal Kamis lalu adalah senjata berpemandu taktis yang dengan rancangan terbaru yang merupakan peringatan serius bagi "penghasut perang Korea Selatan" atas rencana latihan militer dengan AS.
Perangkat itu secara luas digambarkan sebagai rudal balistik, termasuk oleh Komando Gabungan AS-Korea Selatan dan pemerintah di Seoul, yang dilarang berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB tentang Pyongyang.
Namun Trump - yang telah berulang kali menggembar-gemborkan hubungannya dengan Jong-un, yang rezimnya secara luas dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia - menolak untuk mengecam Korut, dengan mengatakan peluncuran itu memperingatkan Seoul daripada Washington.
"Dia tidak mengirim peringatan ke Amerika Serikat," kata Trump. "Mereka berdua memiliki perselisihan mereka," ujarnya.
The Korea Times mengutuk apa yang disebut presiden AS "kebodohan yang disengaja" dalam editorialnya pada Selasa kemarin.
"Trump memberi kesan bahwa dia tidak keberatan dengan peluncuran misilnya selama mereka jarak pendek, dan tidak mengancam AS," bunyi editorial itu.
"Cara berpikir seperti itu membuat frustrasi - dan berbahaya," tambahnya.
"Yang terpenting, dia bisa memberikan sinyal yang salah kepada Korea Utara bahwa AS tidak akan turun selama tidak menargetkan daratan AS. Bagaimana dengan sekutu AS di Asia?" demikian editorial itu.
Seorang pejabat Kepala Staf Gabungan Korsel mengatakan sejumlah rudal ditembakkan dari daerah Wonsan di pantai timur saat fajar.
"Kami tidak bisa mengatakan pada titik ini seberapa jauh mereka terbang dan menganalisis mereka sambil mempersiapkan kemungkinan peluncuran tambahan," kata pejabat itu seperti dilansir dari AFP.
Belum ada pernyataan dari Korut tentang peluncuran itu, yang terjadi enam hari setelah Pemimpin Kim Jong-un secara pribadi mengawasi penembakan dua rudal kendati bertemu dengan Presiden AS Donald Trump bulan lalu.
Pyongyang dan Washington terlibat dalam proses diplomatik yang berlangsung lama atas program senjata nuklir dan rudal balistik Korut yang telah berujung pada tiga pertemuan penting antara para pemimpin mereka dalam waktu satu tahun.
Korut telah bertahun-tahun menentang isolasi dan sanksi untuk mengembangkan senjatanya dan belum menyerahkan senjatanya, sementara membuktikan diri mahir melakukan negosiasi.
Jong-un dan Trump sepakat untuk melanjutkan pembicaraan nuklir selama pertemuan dadakan di Zona Demiliterisasi yang membagi semenanjung Korea Juni lalu. Namun hingga saat ini dialog tingkat kerja belum dimulai.
Pyongyang telah memperingatkan perundingan itu dapat digagalkan oleh Washington dan penolakan Seoul untuk membatalkan manuver tahunan antara pasukan mereka.
Berbicara kepada wartawan pada hari Rabu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo tidak membahas peluncuran tersebut tetapi mengatakan pembicaraan akan di mulai tidak terlalu lama, tanpa memberikan rincian.
Pyongyang mengatakan peluncuran dua rudal Kamis lalu adalah senjata berpemandu taktis yang dengan rancangan terbaru yang merupakan peringatan serius bagi "penghasut perang Korea Selatan" atas rencana latihan militer dengan AS.
Perangkat itu secara luas digambarkan sebagai rudal balistik, termasuk oleh Komando Gabungan AS-Korea Selatan dan pemerintah di Seoul, yang dilarang berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB tentang Pyongyang.
Namun Trump - yang telah berulang kali menggembar-gemborkan hubungannya dengan Jong-un, yang rezimnya secara luas dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia - menolak untuk mengecam Korut, dengan mengatakan peluncuran itu memperingatkan Seoul daripada Washington.
"Dia tidak mengirim peringatan ke Amerika Serikat," kata Trump. "Mereka berdua memiliki perselisihan mereka," ujarnya.
The Korea Times mengutuk apa yang disebut presiden AS "kebodohan yang disengaja" dalam editorialnya pada Selasa kemarin.
"Trump memberi kesan bahwa dia tidak keberatan dengan peluncuran misilnya selama mereka jarak pendek, dan tidak mengancam AS," bunyi editorial itu.
"Cara berpikir seperti itu membuat frustrasi - dan berbahaya," tambahnya.
"Yang terpenting, dia bisa memberikan sinyal yang salah kepada Korea Utara bahwa AS tidak akan turun selama tidak menargetkan daratan AS. Bagaimana dengan sekutu AS di Asia?" demikian editorial itu.
(ian)