Raja Salman Setuju Arab Saudi Jadi Basis Pasukan AS

Sabtu, 20 Juli 2019 - 06:25 WIB
Raja Salman Setuju Arab...
Raja Salman Setuju Arab Saudi Jadi Basis Pasukan AS
A A A
RIYADH - Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud dilaporkan telah menyetujui penempatan pasukan Amerika Serikat (AS) di negaranya. Itu dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan keamanan di kawasan Timur Tengah seperti dilaporkan kantor berita SPA.

Seorang pejabat dari Kementerian Pertahanan Arab Saudi mengatakan keputusan itu bertujuan untuk meningkatkan kerja sama bersama dalam pertahanan keamanan dan stabilitas regional serta untuk menjaga perdamaian.

"Berdasarkan kerja sama timbal balik antara Arab Saudi dan Amerika Serikat, dan keinginan mereka untuk meningkatkan segala sesuatu yang dapat menjaga keamanan kawasan dan stabilitasnya ... Raja Salman memberikan persetujuannya untuk menjadi tuan rumah pasukan Amerika," kata seorang juru bicara kementerian itu seperti dikutip Sputnik dari kantor berita pemerintah Saudi, SPA, Sabtu (20/7/2019).

Sebelumnya kantor berita yang berbasis di AS, CNN, melaporkan bahwa Washington siap untuk mengirim personil militer ke Arab Saudi. Laporan itu mengutip para pejabat pertahanan.

Menurut laporan itu, Pangkalan Udara Pangeran Sultan yang dipilih untuk penempatan pasukan tersebut dan juga akan menjadi basis bagi jet F-22 AS generasi kelima dan pesawat siluman lainnya.

"Situs itu dipilih karena terletak di daerah terpencil dan akan membutuhkan waktu bagi rudal Iran untuk mencapainya," menurut CNN.

Baik Departemen Pertahanan AS atau Riyadh telah mengomentari laporan tersebut, meskipun seorang pejabat yang dikutip oleh CNN mengklaim bahwa pengumuman penempatan akan dilakukan minggu depan. (Baca Juga: Tegang dengan Iran, AS Bersiap Kerahkan Ratusan Tentara ke Saudi)

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyebut rencana AS sebagai "langkah simbolis" yang tidak akan membawa manfaat keamanan bagi negara mana pun di kawasan itu.

"Tentu saja, keamanan di wilayah kami tidak dapat dibeli dari luar. Kami percaya bahwa negara-negara di kawasan ini harus menyediakan keamanan mereka sendiri melalui kerja sama dan melalui integrasi regional, serta tidak mencoba untuk membelinya dari luar. Ini biasanya bukan jalan yang dapat dipertahankan untuk mendapatkan keamanan," kata Zarif, dikutip oleh The National Interest.

Pada hari Kamis, Presiden AS Donald Trump mengklaim sebuah kapal Amerika telah menghancurkan pesawat tanpa awak Iran di Selat Hormuz. Teheran menjawab bahwa militer Iran tidak memiliki informasi tentang kehilangan pesawat. Kemudian Iran memberikan rekaman kapal serbu amfibi USS Boxer yang diambil dari pesawat tak berawak Iran yang sebelumnya diklaim AS telah jatuh oleh kapal militer untuk membuktikan bahwa pesawat tak berawak telah kembali dengan selamat ke pangkalan udara Iran.

Situasi di Teluk Persia dan daerah-daerah yang berdekatan terasa memburuk selama beberapa bulan terakhir. Pada Mei, beberapa kapal tanker minyak menjadi sasaran serangan sabotase di lepas pantai Uni Emirat Arab. AS dan sekutunya menyalahkan Iran atas insiden tersebut, tetapi Teheran menyangkal keterlibatannya.

Pada Juni, dua lagi tanker minyak dilanda ledakan di Selat Hormuz, yang menghubungkan Teluk Oman dengan Teluk Persia. Amerika Serikat sekali lagi menuduh Iran melakukan serangan dan Teheran sekali lagi membantah tuduhan itu.

Menyusul ketegangan ini, militer Iran melaporkan bahwa mereka telah menembak jatuh drone AS setelah pesawat mata-mata itu melanggar wilayah udaranya. Pada saat yang sama, Komando Pusat AS mengklaim bahwa drone Angkatan Lautnya telah ditembak jatuh di atas Selat Hormuz ketika transit di wilayah udara internasional.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1201 seconds (0.1#10.140)