Raja Salman Serang Iran dalam Debut Sidang Umum PBB
loading...
A
A
A
NEW YORK - Raja Salman bin Abdulaziz dari Arab Saudi menyerang Iran dalam debutnya di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dia menyerukan persatuan melawan Iran dan menghentikan Teheran mendapatkan senjata perusak massal. Menurut Raja Salman , “ Iran memanfaatkan kesepakatan nuklir 2015 dengan kekuatan dunia untuk meningkatkan aktivitas ekspansionis, menciptakan jaringan teroris, dan menggunakan terorisme. Ini tak menghasilkan apapun selain kekacauan, ekstremisme dan sektarianisme.”
“Solusi komprehensif dan posisi internasional yang kuat diperlukan,” tegas Raja Salman , 84, di depan 193 anggota Sidang Umum PBB dalam pernyataan video yang direkam sebelumnya karena pandemi virus corona.
Amerika Serikat (AS) yang merupakan aliansi Arab Saudi telah keluar dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018. AS sejak itu menerapkan kembali sanksi sepihak pada Iran dan meminta semua negara mendukung penerapan kembali sanksi PBB pada Teheran.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan di Sidang Umum bahwa kampanye sanksi AS pada Iran telah gagal.
Semua pihak yang masih terlibat dalam kesepakatan nuklir itu, termasuk sejumlah aliansi lama AS, dan 13 negara anggota Dewan Keamanan PBB menganggap klaim AS pada sanksi PBB itu batal.
Para diplomat menyatakan hanya sedikit negara yang akan menerapkan kembali langkah tersebut. “Pengalaman kami dengan rezim Iran mengajari kami bahwa solusi parsial dan peredaan tidak menghentikan ancamannya pada perdamaian dan keamanan internasional,” kata Raja Salman .
Juru bicara Misi Iran di PBB Alireza Miryousefi menolak tuduhan tanpa dasar oleh Saudi itu.
“Pernyataan tidak konstruktif dan tak terjamin oleh pemimpin Saudi hanya memberanikan kekuatan tertentu yang ingin menyebarkan perselisihan antara negara-negara regional dengan tujuan menciptakan perpecahan permanen dan menjual lebih banyak senjata mematikan ke kawasan,” ungkap Miryousefi.
Saudi dan Iran terlibat sejumlah perang proksi di kawasan, termasuk Yaman di mana koalisi Saudi memerangi gerakan Houthi selama lebih dari lima tahun.
Dia menyerukan persatuan melawan Iran dan menghentikan Teheran mendapatkan senjata perusak massal. Menurut Raja Salman , “ Iran memanfaatkan kesepakatan nuklir 2015 dengan kekuatan dunia untuk meningkatkan aktivitas ekspansionis, menciptakan jaringan teroris, dan menggunakan terorisme. Ini tak menghasilkan apapun selain kekacauan, ekstremisme dan sektarianisme.”
“Solusi komprehensif dan posisi internasional yang kuat diperlukan,” tegas Raja Salman , 84, di depan 193 anggota Sidang Umum PBB dalam pernyataan video yang direkam sebelumnya karena pandemi virus corona.
Amerika Serikat (AS) yang merupakan aliansi Arab Saudi telah keluar dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018. AS sejak itu menerapkan kembali sanksi sepihak pada Iran dan meminta semua negara mendukung penerapan kembali sanksi PBB pada Teheran.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan di Sidang Umum bahwa kampanye sanksi AS pada Iran telah gagal.
Semua pihak yang masih terlibat dalam kesepakatan nuklir itu, termasuk sejumlah aliansi lama AS, dan 13 negara anggota Dewan Keamanan PBB menganggap klaim AS pada sanksi PBB itu batal.
Para diplomat menyatakan hanya sedikit negara yang akan menerapkan kembali langkah tersebut. “Pengalaman kami dengan rezim Iran mengajari kami bahwa solusi parsial dan peredaan tidak menghentikan ancamannya pada perdamaian dan keamanan internasional,” kata Raja Salman .
Juru bicara Misi Iran di PBB Alireza Miryousefi menolak tuduhan tanpa dasar oleh Saudi itu.
“Pernyataan tidak konstruktif dan tak terjamin oleh pemimpin Saudi hanya memberanikan kekuatan tertentu yang ingin menyebarkan perselisihan antara negara-negara regional dengan tujuan menciptakan perpecahan permanen dan menjual lebih banyak senjata mematikan ke kawasan,” ungkap Miryousefi.
Saudi dan Iran terlibat sejumlah perang proksi di kawasan, termasuk Yaman di mana koalisi Saudi memerangi gerakan Houthi selama lebih dari lima tahun.