Presiden Raisi Undang Raja Salman Kunjungi Iran

Selasa, 18 April 2023 - 02:05 WIB
loading...
Presiden Raisi Undang Raja Salman Kunjungi Iran
Presiden Raisi Undang Raja Salman Kunjungi Iran. FOTO/SPA
A A A
TEHERAN - Iran telah secara resmi mengundang pemimpin Arab Saudi, Raja Salman untuk mengunjungi Teheran. Undangan ini dilayangkan setelah China menengahi kesepakatan pada Maret untuk mengakhiri puluhan tahun permusuhan antara dua rival regional itu.

Juru bicara kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani mengkonfirmasi undangan tersebut pada Senin (17/4/2023). Ia mengatakan, undangan Raja Salman ke Teheran sebagai balasan atas undangan ke Riyadh oleh Saudi.



"Presiden Iran (Ebrahim Raisi) telah mengirimkan undangan kepada Raja Saudi sebagai balasan atas undangan dari Riyadh untuknya," kata Nasser Kanaani dalam konferensi pers yang disiarkan televise, seperti dikutip dari Middleeasteye.

Setelah bertahun-tahun permusuhan yang memicu konflik di Timur Tengah, Iran dan Arab Saudi setuju untuk mengakhiri keretakan diplomatik mereka dan membuka kembali misi diplomatik mereka pada bulan Maret.

Presiden China Xi Jinping membantu menengahi kesepakatan mengejutkan yang meninggalkan Amerika Serikat di sela-sela.

Awal bulan ini, menteri luar negeri Arab Saudi dan Iran bertemu di Beijing untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun. Segera setelah kedua negara mengeluarkan pernyataan bersama yang mengumumkan bahwa kedua negara akan membuka kembali kedutaan mereka satu sama lain dalam waktu dua bulan.



Delegasi juga sepakat untuk "memperluas" pembicaraan bilateral mereka untuk membahas "masalah penting". Sejak itu, kantor berita Tasnim Iran mengatakan kedua negara berencana untuk bertukar tim teknis untuk membahas pendirian kedutaan satu sama lain dalam waktu dua bulan.

Sebagai bagian dari perjanjian yang ditandatangani bulan lalu, kedua belah pihak "menekankan penghormatan terhadap kedaulatan dan tidak mencampuri urusan dalam negeri satu sama lain" dan setuju untuk melaksanakan perjanjian kerja sama keamanan yang ditandatangani pada tahun 2001.

Kesepakatan itu secara luas dilihat sebagai kemenangan diplomatik bagi China di Teluk, yang dianggap AS sebagai wilayah pengaruhnya.
(esn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1735 seconds (0.1#10.140)