Gagal Lindungi Donald Trump dari Penembakan Sniper, Ini Dalih Secret Service AS
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Secret Service Amerika Serikat (AS) berdalih masalah keamanan telah menghalangi para agennya untuk ditempatkan di atap gedung tempat seorangsniper menembak Donald Trump.
Pembelaan itu disampaikan Direktur Secret Service Kimberly Cheatle.
Donald Trump, mantan presiden yang juga calon presiden AS, telah ditembak sniper saat kampanye di Butler, Pennsylvania, pada Sabtu lalu waktu setempat.
Beruntung, calon presiden dari Partai Republik itu lolos dari maut setelah peluru menembus bagian telinga kanannya.
Seorang peserta kampanye tewas dan dua lainnya luka berat. Sniper yang menembak Trump, Thomas Mattew Crooks, telah tewas ditembak kepalanya oleh agen Secret Service sesaat setelah melepaskan beberapa tembakan ke arah Trump.
“Bangunan itu khususnya memiliki atap miring pada titik tertingginya. Jadi, Anda tahu, ada faktor keamanan yang harus dipertimbangkan, yaitu kami tidak ingin menempatkan seseorang di atap yang miring,” kata Cheatle kepada ABC News, yang dilansir Kamis (18/7/2024).
“Jadi, Anda tahu, keputusan dibuat untuk mengamankan gedung itu, dari dalam," paparnya.
Crooks mampu naik ke atas gedung pabrik dan dapat melihat Trump dengan jelas dalam jarak kurang dari 120 meter.
Atap yang dipermasalahkan jauh lebih miring dibandingkan atap di belakang panggung kampanye, tempat para sniper Secret Service diposisikan.
Penjelasan Cheatle disambut dengan kemarahan dan ketidakpercayaan di kalangan para pakar.
Joe Kent, mantan perwira Pasukan Khusus Angkatan Darat yang sekarang mencalonkan diri untuk anggota Kongres, bertanya-tanya mengapa Secret Service tidak mengamankan jalur akses ke gedung tersebut.
“Direktur Secret Service berkata, ‘jangan khawatir, kami tidak menempatkan seseorang di atap karena hal itu dapat menciptakan situasi berbahaya'. Seperti apa? Seseorang tertembak di kepala?” kata Dan Bongino, mantan agen Secret Service yang menjadi pembawa acara bincang-bincang konservatif.
Menteri Keamanan Dalam Negeri Alejandro Mayorkas mengatakan bahwa kegagalan Secret Sevice berperan dalam peristiwa hari Sabtu tersebut, namun dia 100% percaya pada Cheatle.
"Percobaan pembunuhan itu tidak dapat diterima dan sesuatu yang tidak boleh terjadi lagi,” kata Cheattle kepada ABC News, namun menambahkan bahwa dia tidak berniat untuk mengundurkan diri.
Cheatle juga tidak menjawab kritik bahwa rincian perlindungan Trump mencakup tiga perempuan yang bertubuh jauh lebih kecil daripada kandidat presiden dari Partai Republik tersebut.
Direktur Secret Service yang ditunjuk oleh Presiden Joe Biden itu sebelumnya mengatakan dia akan memprioritaskan praktik keberagaman, kesetaraan dan inklusi (DEI), seperti mempekerjakan lebih banyak perempuan dan minoritas.
“DEI adalah satu hal, kompetensi dan efektivitas adalah hal lain, dan saya melihat DEI di luar sana,” kata mantan Asisten Direktur FBI Chris Swecker kepada New York Post setelah penembakan Trump di Butler.
Ketika Trump muncul di Konvensi Nasional Partai Republik di Milwaukee pada hari Senin, petugas keamanannya seluruhnya terdiri dari orang-orang yang memiliki tinggi badan yang dekat dengannya.
Pembelaan itu disampaikan Direktur Secret Service Kimberly Cheatle.
Donald Trump, mantan presiden yang juga calon presiden AS, telah ditembak sniper saat kampanye di Butler, Pennsylvania, pada Sabtu lalu waktu setempat.
Beruntung, calon presiden dari Partai Republik itu lolos dari maut setelah peluru menembus bagian telinga kanannya.
Seorang peserta kampanye tewas dan dua lainnya luka berat. Sniper yang menembak Trump, Thomas Mattew Crooks, telah tewas ditembak kepalanya oleh agen Secret Service sesaat setelah melepaskan beberapa tembakan ke arah Trump.
“Bangunan itu khususnya memiliki atap miring pada titik tertingginya. Jadi, Anda tahu, ada faktor keamanan yang harus dipertimbangkan, yaitu kami tidak ingin menempatkan seseorang di atap yang miring,” kata Cheatle kepada ABC News, yang dilansir Kamis (18/7/2024).
“Jadi, Anda tahu, keputusan dibuat untuk mengamankan gedung itu, dari dalam," paparnya.
Crooks mampu naik ke atas gedung pabrik dan dapat melihat Trump dengan jelas dalam jarak kurang dari 120 meter.
Atap yang dipermasalahkan jauh lebih miring dibandingkan atap di belakang panggung kampanye, tempat para sniper Secret Service diposisikan.
Penjelasan Cheatle disambut dengan kemarahan dan ketidakpercayaan di kalangan para pakar.
Joe Kent, mantan perwira Pasukan Khusus Angkatan Darat yang sekarang mencalonkan diri untuk anggota Kongres, bertanya-tanya mengapa Secret Service tidak mengamankan jalur akses ke gedung tersebut.
“Direktur Secret Service berkata, ‘jangan khawatir, kami tidak menempatkan seseorang di atap karena hal itu dapat menciptakan situasi berbahaya'. Seperti apa? Seseorang tertembak di kepala?” kata Dan Bongino, mantan agen Secret Service yang menjadi pembawa acara bincang-bincang konservatif.
Menteri Keamanan Dalam Negeri Alejandro Mayorkas mengatakan bahwa kegagalan Secret Sevice berperan dalam peristiwa hari Sabtu tersebut, namun dia 100% percaya pada Cheatle.
"Percobaan pembunuhan itu tidak dapat diterima dan sesuatu yang tidak boleh terjadi lagi,” kata Cheattle kepada ABC News, namun menambahkan bahwa dia tidak berniat untuk mengundurkan diri.
Cheatle juga tidak menjawab kritik bahwa rincian perlindungan Trump mencakup tiga perempuan yang bertubuh jauh lebih kecil daripada kandidat presiden dari Partai Republik tersebut.
Direktur Secret Service yang ditunjuk oleh Presiden Joe Biden itu sebelumnya mengatakan dia akan memprioritaskan praktik keberagaman, kesetaraan dan inklusi (DEI), seperti mempekerjakan lebih banyak perempuan dan minoritas.
“DEI adalah satu hal, kompetensi dan efektivitas adalah hal lain, dan saya melihat DEI di luar sana,” kata mantan Asisten Direktur FBI Chris Swecker kepada New York Post setelah penembakan Trump di Butler.
Ketika Trump muncul di Konvensi Nasional Partai Republik di Milwaukee pada hari Senin, petugas keamanannya seluruhnya terdiri dari orang-orang yang memiliki tinggi badan yang dekat dengannya.
(mas)