Rusia Tak Terima Iran Disejajarkan dengan ISIS sebagai Ancaman Utama

Rabu, 26 Juni 2019 - 00:34 WIB
Rusia Tak Terima Iran Disejajarkan dengan ISIS sebagai Ancaman Utama
Rusia Tak Terima Iran Disejajarkan dengan ISIS sebagai Ancaman Utama
A A A
YERUSALEM - Rusia tak terima dengan argumen Amerika Serikat (AS) dan Israel yang menyatakan Iran sebagai ancaman utama bagi Timur Tengah seperti halnya kelompok teroris Islamic State atau ISIS. Moskow justru menganggap Teheran sebagai mitra.

"Iran adalah dan tetap menjadi sekutu dan mitra kami," kata Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Nikolai Patrushev, pada hari Selasa.

"Dalam hal ini, segala upaya untuk menggambarkan Teheran sebagai ancaman utama terhadap keamanan regional, apalagi menyatukannya dengan ISIS dan organisasi teroris lainnya, tidak dapat diterima oleh kami," ujarnya.

Pejabat senior Rusia itu membuat pernyataan di Yerusalem setelah pertemuan dengan Penasihat Keamanan Nasional Presiden Amerika Serikat Donald Trump, John Bolton, dan mitranya dari Israel, Meir Ben-Shabbat. Dalam pertemuan itu, Patrushev berselisih paham dengan Bolton dan Ben-Shabbat.

AS telah menyalahkan Iran atas serangan terhadap dua kapal tanker minyak di Teluk Oman pada 13 Juni. Namun, tuduhan itu dibantah Teheran.

Washington juga telah mengumumkan penjatuhan sanksi baru sebagai tanggapan terhadap Teheran yang menembak jatuh pesawat tak berawak AS yang dianggap melanggar wilayah udara Iran 20 Juni lalu.

Bolton menuduh negara yang bernama resmi Republik Islam itu melakukan provokasi kekerasan di luar negeri, termasuk mengancam pasokan minyak global. "Iran adalah sumber pertempuran dan agresi di Timur Tengah," katanya.

Sikap yang sama disuarakan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang mengatakan bahwa Iran telah mengintensifkan serangan terhadap Tel Aviv dan Washington.

Sebagai bukti dugaan keterlibatan Iran dalam serangan terhadap kapal tanker minyak, Pentagon membagikan video kasar yang diklaim menggambarkan para pelaut Iran mengeluarkan bahan peledak limpet (limpet mine) yang gagal meledak dari lambung kapal.

Nikolai Patrushev menolak rekaman video itu sebagai informasi tingkat rendah yang dengan sendirinya tidak memungkinkan dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan apa pun.

"Harus ada penyelidikan yang objektif, dan tidak hanya menyalahkan siapa pun, tetapi sebenarnya mencari tahu apa yang terjadi," kata Patrushev, seperti dikutip Russia Today, Selasa (25/6/2019).

Moskow telah lama menyerukan semua pihak untuk menahan diri dan memiliki pendekatan yang berkepala dingin atas konflik, tanpa membuat ancaman dan sanksi.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan bahwa babak baru sanksi atau pembatasan oleh AS terhadap Iran telah mengirim sinyal bahwa situasi bergerak menuju skenario yang sangat buruk. Lavrov mengatakan bahwa situasi saat ini mengingatkannya pada awal 2003, ketika AS mencoba membangun sebuah kasus untuk menyerang Irak. Saat itu, Washington mengklaim bahwa pemimpin Irak Saddam Hussein menimbun senjata pemusnah massal, yang terbukti palsu pascainvasi.

"Kita semua ingat bagaimana itu berakhir," katanya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3780 seconds (0.1#10.140)