Apakah Israel Coba Sabotase Kesepakatan Nuklir Iran? Ini Kata Analis
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Fasilitas nuklir Iran di Natanz mengalami pukulan yang menghancurkan dalam bentuk pemadaman listrik pada malam pembicaraan informal antara Amerika Serikat (AS) dan Iran tentang kemungkinan kembali ke beberapa rendisi Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA). Menurut beberapa perkiraan, rencana Iran untuk memperkaya uranium tingkat senjata telah tertunda beberapa bulan karena parahnya serangan tersebut.
Dengan demikian, aset strategis Iran telah dikompromikan, dan Teheran telah dipermalukan karena keamanan yang tidak memadai dan kurangnya kontra intelijen, yang semuanya terjadi dalam konteks pemilihan presiden yang akan datang.
Lebih penting lagi, menurut analis politik Inggris, Batu Coskun, serangan itu telah menyabotase integritas pembicaraan lebih lanjut dengan AS dan membuat marah para pemimpin di Teheran.
Menurutnya, tidak mengherankan, para pejabat Iran telah menuding Israel, yang menganggap program nuklir Teheran sebagai ancaman keamanan yang tidak dapat dinegosiasikan.
"Sementara Israel tidak membantah atau mengambil tanggung jawab atas insiden tersebut, ada konsensus diam-diam di komunitas internasional bahwa serangan itu setidaknya dilakukan dengan anggukan dari Israel," ujarnya, seperti dilansir Anadolu Agency.
Israel, ujarnya, di masa lalu menargetkan infrastruktur nuklir Iran dan tentu saja memiliki sarana untuk memerintahkan intervensi terbaru ini.
Insiden Natanz, di sisi lain, tidak boleh dilihat sebagai peristiwa yang terisolasi, melainkan sebagai bagian dari strategi yang jauh lebih besar untuk mengisolasi Iran dan mengarahkan kebijakan Amerika vis-á-vis Teheran.
"Posisi Israel untuk kembali ke JCPOA memang tanpa kompromi. Kabinet keamanan Israel dilaporkan sangat prihatin tentang kembalinya AS ke JCPOA yang tergesa-gesa di bawah pimpina Joe Biden, yang akan membatasi jejak kaki Israel di wilayah tersebut," ungkapnya.
Dengan demikian, aset strategis Iran telah dikompromikan, dan Teheran telah dipermalukan karena keamanan yang tidak memadai dan kurangnya kontra intelijen, yang semuanya terjadi dalam konteks pemilihan presiden yang akan datang.
Lebih penting lagi, menurut analis politik Inggris, Batu Coskun, serangan itu telah menyabotase integritas pembicaraan lebih lanjut dengan AS dan membuat marah para pemimpin di Teheran.
Menurutnya, tidak mengherankan, para pejabat Iran telah menuding Israel, yang menganggap program nuklir Teheran sebagai ancaman keamanan yang tidak dapat dinegosiasikan.
"Sementara Israel tidak membantah atau mengambil tanggung jawab atas insiden tersebut, ada konsensus diam-diam di komunitas internasional bahwa serangan itu setidaknya dilakukan dengan anggukan dari Israel," ujarnya, seperti dilansir Anadolu Agency.
Israel, ujarnya, di masa lalu menargetkan infrastruktur nuklir Iran dan tentu saja memiliki sarana untuk memerintahkan intervensi terbaru ini.
Insiden Natanz, di sisi lain, tidak boleh dilihat sebagai peristiwa yang terisolasi, melainkan sebagai bagian dari strategi yang jauh lebih besar untuk mengisolasi Iran dan mengarahkan kebijakan Amerika vis-á-vis Teheran.
"Posisi Israel untuk kembali ke JCPOA memang tanpa kompromi. Kabinet keamanan Israel dilaporkan sangat prihatin tentang kembalinya AS ke JCPOA yang tergesa-gesa di bawah pimpina Joe Biden, yang akan membatasi jejak kaki Israel di wilayah tersebut," ungkapnya.