Eks Jenderal Zionis: Menolak Tukar Tawanan dengan Hamas seperti Jatuhkan Bom Nuklir pada Israel
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Seorang pensiunan jenderal Zionis Israel telah memperingatkan konsekuensi bencana jika Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menolak perjanjian pertukaran tawanan dengan Hamas.
Dalam sebuah artikel opini di surat kabar Israel; Haaretz, Mayor Jenderal (Purn) Yitzhak Brik, menulis: “Jika Netanyahu menolak perjanjian itu sekali lagi, itu akan seperti bom nuklir dijatuhkan pada kami.”
“Jika Netanyahu menolak perjanjian itu lagi, kami akan kehilangan tahanan selamanya dan berada di ambang perang regional," lanjut dia.
“Kelanjutan perang tidak akan memberikan kontribusi sama sekali terhadap pencapaian kemenangan; sebaliknya, kekalahan Israel akan lebih menyakitkan," imbuh dia, yang dikutip Middle East Monitor, Kamis (11/7/2024).
Brik juga menekankan jika tentara Israel tidak dapat mengalahkan Hamas, maka mereka pasti tidak akan mampu mengalahkan Hizbullah Lebanon.
Sementara itu, friksi antara PM Netanyahu dan militer Israel semakin tampak.
Baru-baru ini, Netanyahu mengecam juru bicara militer Daniel Hagari karena mengatakan Hamas akan terus ada di Jalur Gaza selama lima tahun ke depan.
Sebelumnya, Hagari mengatakan dalam wawancara dengan jaringan ABC Amerika: “Israel sedang merencanakan perang jangka panjang melawan Hamas,” dan menambahkan dia yakin Hamas akan tetap berada di Gaza selama lima tahun ke depan.
“Apakah Anda dan saya akan membicarakan Hamas sebagai organisasi teror di Gaza lima tahun dari sekarang?” tanya Hagari kepada pembawa acara, lalu melanjutkan, “Jawabannya adalah ya.”
Dalam sebuah artikel opini di surat kabar Israel; Haaretz, Mayor Jenderal (Purn) Yitzhak Brik, menulis: “Jika Netanyahu menolak perjanjian itu sekali lagi, itu akan seperti bom nuklir dijatuhkan pada kami.”
“Jika Netanyahu menolak perjanjian itu lagi, kami akan kehilangan tahanan selamanya dan berada di ambang perang regional," lanjut dia.
“Kelanjutan perang tidak akan memberikan kontribusi sama sekali terhadap pencapaian kemenangan; sebaliknya, kekalahan Israel akan lebih menyakitkan," imbuh dia, yang dikutip Middle East Monitor, Kamis (11/7/2024).
Brik juga menekankan jika tentara Israel tidak dapat mengalahkan Hamas, maka mereka pasti tidak akan mampu mengalahkan Hizbullah Lebanon.
Sementara itu, friksi antara PM Netanyahu dan militer Israel semakin tampak.
Baru-baru ini, Netanyahu mengecam juru bicara militer Daniel Hagari karena mengatakan Hamas akan terus ada di Jalur Gaza selama lima tahun ke depan.
Sebelumnya, Hagari mengatakan dalam wawancara dengan jaringan ABC Amerika: “Israel sedang merencanakan perang jangka panjang melawan Hamas,” dan menambahkan dia yakin Hamas akan tetap berada di Gaza selama lima tahun ke depan.
“Apakah Anda dan saya akan membicarakan Hamas sebagai organisasi teror di Gaza lima tahun dari sekarang?” tanya Hagari kepada pembawa acara, lalu melanjutkan, “Jawabannya adalah ya.”