Rekaman Audio Pembunuhan Ungkap Khashoggi Disebut Domba Kurban

Kamis, 20 Juni 2019 - 17:15 WIB
Rekaman Audio Pembunuhan Ungkap Khashoggi Disebut Domba Kurban
Rekaman Audio Pembunuhan Ungkap Khashoggi Disebut Domba Kurban
A A A
NEW YORK - Pakar PBB telah berbagi rincian rekaman audio perihal pembunuhan jurnalis pengkritik rezim Arab Saudi, Jamal Khashoggi, di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, 2 Oktober lalu. Dalam rekaman itu terungkap, seorang perwira intelijen Saudi menyebut wartawan itu dengan sebutan "domba kurban".

Rekaman itu menunjukkan ada pertemuan di lantai dua Konsulat Saudi yang melibatkan seorang dokter forensik, petugas intelijen dan keamanan serta agen dari kantor Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS). Mereka menunggu target tiba, dan seseorang bertanya bagaimana mereka akan membawa mayat korban nantinya.

Rekaman itu menjadi salah satu dasar bagi pelapor khusus PBB, Agnes Callamard, untuk menyusun laporan. Dalam laporannya, dia menyatakan MBS terlibat dalam pembunuhan tersebut.

"Apakah akan mungkin untuk memasukkan bagasi ke dalam tas?" tanya Maher Mutreb, seorang perwira intelijen Saudi yang bekerja sebagai penasihat senior Putra Mahkota Saudi, sebagaimana bunyi rekaman audio tersebut.

"Tidak. Terlalu berat," jawab Salah al-Tubaigy, dokter forensik Kementerian Dalam Negeri Saudi. Dokter itu yang membuat ide memotong-motong dan membuang mayat korban. Dia berharap pekerjaannya akan mudah.

Tubaigy melanjutkan; "Persendian akan dipisahkan. Itu tidak masalah. Tubuh itu berat. Pertama kali saya memotong di tanah. Jika kita mengambil kantong plastik dan memotongnya menjadi potongan-potongan, itu akan selesai. Kami akan membungkus masing-masing."

Di akhir percakapan dengan Tobaigy, Mutreb bertanya; "Apakah domba kurban telah tiba?". Pertanyaan itu disebut merujuk pada sosok Khashoggi yang dua menit kemudian sosok itu memasuki gedung konsulat.

Khashoggi memasuki konsulat untuk mengurus dokumennya sebagai warga Saudi. Dia membutuhkannya untuk menikahi tunangannya asal Turki. Dia dibawa ke kantor konsul jenderal dan diberitahu bahwa dia harus kembali ke Arab Saudi.

Khashoggi pun protes. "Saya memberi tahu beberapa orang di luar. Mereka menunggu saya. Seorang sopir menunggu saya," katanya.

"Mari kita buat ringkas," kata pejabat itu dalam rekaman audio. "Kirim pesan ke putra Anda."

"Putra yang mana? Apa yang harus saya katakan kepada putra saya?," tanya Khashoggi.

"Anda ketik pesan. Ayo cobalah; tunjukkan pada kami," kata pejabat itu, sambil mendorong. "Ketikkan, Tuan Jamal. Cepatlah."

Menurut pelapor khusus PBB, dalam beberapa menit, pejabat itu kehilangan kesabaran, dan diduga mengeluarkan jarum suntik.

"Apakah Anda akan memberi saya narkoba?," tanya Khashoggi.

"Kami akan membius Anda," jawab pejabat itu.

Kemudian terdengar suara perlawanan, suara gerakan dan suara terengah-engah. Menurut intelijen Turki ada juga suara gergaji.

Khashoggi diyakini telah dimutilasi di dalam gedung konsulat. Jasadnya tidak pernah ditemukan.

Laporan Callamard mengatakan ada "bukti yang dapat dipercaya" yang mengaitkan Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dengan pembunuhan Khashoggi di konsulat.

"Sudah jelas bahwa eksekusi Khashoggi adalah tanggung jawab negara Arab Saudi," bunyi laporannnya seperti dikutip Al Jazeera, Kamis (20/6/2019). Pelapor khusus PBB itu meminta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk meluncurkan penyelidikan kriminal internasional formal untuk kasus tersebut.

Saudi Tersinggung


Pemerintah Kerajaan Arab Saudi tersinggung dengan laporan tersebut karena menyebut Putra Mahkota Mohammed bin Salman terlibat dalam pembunuhan Khashoggi. Riyadh mengatakan tuduhan itu tak berdasar.

"Ini bukan hal baru. Laporan (PBB) menegaskan kembali apa yang telah dipublikasikan dan diedarkan di media," kata Menteri Negara Saudi untuk Urusan Luar Negeri Adel al-Jubeir di Twitter.

"Laporan pelapor di Dewan Hak Asasi Manusia berisi kontradiksi yang jelas dan tuduhan tidak berdasar yang menantang kredibilitasnya," lanjut diplomat Saudi tersebut.

"Kami dengan keras menolak segala upaya untuk merongrong kepemimpinan kerajaan, atau menggagalkan kasus ini dari jalur keadilan atau memengaruhinya dengan cara apa pun," tulis al-Jubeir.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3731 seconds (0.1#10.140)