China Terus Tingkatkan Kekuatan Antariksa untuk Kalahkan AS
loading...
A
A
A
BEIJING - Laporan terbaru dari lembaga think tank RAND menyoroti peningkatan keinginan China untuk mengambil risiko dan memperluas operasi strategisnya di antariksa, sebuah langkah berani yang dirancang untuk menentang supremasi Amerika Serikat (AS) di bidang ini.
RAND meneliti dokumen pertahanan China yang tersedia untuk umum, menawarkan tinjauan ekstensif tentang sudut pandang Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) tentang eskalasi di ruang angkasa dalam 20 tahun terakhir.
Mengutip dari The Hong Kong Post, Senin (8/7/2024), laporan RAND menyatakan bahwa para pemimpin China menganggap AS sebagai negara kuat namun perlahan melemah, dan meramalkan eskalasi dalam strategi agresif di masa depan, termasuk peningkatan militerisasi ruang angkasa.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa pendekatan PLA merupakan perpaduan antara pencegahan dan intimidasi, kombinasi strategis yang dirancang untuk memaksa musuh mematuhi tujuan politiknya atau menghadapi risiko perang dahsyat di ruang angkasa.
Laporan RAND juga merinci perubahan sikap PLA terhadap eskalasi di ruang angkasa. Sikap ini menunjukkan meningkatnya ambisi untuk secara proaktif memengaruhi lanskap strategis yang berubah dengan cepat. Di tahap awal, pemikiran strategis PLA masih bersifat teoritis, dengan fokus pada pencegahan konflik.
Pada tahun 2013, terjadi pergeseran dalam strategi PLA terhadap operasi ruang angkasa, seperti yang disorot oleh RAND. Fokus dialihkan ke persaingan militer dan eskalasi terkelola, dengan sasaran akhir mencapai tujuan politik.
Strategi ini disusun berdasarkan hierarki eskalasi empat tingkat, yang meliputi memamerkan kecakapan ruang angkasa, latihan militer ruang angkasa, mengerahkan pasukan luar angkasa, dan melancarkan serangan luar angkasa. Tujuan akhir dari strategi ini adalah menekan musuh agar menyerah, sekaligus menghindari konflik habis-habisan.
Masih dari laporan RAND, disebutkan bahwa meningkatnya keinginan PLA untuk mengambil risiko di ruang angkasa sebagian besar didorong persepsinya terhadap AS sebagai kekuatan yang sedang mengalami kemunduran, yang kemungkinan akan beralih ke militerisasi.
Lebih lanjut, laporan RAND menunjukkan bahwa peningkatan toleransi risiko di luar angkasa dalam PLA telah dibentuk secara signifikan oleh pengaruh Presiden China Xi Jinping.
RAND menyarankan para pejabat AS untuk bersiap menghadapi proses pengambilan keputusan yang cepat dengan komunikasi yang minimal dan tidak mengandalkan kerja sama PLA selama krisis antariksa.
Laporan itu selanjutnya menyatakan bahwa Angkatan Antariksa AS (USSF) harus siap menghadapi manuver agresif PLA di antariksa, bahkan selama masa damai.
China mungkin memilih untuk menunjukkan kemampuan antariksanya dengan melakukan uji coba peralatan canggih dengan intensitas rendah di depan umum, sering kali selama masa damai atau pada awal krisis, sebagai cara menunjukkan kemampuan dan tekadnya tanpa harus terlibat konflik.
Pada Mei 2023, Asia Times melaporkan bahwa pesawat antariksa kompak milik China telah kembali ke Bumi, mendarat di landasan pacu yang dirahasiakan di Gurun Gobi, setelah mengorbit selama 276 hari usai peluncurannya di bulan Agustus 2022.
Lokasi pendaratan pesawat antariksa China tersebut bisa jadi berada di sekitar lokasi uji coba nuklir Lop Nur, lokasi yang sebelumnya digunakan untuk pemulihan pesawat antariksa, atau di Pangkalan Uji dan Pelatihan Dingxin, lokasi yang dikenal sebagai tempat latihan skala besar Angkatan Udara PLA (PLA-AF).
Peristiwa tersebut dipuji oleh media pemerintah China sebagai tonggak penting dalam upaya eksplorasi antariksa negara tersebut.
Di bulan yang sama, Leo Labs—sebuah perusahaan pelacakan antariksa komersial—mengungkapkan bahwa pesawat antariksa mini China telah melakukan beberapa manuver dan operasi dok dengan objek yang lebih kecil selama misinya.
Sementara itu, pada Oktober 2021, Financial Times melaporkan uji coba rahasia oleh China terhadap rudal hipersonik berkemampuan nuklir yang mengitari Bumi sebelum menuju sasarannya. Uji coba ini, yang kabarnya mengejutkan intelijen AS, menggarisbawahi kemajuan substansial China dalam teknologi hipersonik. Rudal itu dilaporkan meleset dari targetnya hanya sejauh 38 kilometer.
Financial Times menyoroti kesulitan dalam melacak kendaraan luncur hipersonik karena kemampuan manuver dan lintasannya yang lebih rendah, sehingga menjadikannya ancaman potensial bagi pertahanan rudal AS.
Di tengah meningkatnya ketegangan AS-China dan tindakan militer China di dekat Taiwan, Washington menyuarakan kekhawatiran atas meningkatnya kecakapan militer Beijing, dengan menyebutnya sebagai sumber ketidakstabilan regional dan global.
Sebaliknya, China tidak membesar-besarkan uji coba rudal hipersonik tersebut, dengan menggambarkannya sebagai tes kendaraan antariksa standar untuk dapat digunakan kembali.
China memiliki kemampuan strategis untuk menempatkan pasukan antariksanya terlebih dahulu untuk operasi ofensif yang potensial, meluncurkan dan mengarahkan aset ruang angkasa untuk menciptakan persepsi ancaman yang akan segera terjadi, yang menyebabkan musuh menilai kembali tindakan mereka.
Artikel Sam Bresnick pada Agustus 2023 di Breaking Defence menggarisbawahi percepatan ekspansi China di sektor antariksa, dengan peningkatan nyata dalam peluncuran satelit dalam lima tahun terakhir, yang memposisikannya sebagai kekuatan antariksa terbesar kedua di dunia setelah AS.
Bresnick menekankan bahwa satelit-satelit ini, yang sekarang menjadi bagian dari doktrin militer PLA, telah meningkatkan kemampuan dalam navigasi, pengawasan, komunikasi, dan sistem peringatan rudal.
Dia selanjutnya menyatakan bahwa penekanan China pada ketahanan satelit, yang dicapai melalui proliferasi, orbit yang beragam, dan kemampuan peluncuran cepat, telah membangun infrastruktur antariksa yang kokoh, mungkin lebih tangguh daripada AS.
Selain itu, Bresnick juga menggarisbawahi bahwa kemampuan peluncuran ruang angkasa yang responsif secara taktis (TRSL) China kini melampaui kemampuan AS, yang menekankan urgensi bagi AS untuk meningkatkan kemampuan peluncuran cepatnya guna mempertahankan keunggulan strategis di ruang angkasa.
Tahap akhir dari strategi eskalasi ruang angkasa China dapat melibatkan peluncuran serangan terbatas dan tepat terhadap aset ruang angkasa musuh yang vital, termasuk simpul komando dan kendali.
Tujuan dari tindakan tersebut adalah untuk menekan lawan, seperti AS, agar melepaskan tujuan mereka dengan menunjukkan kapasitas dan kesiapan untuk melakukan eskalasi.
RAND meneliti dokumen pertahanan China yang tersedia untuk umum, menawarkan tinjauan ekstensif tentang sudut pandang Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) tentang eskalasi di ruang angkasa dalam 20 tahun terakhir.
Mengutip dari The Hong Kong Post, Senin (8/7/2024), laporan RAND menyatakan bahwa para pemimpin China menganggap AS sebagai negara kuat namun perlahan melemah, dan meramalkan eskalasi dalam strategi agresif di masa depan, termasuk peningkatan militerisasi ruang angkasa.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa pendekatan PLA merupakan perpaduan antara pencegahan dan intimidasi, kombinasi strategis yang dirancang untuk memaksa musuh mematuhi tujuan politiknya atau menghadapi risiko perang dahsyat di ruang angkasa.
Laporan RAND juga merinci perubahan sikap PLA terhadap eskalasi di ruang angkasa. Sikap ini menunjukkan meningkatnya ambisi untuk secara proaktif memengaruhi lanskap strategis yang berubah dengan cepat. Di tahap awal, pemikiran strategis PLA masih bersifat teoritis, dengan fokus pada pencegahan konflik.
Pada tahun 2013, terjadi pergeseran dalam strategi PLA terhadap operasi ruang angkasa, seperti yang disorot oleh RAND. Fokus dialihkan ke persaingan militer dan eskalasi terkelola, dengan sasaran akhir mencapai tujuan politik.
Strategi ini disusun berdasarkan hierarki eskalasi empat tingkat, yang meliputi memamerkan kecakapan ruang angkasa, latihan militer ruang angkasa, mengerahkan pasukan luar angkasa, dan melancarkan serangan luar angkasa. Tujuan akhir dari strategi ini adalah menekan musuh agar menyerah, sekaligus menghindari konflik habis-habisan.
Masih dari laporan RAND, disebutkan bahwa meningkatnya keinginan PLA untuk mengambil risiko di ruang angkasa sebagian besar didorong persepsinya terhadap AS sebagai kekuatan yang sedang mengalami kemunduran, yang kemungkinan akan beralih ke militerisasi.
Kekuatan Antariksa China
Lebih lanjut, laporan RAND menunjukkan bahwa peningkatan toleransi risiko di luar angkasa dalam PLA telah dibentuk secara signifikan oleh pengaruh Presiden China Xi Jinping.
RAND menyarankan para pejabat AS untuk bersiap menghadapi proses pengambilan keputusan yang cepat dengan komunikasi yang minimal dan tidak mengandalkan kerja sama PLA selama krisis antariksa.
Laporan itu selanjutnya menyatakan bahwa Angkatan Antariksa AS (USSF) harus siap menghadapi manuver agresif PLA di antariksa, bahkan selama masa damai.
China mungkin memilih untuk menunjukkan kemampuan antariksanya dengan melakukan uji coba peralatan canggih dengan intensitas rendah di depan umum, sering kali selama masa damai atau pada awal krisis, sebagai cara menunjukkan kemampuan dan tekadnya tanpa harus terlibat konflik.
Pada Mei 2023, Asia Times melaporkan bahwa pesawat antariksa kompak milik China telah kembali ke Bumi, mendarat di landasan pacu yang dirahasiakan di Gurun Gobi, setelah mengorbit selama 276 hari usai peluncurannya di bulan Agustus 2022.
Lokasi pendaratan pesawat antariksa China tersebut bisa jadi berada di sekitar lokasi uji coba nuklir Lop Nur, lokasi yang sebelumnya digunakan untuk pemulihan pesawat antariksa, atau di Pangkalan Uji dan Pelatihan Dingxin, lokasi yang dikenal sebagai tempat latihan skala besar Angkatan Udara PLA (PLA-AF).
Peristiwa tersebut dipuji oleh media pemerintah China sebagai tonggak penting dalam upaya eksplorasi antariksa negara tersebut.
Di bulan yang sama, Leo Labs—sebuah perusahaan pelacakan antariksa komersial—mengungkapkan bahwa pesawat antariksa mini China telah melakukan beberapa manuver dan operasi dok dengan objek yang lebih kecil selama misinya.
Sementara itu, pada Oktober 2021, Financial Times melaporkan uji coba rahasia oleh China terhadap rudal hipersonik berkemampuan nuklir yang mengitari Bumi sebelum menuju sasarannya. Uji coba ini, yang kabarnya mengejutkan intelijen AS, menggarisbawahi kemajuan substansial China dalam teknologi hipersonik. Rudal itu dilaporkan meleset dari targetnya hanya sejauh 38 kilometer.
Financial Times menyoroti kesulitan dalam melacak kendaraan luncur hipersonik karena kemampuan manuver dan lintasannya yang lebih rendah, sehingga menjadikannya ancaman potensial bagi pertahanan rudal AS.
Di tengah meningkatnya ketegangan AS-China dan tindakan militer China di dekat Taiwan, Washington menyuarakan kekhawatiran atas meningkatnya kecakapan militer Beijing, dengan menyebutnya sebagai sumber ketidakstabilan regional dan global.
Sebaliknya, China tidak membesar-besarkan uji coba rudal hipersonik tersebut, dengan menggambarkannya sebagai tes kendaraan antariksa standar untuk dapat digunakan kembali.
AS vs China
China memiliki kemampuan strategis untuk menempatkan pasukan antariksanya terlebih dahulu untuk operasi ofensif yang potensial, meluncurkan dan mengarahkan aset ruang angkasa untuk menciptakan persepsi ancaman yang akan segera terjadi, yang menyebabkan musuh menilai kembali tindakan mereka.
Artikel Sam Bresnick pada Agustus 2023 di Breaking Defence menggarisbawahi percepatan ekspansi China di sektor antariksa, dengan peningkatan nyata dalam peluncuran satelit dalam lima tahun terakhir, yang memposisikannya sebagai kekuatan antariksa terbesar kedua di dunia setelah AS.
Bresnick menekankan bahwa satelit-satelit ini, yang sekarang menjadi bagian dari doktrin militer PLA, telah meningkatkan kemampuan dalam navigasi, pengawasan, komunikasi, dan sistem peringatan rudal.
Dia selanjutnya menyatakan bahwa penekanan China pada ketahanan satelit, yang dicapai melalui proliferasi, orbit yang beragam, dan kemampuan peluncuran cepat, telah membangun infrastruktur antariksa yang kokoh, mungkin lebih tangguh daripada AS.
Selain itu, Bresnick juga menggarisbawahi bahwa kemampuan peluncuran ruang angkasa yang responsif secara taktis (TRSL) China kini melampaui kemampuan AS, yang menekankan urgensi bagi AS untuk meningkatkan kemampuan peluncuran cepatnya guna mempertahankan keunggulan strategis di ruang angkasa.
Tahap akhir dari strategi eskalasi ruang angkasa China dapat melibatkan peluncuran serangan terbatas dan tepat terhadap aset ruang angkasa musuh yang vital, termasuk simpul komando dan kendali.
Tujuan dari tindakan tersebut adalah untuk menekan lawan, seperti AS, agar melepaskan tujuan mereka dengan menunjukkan kapasitas dan kesiapan untuk melakukan eskalasi.
(mas)