Mengapa Yahudi Ortodoks Menolak Wajib Militer Israel?

Senin, 08 Juli 2024 - 12:53 WIB
loading...
A A A
Namun saat ini, komunitas Haredi adalah komunitas yang tumbuh paling cepat di masyarakat Israel dan mencakup 13 persen populasi, diperkirakan meningkat menjadi seperempat pada tahun 2050.

Kendati demikian, meskipun 540 pria Haredi yang memenuhi syarat militer secara sukarela mendaftar untuk berperang sejak 7 Oktober, puluhan orang ribuan orang terus menghindari rancangan undang-undang tersebut di bawah pengecualian Ben Gurion.

Pada tahun 1998, Mahkamah Agung Israel memutuskan bahwa undang-undang diperlukan untuk menyusun kebijakan ini, dan undang-undang tersebut disahkan pada tahun 2002.

Israel juga membentuk yeshiva yang mencakup dinas militer serta batalion khusus untuk pria Haredi.

Meskipun ribuan orang telah bergabung, sebagian besar menolak pengaruh sekularisasi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sebagai ancaman terhadap keunikan komunitas agama mereka yang berbeda.

Kebanyakan Haredi tidak merayakan "Hari Kemerdekaan", yang diperingati sejak matahari terbenam hingga matahari terbenam lagi pada tanggal 13-14 Mei tahun ini.

Soal Zionis, mereka terpecah antara pro dan anti. Bagi yang anti-Zionis, mereka percaya bahwa mendirikan Negara Israel akan mendahului kedatangan sang mesias.

Pada tahun 2017, Mahkamah Agung memutuskan bahwa undang-undang tahun 2002 bersifat diskriminatif dan memerintahkan pemerintah untuk mengatasinya.

Mengingat pengaruh Haredi yang kuat dalam politik, masalah ini masih belum terselesaikan hingga 28 Maret, ketika hakim melarang negara untuk melanjutkan pembayaran tunjangan kepada siswa yeshiva yang memenuhi syarat untuk mengikuti wajib militer.

Pihak berwenang telah menyatakan bahwa mereka tidak akan melakukan wajib militer massal, namun diperkirakan 55.000 Haredi di lebih dari 1.200 yeshiva akan kehilangan dana.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2332 seconds (0.1#10.140)