Tak Ultimatum Keras Turki soal S-400, Pentagon Salahkan Trump

Selasa, 09 April 2019 - 16:55 WIB
Tak Ultimatum Keras...
Tak Ultimatum Keras Turki soal S-400, Pentagon Salahkan Trump
A A A
WASHINGTON - Beberapa pejabat Departemen Luar Negeri dan Pentagon secara pribadi menyalahkan Presiden Donald Trump karena gagal menerbitkan ultimatum keras kepada Turki atas pembelian sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia. Beberapa sumber yang mengetahui masalah tersebut mengungkapnya kepada ABC News.

Selama berbulan-bulan, pejabat senior, termasuk Wakil Presiden Mike Pence, Menteri Luar Negeri Michael Pompeo dan Pelaksana Tugas Menteri Pertahanan Patrick Shanahan, telah memperingatkan Turki agar tidak memilih sistem rudal Rusia yang tidak sesuai dengan sistem pertahanan NATO. Mereka menyatakan keprihatinan bahwa Turki, sekutu NATO, nekat membeli sistem rudal Rusia daripada sistem rudal Patriot buatan Amerika Serikat (AS).

Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin telah bertemu di Moskow pada hari Senin untuk membahas pengiriman sistem rudal S-400 ke Ankara.

Sejak Erdogan secara pribadi merundingkan pembelian senjata pertahanan canggih Moskow dengan Trump, para pejabat Departemen Luar Negeri dan Pentagon berharap ada tekanan dari Trump untuk "membunuh" kesepakatan pembelian tersebut.

Tetapi, selama percakapan telepon pada 22 Februari antara kedua pemimpin tersebut, Erdogan justru menyampaikan keluhan soal ancaman sanksi yang dirancang Kongres AS. Menurut tiga pejabat AS, Erdogan menyampaikan kepada Trump bahwa Kongres melanggar kekuasaan eksekutif presiden dengan mengeluarkan ancaman sanksi terhadap Turki atas kesepakatannya dengan Rusia.

Erdogan, dalam percakapan telepon, diyakini mengatakan kepada Trump bahwa kemungkinan sanksi dari Kongres berdasarkan undang-undang sanksi bernama Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) itu adalah "tidak konstitusional". "Karena menghilangkan kekuatan eksekutif Anda," kata dua pejabat AS menirukan Erdogan dalam percakapan telepon itu.

Menurut dua pejabat itu, Trump kemudian menjawab bahwa dia akan berbicara dengan Kongres. "Tanggapan presiden tidak terjebak sehingga Erdogan melihat apa yang dipertaruhkan," kata pejabat lain yang mengetahui percakapan telepon tersebut.

Tidak jelas apakah presiden bisa menghentikan kesepakatan pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Moskow oleh Ankara karena Turki adalah negara berdaulat.

Gedung Putih, pada Selasa (9/4/2019), tidak menanggapi permintaan ABC News untuk berkomentar.

Menjelang percakapan telepon antara Trump dengan Erdogan, sumber pemerintah Amerika mengatakan kepada ABC News bahwa ada upaya besar dari pejabat Departemen Luar Negeri dan Pentagon untuk mempersiapkan apa yang akan disampaikan presiden Trump, termasuk kemungkinan konsekuensi.

Pompeo dan Shanahan sebelumnya juga telah berbicara dengan Erdogan tetapi tanpa kemajuan nyata. "Itulah sebabnya peran Trump dalam hal ini sangat kritis, karena Erdogan tidak mendengarkan para utusan yang ditemuinya," kata seorang pejabat yang terlibat dalam masalah ini.

Para ahli militer khawatir sistem rudal Rusia itu dapat mengekspos pertahanan Barat kepada Moskow, karena S-400 berpotensi dapat mengancam teknologi jet tempur siluman F-35.

Sitem pertahanan S-400 mampu menembak jatuh pesawat terbang, drone, dan rudal jelajah dengan jangkauan tembakan misilnya mencapai hingga 250 mil.

China yang telah membeli senjata pertahanan Mosokow itu sudah dijatuhi sanksi oleh Washington.

"Saya tidak menyarankan bahwa Turki tidak dapat dipercaya, tetapi saya mengatakan bahwa Anda mengambil risiko lain dengan sistem Anda, dengan apa yang mungkin merupakan teknologi kami yang paling sensitif," kata Jenderal Curtis Scaparrotti, komandan Komando Eropa AS.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1538 seconds (0.1#10.140)