Israel-Hamas Sepakati Gencatan Senjata

Selasa, 26 Maret 2019 - 22:49 WIB
Israel-Hamas Sepakati Gencatan Senjata
Israel-Hamas Sepakati Gencatan Senjata
A A A
GAZA CITY - Pertempuran lintas-perbatasan antara Israel dan Hamas mereda pada hari Selasa (26/3/2019), sehari setelah serangan roket Palestina dan serangan udara Israel. Namun Israel mengatakan pihaknya berhak untuk menyerang lagi dan menjaga pasukan serta tanknya berkumpul di perbatasan Gaza.

Eskalasi terbesar Israel-Palestina dalam beberapa bulan, yang dimulai pada hari Senin dengan serangan roket Palestina yang menyebabkan korban di Israel selama lima tahun, tampaknya telah berhasil diatasi oleh mediasi Mesir semalam.

Perbatasan menjadi sepi pada Selasa pagi setelah Hamas dan kelompok gerilyawan Jihad Islam, yang juga mengambil bagian dalam pertempuran itu, mengatakan Mesir telah menjadi perantara gencatan senjata.

Seperti dalam eskalasi masa lalu yang berakhir dengan mediasi Mesir, Israel membantah telah menyetujui gencatan senjata dengan Hamas, yang dipandangnya sebagai kelompok teroris.

"Netanyahu berusaha menggambarkan dirinya sebagai pahlawan bagi rakyatnya, oleh karena itu ia secara terbuka menyangkal pemahaman yang dicapai dengan orang-orang Mesir," kata pejabat Jihad Islam Khader Habib.

"Faksi-faksi perlawanan berkomitmen untuk menenangkan selama musuh mematuhinya," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters.

Sirene peringatan roket, yang terdengar di kota-kota Israel di dekat perbatasan pada Senin malam, tidak terdengar di pagi hari.

Utusan Timur Tengah PBB Nickolay Mladenov mengatakan kepada Dewan Keamanan pada hari Selasa bahwa ia telah bekerja dengan Mesir untuk mengamankan gencatan senjata.

"Ketenangan yang rapuh tampaknya telah menguasai," katanya.

Mladenov mengutuk penembakan roket oleh Hamas terhadap Israel tanpa pandang bulu sebagai tindakan provokatif yang meningkatkan risiko eskalasi. Ia pun mendesak pengekangan maksimum oleh semua pihak.

Peningkatan ini merupakan yang terbesar sejak November antara Israel dan Hamas, yang tiga kali terlibat pertempuran antara 2007 dan 2014 dan telah terlibat konflik habis-habisan beberapa kali sejak itu.

Dalam perang Gaza 2014, lebih dari 2.100 warga Palestina tewas dalam pertempuran selama tujuh minggu. Kebanyakan dari mereka adalah warga sipil. Sementara itu enam puluh enam tentara Israel dan tujuh warga sipil juga terbunuh.

Sementara itu proses perdamaian yang bertujuan mengakhiri konflik Israel-Palestina yang didasarkan pada solusi dua negara telah gagal total.

Di Washington, Netanyahu bertemu dengan Presiden AS Donald Trump, yang menjungkir balikkan beberapa kebijakan AS selama beberapa dekade untuk menandatangani proklamasi yang mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. Dataran Tinggi Golan diambil Israel dari Suriah dalam perang Timur Tengah 1967.

Gaza adalah rumah bagi 2 juta warga Palestina, sebagian besar keturunan orang yang melarikan diri atau diusir dari rumah-rumah mereka pada pendirian Israel pada tahun 1948.

Israel merebut wilayah itu dalam perang 1967 tetapi menarik pasukan dan pemukimnya pada tahun 2005. Hamas mengambil kendali dua tahun kemudian. Sejak itu Israel dan Mesir mempertahankan blokade keamanan yang telah membawa ekonomi Gaza ke keadaan hancur.

Pada tahun lalu, hampir 200 warga Palestina dan seorang tentara Israel tewas dalam demonstrasi di dekat perbatasan oleh warga Palestina yang berupaya mencabut blokade dan hak untuk kembali ke rumah-rumah di Israel. Israel mengatakan tidak punya pilihan selain menggunakan kekuatan mematikan untuk melindungi perbatasan dari militan.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4923 seconds (0.1#10.140)