5 Fakta Perang Yaman, Perang Saudara yang telah Terjadi Sejak 2014
loading...
A
A
A
Pada bulan Juni 2015, Arab Saudi menerapkan blokade laut untuk mencegah Iran memasok Houthi. Sebagai tanggapan, Iran mengirimkan konvoi angkatan laut, meningkatkan risiko eskalasi militer antara kedua negara.
Awalnya perjanjian tersebut sempat berjalan dengan mulus ketika Houthi dan pemerintahan mantan Presiden Saleh, yang digulingkan pada tahun 2011 mengumumkan pembentukan dewan politik untuk memerintah Sana’a dan sebagian besar wilayah utara Yaman.
Hanya berselang setahun, pada Desember 2017, Saleh memutuskan hubungan dengan Houthi dan menyerukan para pengikutnya untuk mengangkat senjata melawan mereka. Konflik itu akhirnya dimenangkan oleh Houthi dan membuat Saleh dan banyak pengikutnya tewas.
Konflik kembali terjadi di tahun 2021, ketika Houthi melancarkan serangan untuk merebut Marib, benteng terakhir pemerintah Yaman yang diakui secara internasional, dan pada awal Maret, pemberontak Houthi melakukan serangan udara rudal di Arab Saudi, termasuk menargetkan kapal tanker dan fasilitas minyak serta bandara internasional.
Serangan tersebut merupakan bentrokan paling mematikan sejak 2018, menewaskan ratusan pejuang dan mempersulit proses perdamaian.
Akibat peristiwa ini, ditambah dengan tingginya harga pangan, kekurangan bahan bakar, dan pembatasan impor, jumlah warga Yaman yang mengalami kelaparan meningkat menjadi 14 juta pada tahun 2016.
Lalu di tahun 2017, situasinya memburuk dengan cepat ketika wabah kolera menyebar ke lebih dari satu juta orang. Sekitar 17 juta orang menghadapi tingkat krisis kelaparan. Juga pada tahun itu, blokade pelabuhan Yaman membatasi Program Pangan Dunia PBB dan lembaga kemanusiaan lainnya dalam menyalurkan bantuan.
Dalam kurun waktu delapan tahun selama perang Yaman, konflik ini telah merenggut lebih dari 377.000 nyawa dan menyebabkan 4,5 juta orang mengungsi . 21 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan, dan 17 juta orang di Yaman sangat kelaparan.
Konflik tersebut telah menghancurkan infrastruktur negara, termasuk jalan-jalan utama dan bandara. Runtuhnya perekonomian, tingginya harga barang dan devaluasi mata uang membuat masyarakat sangat sulit mengakses kebutuhan dasar.
4. Perjanjian Perdamaian di Tahun 2016 Tidak Bisa Jadi Solusi
Upaya PBB untuk menengahi perundingan perdamaian antara sekutu pemberontak Houthi dan pemerintah Yaman yang diakui secara internasional terhenti pada tahun 2016.Awalnya perjanjian tersebut sempat berjalan dengan mulus ketika Houthi dan pemerintahan mantan Presiden Saleh, yang digulingkan pada tahun 2011 mengumumkan pembentukan dewan politik untuk memerintah Sana’a dan sebagian besar wilayah utara Yaman.
Hanya berselang setahun, pada Desember 2017, Saleh memutuskan hubungan dengan Houthi dan menyerukan para pengikutnya untuk mengangkat senjata melawan mereka. Konflik itu akhirnya dimenangkan oleh Houthi dan membuat Saleh dan banyak pengikutnya tewas.
Konflik kembali terjadi di tahun 2021, ketika Houthi melancarkan serangan untuk merebut Marib, benteng terakhir pemerintah Yaman yang diakui secara internasional, dan pada awal Maret, pemberontak Houthi melakukan serangan udara rudal di Arab Saudi, termasuk menargetkan kapal tanker dan fasilitas minyak serta bandara internasional.
Serangan tersebut merupakan bentrokan paling mematikan sejak 2018, menewaskan ratusan pejuang dan mempersulit proses perdamaian.
5. Kelaparan dan Musibah Selama Perang Yaman
Dikutip dari WFP USA, pada awal perang saudara, antara tahun 2014 dan 2015, Yaman mengalami peningkatan kelaparan sebesar 13%. Yaman juga diterjang dua badai topan pada tahun 2015 dan kawanan belalang pada tahun 2016.Akibat peristiwa ini, ditambah dengan tingginya harga pangan, kekurangan bahan bakar, dan pembatasan impor, jumlah warga Yaman yang mengalami kelaparan meningkat menjadi 14 juta pada tahun 2016.
Lalu di tahun 2017, situasinya memburuk dengan cepat ketika wabah kolera menyebar ke lebih dari satu juta orang. Sekitar 17 juta orang menghadapi tingkat krisis kelaparan. Juga pada tahun itu, blokade pelabuhan Yaman membatasi Program Pangan Dunia PBB dan lembaga kemanusiaan lainnya dalam menyalurkan bantuan.
Dalam kurun waktu delapan tahun selama perang Yaman, konflik ini telah merenggut lebih dari 377.000 nyawa dan menyebabkan 4,5 juta orang mengungsi . 21 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan, dan 17 juta orang di Yaman sangat kelaparan.
Konflik tersebut telah menghancurkan infrastruktur negara, termasuk jalan-jalan utama dan bandara. Runtuhnya perekonomian, tingginya harga barang dan devaluasi mata uang membuat masyarakat sangat sulit mengakses kebutuhan dasar.