Tutupi Kejahatan Perang, Israel Jadikan Rumah Sakit sebagai Penjara

Minggu, 02 Juni 2024 - 18:01 WIB
loading...
A A A
Israel telah menahan sekitar 4.000 warga Palestina sejak 7 Oktober, menurut angka resmi, meskipun sekitar 1.500 orang dibebaskan setelah militer memutuskan bahwa mereka tidak berafiliasi dengan Hamas. Kelompok hak asasi manusia Israel mengatakan sebagian besar tahanan pernah melewati Sde Teiman, pusat penahanan terbesar di negara itu.

Para dokter di sana mengatakan mereka telah merawat banyak orang yang tampaknya bukan kombatan.

“Sekarang kami mempunyai pasien yang usianya tidak terlalu muda, pasien yang menderita diabetes dan tekanan darah tinggi,” kata Donchin, ahli anestesi.

Seorang tentara yang bekerja di rumah sakit menceritakan seorang lelaki lanjut usia yang menjalani operasi pada kakinya tanpa obat pereda nyeri. “Dia berteriak dan gemetar,” kata tentara itu.

Di sela-sela perawatan medis, tentara tersebut mengatakan para pasien ditempatkan di pusat penahanan, di mana mereka dihadapkan pada kondisi yang kumuh dan luka mereka sering kali mengalami infeksi. Ada area terpisah di mana orang lanjut usia tidur di kasur tipis di bawah lampu sorot, dan bau busuk tercium di udara, katanya.

Militer mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa semua tahanan “diduga terlibat dalam kegiatan teroris.” Dikatakan mereka menerima pemeriksaan pada saat kedatangan dan dipindahkan ke rumah sakit ketika mereka memerlukan perawatan yang lebih serius.

Seorang pekerja medis yang menemui pasien di fasilitas tersebut pada musim dingin menceritakan bagaimana mengajari pekerja rumah sakit cara mencuci luka.

Donchin, yang sebagian besar membela fasilitas tersebut terhadap tuduhan penganiayaan tetapi mengkritik beberapa praktik yang dilakukan, mengatakan sebagian besar pasien memakai popok dan tidak diperbolehkan menggunakan kamar mandi, diborgol di lengan dan kaki, serta ditutup matanya.

“Mata mereka tertutup sepanjang waktu. Saya tidak tahu apa alasan keamanannya,” ujarnya.

Pihak militer membantah laporan yang diberikan kepada AP, dengan mengatakan bahwa pasien diborgol “jika diperlukan karena risiko keamanan” dan dikeluarkan jika menyebabkan cedera. Pasien jarang menggunakan popok, katanya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0995 seconds (0.1#10.140)