10 Fakta Mengerikan Rute Gelap Imigran ke Eropa, Seperti Mempertaruhkan Nyawa
loading...
A
A
A
LONDON - Jalur Mediterania Tengah baik rute dari Aljazair, Mesir, Libya dan Tunisia ke Italia dan Malta, telah lama menjadi jalur migrasi paling mematikan di dunia. Menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), hampir 2.500 orang tewas atau hilang saat mereka mencoba melintasi jalur tersebut pada tahun 2023.
Foto/AP
Ketika orang-orang bersedia mengambil risiko menyeberangi Laut Tengah, hal itu merupakan bukti keputusasaan mereka. Mereka tahu bahwa ada kemungkinan mereka tidak akan selamat, dan mereka tahu bahwa mereka berisiko dipulangkan.
Namun dengan situasi yang tidak dapat dipertahankan di banyak negara asal orang-orang ini, dengan meningkatnya konflik dan kelaparan, mereka tidak punya pilihan lain.
Foto/AP
Melansir Norwegian Refugee Council, banyak orang sekarat di depan pintu Eropa karena tidak ada cara aman bagi mereka untuk mencari perlindungan di tempat yang kini menjadi benteng Eropa. Mencari suaka adalah hak asasi manusia.
Semua orang mempunyai hak untuk mencari suaka dan mendapatkan peninjauan individual atas permohonan suaka mereka, sejalan dengan Konvensi Pengungsi dan Piagam Hak-Hak Fundamental Uni Eropa. Konvensi Pengungsi secara eksplisit mengakui bahwa pengungsi mungkin terpaksa memasuki negara suaka secara tidak teratur untuk mencari perlindungan.
Foto/AP
Selain perang dan konflik, bencana dan perubahan iklim semakin menjadi pendorong mobilitas manusia karena beberapa wilayah menjadi tidak layak huni dan mata pencaharian tradisional tidak lagi berkelanjutan. Hal ini juga menjadi salah satu alasan banyak orang di Afrika Utara ingin pindah.
Foto/AP
Pada tahun 2023, 157.651 orang tiba di Italia melalui jalur laut. 10 negara asal yang paling umum adalah:
Guinea (12%)
Tunisia (11%)
Pantai Gading (10%)
10 Fakta Mengerikan Rute Gelap Migran ke Eropa, Seperti Mempertaruhkan Nyawa
1. Sebuah kesaksian atas keputusasaan mereka
Foto/AP
Ketika orang-orang bersedia mengambil risiko menyeberangi Laut Tengah, hal itu merupakan bukti keputusasaan mereka. Mereka tahu bahwa ada kemungkinan mereka tidak akan selamat, dan mereka tahu bahwa mereka berisiko dipulangkan.
Namun dengan situasi yang tidak dapat dipertahankan di banyak negara asal orang-orang ini, dengan meningkatnya konflik dan kelaparan, mereka tidak punya pilihan lain.
2. Tidak ada cara aman untuk mencari perlindungan
Foto/AP
Melansir Norwegian Refugee Council, banyak orang sekarat di depan pintu Eropa karena tidak ada cara aman bagi mereka untuk mencari perlindungan di tempat yang kini menjadi benteng Eropa. Mencari suaka adalah hak asasi manusia.
Semua orang mempunyai hak untuk mencari suaka dan mendapatkan peninjauan individual atas permohonan suaka mereka, sejalan dengan Konvensi Pengungsi dan Piagam Hak-Hak Fundamental Uni Eropa. Konvensi Pengungsi secara eksplisit mengakui bahwa pengungsi mungkin terpaksa memasuki negara suaka secara tidak teratur untuk mencari perlindungan.
3: Menghindari perang, konflik, perubahan iklim, dan kemiskinan
Foto/AP
Selain perang dan konflik, bencana dan perubahan iklim semakin menjadi pendorong mobilitas manusia karena beberapa wilayah menjadi tidak layak huni dan mata pencaharian tradisional tidak lagi berkelanjutan. Hal ini juga menjadi salah satu alasan banyak orang di Afrika Utara ingin pindah.
4: 10 negara asal teratas
Foto/AP
Pada tahun 2023, 157.651 orang tiba di Italia melalui jalur laut. 10 negara asal yang paling umum adalah:
Guinea (12%)
Tunisia (11%)
Pantai Gading (10%)