Erdogan Desak Umat Islam Bersatu Melawan Israel, Sebut Netanyahu Vampir Biadab
loading...
A
A
A
ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendesak umat Islam membuat keputusan bersama untuk melawan Israel. Dia menyebut negara Yahudi itu sebagai ancaman bagi seluruh umat manusia.
“Saya ingin menyampaikan beberapa kata kepada dunia Islam: Apa yang Anda tunggu untuk mengambil keputusan bersama?” katanya dalam pidatonya di depan anggota Parlemen dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP).
“Israel bukan hanya ancaman bagi Gaza tetapi bagi seluruh umat manusia. Tidak ada negara yang aman selama Israel tidak mengikuti hukum internasional dan tidak merasa terikat dengan hukum internasional,” lanjut Erdogan, seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (31/5/2024).
Dia kemudian menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melakukan genosida terhadap rakyat Palestina.
Pernyataan Erdogan muncul beberapa hari setelah pasukan Israel mengebom sebuah kamp pengungsi di kota Rafah di Gaza selatan, menewaskan puluhan orang.
Serangan udara tersebut, yang dilakukan kurang dari seminggu setelah Mahkamah Internasional memerintahkan Israel untuk menghentikan operasi militer di kota tersebut, memicu gelombang kecaman internasional dan digambarkan oleh Netanyahu sebagai “kesalahan tragis".
“Tidak ada ideologi yang menganggap pembakaran sampai mati warga sipil tak berdosa di tenda mereka sebagai hal yang sah,” kata Erdogan.
“Dunia sedang menyaksikan kebiadaban vampir bernama Netanyahu ini secara langsung," paparnya.
Presiden Turki juga mengecam sekutu NATO-nya.
"Amerika, darah ini juga ada di tangan Anda. Para kepala negara di Eropa, Anda telah terlibat dalam vampirisme Israel karena Anda tetap diam," imbuh Erdogan.
Berbicara kepada wartawan pada hari Selasa, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan Washington tidak menganggap serangan di Rafah sebagai insiden yang cukup serius sehingga memerlukan penghentian pengiriman senjata ke Israel.
Erdogan tidak merinci “keputusan bersama” apa yang harus diambil dunia Islam terhadap Israel.
Pemimpin Turki tersebut telah berulang kali mengutuk tindakan Israel sejak perang dengan Hamas dimulai pada bulan Oktober 2023, membandingkan Netanyahu dengan Adolf Hitler dalam berbagai kesempatan dan menawarkan dukungan verbal kepada kepemimpinan Hamas.
Namun, dia tidak pernah mengancam akan menggunakan kekerasan terhadap Israel, dan memilih langkah-langkah diplomatik dan ekonomi.
TĂĽrki telah memanggil pulang duta besarnya untuk Israel pada bulan November untuk berkonsultasi dan menangguhkan penerbangan antara kedua negara.
Bulan lalu, Ankara menghentikan semua perdagangan dengan Israel, dengan dokumen pemerintah yang menyatakan bahwa bisnis antara kedua negara hanya akan berjalan normal jika Netanyahu mengizinkan bantuan kemanusiaan yang cukup dan berkelanjutan mengalir ke Gaza.
Pemerintah Israel telah mengeluarkan beberapa kecaman pedas terhadap Erdogan sebagai tanggapannya.
Dalam sebuah postingan media sosial pada bulan Maret, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, berpendapat bahwa dukungan Erdogan terhadap Hamas menjadikannya salah satu “penindas dan anti-Semit terbesar dalam sejarah."
“Saya ingin menyampaikan beberapa kata kepada dunia Islam: Apa yang Anda tunggu untuk mengambil keputusan bersama?” katanya dalam pidatonya di depan anggota Parlemen dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP).
“Israel bukan hanya ancaman bagi Gaza tetapi bagi seluruh umat manusia. Tidak ada negara yang aman selama Israel tidak mengikuti hukum internasional dan tidak merasa terikat dengan hukum internasional,” lanjut Erdogan, seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (31/5/2024).
Dia kemudian menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melakukan genosida terhadap rakyat Palestina.
Pernyataan Erdogan muncul beberapa hari setelah pasukan Israel mengebom sebuah kamp pengungsi di kota Rafah di Gaza selatan, menewaskan puluhan orang.
Serangan udara tersebut, yang dilakukan kurang dari seminggu setelah Mahkamah Internasional memerintahkan Israel untuk menghentikan operasi militer di kota tersebut, memicu gelombang kecaman internasional dan digambarkan oleh Netanyahu sebagai “kesalahan tragis".
“Tidak ada ideologi yang menganggap pembakaran sampai mati warga sipil tak berdosa di tenda mereka sebagai hal yang sah,” kata Erdogan.
“Dunia sedang menyaksikan kebiadaban vampir bernama Netanyahu ini secara langsung," paparnya.
Presiden Turki juga mengecam sekutu NATO-nya.
"Amerika, darah ini juga ada di tangan Anda. Para kepala negara di Eropa, Anda telah terlibat dalam vampirisme Israel karena Anda tetap diam," imbuh Erdogan.
Berbicara kepada wartawan pada hari Selasa, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan Washington tidak menganggap serangan di Rafah sebagai insiden yang cukup serius sehingga memerlukan penghentian pengiriman senjata ke Israel.
Erdogan tidak merinci “keputusan bersama” apa yang harus diambil dunia Islam terhadap Israel.
Pemimpin Turki tersebut telah berulang kali mengutuk tindakan Israel sejak perang dengan Hamas dimulai pada bulan Oktober 2023, membandingkan Netanyahu dengan Adolf Hitler dalam berbagai kesempatan dan menawarkan dukungan verbal kepada kepemimpinan Hamas.
Namun, dia tidak pernah mengancam akan menggunakan kekerasan terhadap Israel, dan memilih langkah-langkah diplomatik dan ekonomi.
TĂĽrki telah memanggil pulang duta besarnya untuk Israel pada bulan November untuk berkonsultasi dan menangguhkan penerbangan antara kedua negara.
Bulan lalu, Ankara menghentikan semua perdagangan dengan Israel, dengan dokumen pemerintah yang menyatakan bahwa bisnis antara kedua negara hanya akan berjalan normal jika Netanyahu mengizinkan bantuan kemanusiaan yang cukup dan berkelanjutan mengalir ke Gaza.
Pemerintah Israel telah mengeluarkan beberapa kecaman pedas terhadap Erdogan sebagai tanggapannya.
Dalam sebuah postingan media sosial pada bulan Maret, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, berpendapat bahwa dukungan Erdogan terhadap Hamas menjadikannya salah satu “penindas dan anti-Semit terbesar dalam sejarah."
(mas)