China dan Spanyol Tawarkan Bantuan kepada Venezuela

Kamis, 14 Maret 2019 - 00:12 WIB
China dan Spanyol Tawarkan Bantuan kepada Venezuela
China dan Spanyol Tawarkan Bantuan kepada Venezuela
A A A
CARACAS - China menawarkan bantuan kepada Venezuela untuk mengembalikan jaringan listriknya yang kembali padam. Tawaran ini datang ditengah usaha Presiden Nicolas Maduro mencegah kemarahan publik yang meningkat, memperkuat dukungan kepada saingannya Juan Guaido yang didukung oleh Amerika Serikat (AS).

Pemadaman listrik besar-besaran yang melanda Venezuela hampir seminggu yang lalu, terburuk dalam sejarah negara itu, telah memperdalam krisis ekonomi negara Amerika Selatan yang sudah parah itu terutama mengganggu pasokan air minum.

Meskipun listrik telah menyala kembali di sebagian besar Ibu Kota Caracas, namun kebutuhan air bersih harus diangkut dengan truk. Sejumlah daerah di wilayah barat negara itu tetap tanpa listrik.

"Tidak ada air, tidak ada listrik, tidak ada obat-obatan, tidak ada uang tunai, tidak ada transportasi. Ini mengerikan," kata seorang warga Caracas, Victoria Milano (40) seperti dilansir dari AFP, Kamis (14/3/2019).

Dalam situasi seperti itu, China pada Rabu menyatakan siap untuk membantu Venezuela menyalakan listriknya dan beroperasi kembali. China dan Rusia adalah pendukung pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.

"China berharap Venezuela dapat dengan cepat menemukan penyebab kecelakaan ini dan memulihkan kekuatan dan tatanan sosial yang normal," kata juru bicara kementerian luar negeri Cina Lu Kang pada konferensi singkat di Beijing.

"China bersedia menawarkan bantuan dan dukungan teknis ke Venezuela untuk memulihkan sistem tenaga listrik," imbuh Lu.

Juru bicara itu mengatakan China sangat prihatin tentang laporan serangan dunia maya, tetapi menolak untuk secara langsung menyalahkan Amerika Serikat (AS).

Selain China, salah satu negara Uni Eropa yang nota bene mendukung tokoh oposisi Juan Guaido yaitu Spanyol juga menawarkan bantuan untuk memperbaiki sistem kelistrikan Venezuela yang "rusak parah".

Menurut Ecoanalitica, sebuah perusahaan analisis ekonomi, pemadaman listrik pada Selasa menghabiskan biaya Rp12,4 triliun di Venezuela.

"Ada kelumpuhan besar di banyak area kritis di sektor minyak," katanya, memperkirakan bahwa hingga 70 persen dari satu juta barel minyak per hari yang masih berhasil diproduksi Venezuela dapat terpengaruh.

Sebelumnya, Juan Guaido menyalahkan pemerintah atas pemadaman listrik besar-besaran di Venezuela.

"Keputusasaan dan kegelapan ini disebabkan oleh kediktatoran," kata Guaido, menuduh bahwa sekitar 20 orang telah meninggal di rumah sakit karena pemadaman listrik.

Kantor kejaksaan di Venezuela yang pro-Maduro membalas dengan penyelidikan kriminal terhadap Guaido karena sabotase. Guaido dituding ikut serta dalam pemadaman listrik. Namun pemimpin oposisi itu tetap bebas setelah AS memperingatkan "konsekuensi" jika dia ditangkap.

Maduro sendiri menuduh Washington melancarkan serangan "cybernetic" dan "elektromagnetik" terhadap pembangkit listrik tenaga air Guri milik Venezuela, yang menyuplai 80 persen listrik kepada 30 juta penduduk negara itu.

Infrastruktur Venezuela telah menurun selama bertahun-tahun karena kurangnya investasi, eksodusnya para ahli yang signifikan, dan praktik pemerintah menempatkan militer bertanggung jawab atas fasilitas dan perusahaan sipil utama. Hal itu tidak hanya berdampak pada jaringan listrik tetapi juga industri minyak vital negara itu.

Situasi telah memburuk dengan putaran sanksi berturut-turut dari AS terhadap rezim Maduro, termasuk langkah-langkah yang sangat membatasi ekspor minyaknya.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5392 seconds (0.1#10.140)