AS Ancam Stop Bantuan ke SDF Jika Bersekutu dengan Assad

Senin, 18 Februari 2019 - 10:07 WIB
AS Ancam Stop Bantuan ke SDF Jika Bersekutu dengan Assad
AS Ancam Stop Bantuan ke SDF Jika Bersekutu dengan Assad
A A A
BAGHDAD - Amerika Serikat (AS) harus meghentikan bantuan militernya kepada Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi jika pasukan oposisi itu bermitra dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad dan Rusia. Ancaman ini disampaikan jenderal senior AS, Paul LaCamera.

LaCamera adalah jenderal Angkatan Darat Amerika yang menjadi komandan koalisi internasional anti-ISIS yang dipimpin AS. SDF selama ini adalah sekutu utama Washington dalam memerangi kelompok Islamic State atau ISIS di Suriah.

Para pemimpin Kurdi Suriah telah melakukan pembicaraan dengan pemerintah Assad. Mereka berharap pasukan Assad akan melindungi wilayah otonom mereka setelah penarikan pasukan AS dari negara tersebut.

SDF takut akan serangan oleh pasukan Turki, yang mengancam akan menghancurkan milisi YPG Kurdi. Ankara melihat para petempur Kurdi Suriah tidak dapat dibedakan dari gerakan PKK Kurdi yang telah mengobarkan pemberontakan di Turki.

Tetapi LaCamera memperingatkan bahwa hukum AS melarang kerja sama dengan Rusia serta militer Assad.

"Kami akan terus melatih dan mempersenjatai mereka selama mereka tetap menjadi mitra kami," kata LaCamera, yang memuji kemenangan SDF dalam melawan militan ISIS, dikutip Reuters, Senin (18/2/2019).

Ketika ditanya apakah dukungan itu akan berlanjut jika mereka menyelaraskan diri dengan Assad, LaCamera menjawab; "Tidak."

"Hubungan itu terputus, karena mereka kembali ke rezim, yang kami tidak memiliki hubungan dengan, (atau) Rusia...ketika itu terjadi maka kami tidak akan lagi menjadi mitra dengan mereka," kata LaCamera kepada sekelompok kecil wartawan.

Keputusan mengejutkan Presiden Donald Trump Desember untuk menarik lebih dari 2.000 tentara AS dari Suriah telah memicu keprihatinan mendalam di antara sekutu AS tentang risiko kebangkitan ISIS.

Dengan dukungan AS, SDF telah mengusir ISIS dan segera merebut kembali kantong terakhir kelompok teror tersebut. Namun ISIS masih memiliki ribuan petempur yang sekarang sudah bubar dan diperkirakan akan beralih ke serangan "tabrak lari" ala gerilya.

Pada hari Jumat, jenderal berbintang empat AS yang mengawasi pasukan AS di seluruh Timur Tengah, Jenderal Joseph Votel, mengatakan kepada Reuters bahwa ia mendukung mendukung SDF selama diperlukan karena terus menekan militan ISIS.

Tetapi komentar LaCamera menjelaskan bahwa SDF mungkin harus memilih antara dukungan dari Assad, Rusia atau Amerika Serikat.

Pasukan Kurdi dan Damaskus sebagian besar menghindari pertempuran selama perang. Assad, yang telah bersumpah untuk memulihkan seluruh negara, telah lama menentang ambisi Kurdi untuk mendirikan negara federal di Suriah.

Sebelumnya pada hari Minggu, Assad memperingatkan bahwa Amerika Serikat tidak akan melindungi mereka yang bergantung Washington.

"Kami mengatakan kepada kelompok-kelompok yang bertaruh pada Amerika, Amerika tidak akan melindungi Anda," katanya tanpa menyebut nama pasukan Kurdi. "Orang Amerika akan memasukkan Anda ke dalam saku mereka sehingga Anda bisa menjadi alat barter, dan mereka sudah mulai dengan itu."

Reuters telah melaporkan bahwa keputusan Trump sebagian didorong oleh tawaran Turki untuk menjaga tekanan pada ISIS setelah Amerika Serikat mundur dari Suriah.

Tetapi pejabat AS dan mantan pejabat AS memperingatkan Ankara tidak akan bisa meniru keberhasilan SDF di seluruh wilayah Suriah yang direbut milisi oposisi itu dengan dukungan AS termasuk senjata, serangan udara, dan penasihat.

Brett McGurk, yang mengundurkan diri pada Desember sebagai utusan khusus Trump untuk koalisi anti-ISIS pimpinan AS, memperingatkan bulan lalu bahwa SDF tidak dapat digantikan sebagai penyedia stabilitas di wilayah-wilayah Suriah yang sebelumnya dipegang oleh kelompok militan. Dia juga memperingatkan bahwa Turki, sekutu NATO, bukan mitra yang dapat diandalkan dalam pertempuran di Suriah.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4053 seconds (0.1#10.140)