Isi Pidato PM India Narendra Modi yang Dicap Ujaran Kebencian terhadap Umat Islam
loading...
A
A
A
Pidato Modi Tuai Kecaman
Para kritikus mengatakan komentar Modi dibangun di atas kampanye perpecahan nasionalisme Hindu dan telah dikaitkan dengan BJP yang berkuasa, yang diperkirakan akan mengeklaim masa jabatan ketiga berturut-turut.
“Modi saat ini menyebut Muslim sebagai penyusup dan orang-orang yang memiliki banyak anak. Sejak tahun 2002 hingga hari ini, satu-satunya jaminan Modi adalah melecehkan umat Islam dan mendapatkan suara,” kata Asaduddin Owaisi, seorang anggota Parlemen Muslim dan presiden Majlis-e-Ittehad-ul-Muslimeen Seluruh India dalam sebuah posting di platform media sosial X.
Sementara itu, ketua kongres Mallikarjun Kharge mengatakan komentar Modi merupakan “ujaran kebencian” dan merupakan “sebuah taktik yang dipikirkan dengan matang untuk mengalihkan perhatian.”
Dalam sebuah postingan di X, dia menambahkan bahwa Modi telah dipengaruhi oleh “nilai-nilai Sangh", merujuk pada Rashtriya Swayamsevak Sangh—sebuah organisasi paramiliter Hindu sayap kanan yang berafiliasi dengan Modi di masa mudanya.
“Dalam sejarah India, tidak ada perdana menteri yang merendahkan martabat jabatannya seperti yang dilakukan Modi,” kata Kharga.
Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR)—organisasi advokasi dan hak-hak sipil Muslim terbesar di Amerika Serikat—juga mengecam pidato Modi dalam sebuah pernyataan yang dibagikan kepada TIME.
“Tidak masuk akal, namun tidak mengejutkan, bahwa pemimpin sayap kanan Hindutva Narendra Modi menargetkan Muslim India dengan cacian yang penuh kebencian dan berbahaya meskipun dia berperan sebagai pemimpin sebuah negara dengan warisan agama yang begitu beragam,” kata Direktur Eksekutif Nasional CAIR, Nihad Awad.
CAIR juga meminta Presiden AS Joe Biden untuk mendeklarasikan India sebagai “Negara yang Sangat Memprihatinkan" atas perlakuan sistematis yang dilakukan India terhadap Muslim India dan kelompok minoritas lainnya.
Modi pernah ditolak masuk ke AS pada tahun 2005 karena kedekatannya dengan pembantaian Gujarat tahun 2002 selama masa jabatannya sebagai menteri utama negara bagian tersebut dari tahun 2001 hingga 2014.
Kerusuhan yang bermuatan agama tersebut menyebabkan lebih dari 1.000 orang terbunuh, sebagian besar dari mereka adalah Muslim.