Balas Serangan Zionis, Milisi Pro-Iran di Irak Luncurkan Drone Kamikaze ke Pelabuhan Eilat di Israel

Sabtu, 20 April 2024 - 17:40 WIB
loading...
Balas Serangan Zionis,...
Milisi Pro-Iran di Irak membalas dendam dengan meluncurkan drone kamikaze ke Israel. Foto/Reuters
A A A
TEHERAN - Pejuang dari kelompok perlawanan anti-teror Irak telah melancarkan serangan pesawat tak berawak terhadap sasaran strategis di bagian paling selatan wilayah yang diduduki Israel pada tahun 1948. Itu sebagaitanggapan atas serangan terhadap pangkalan militer yang menampung koalisi Pasukan Mobilisasi Populer (PMF) Irak.

Perlawanan Islam di Irak, sebuah kelompok payung pejuang anti-teror, dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di saluran Telegramnya, mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap situs “vital” di pelabuhan Eilat, yang terletak di ujung utara Jalur Merah. Laut, pada Sabtu pagi.

Dikatakan bahwa serangan pesawat tak berawak itu dilakukan sebagai kelanjutan dari fase kedua perjuangan melawan rezim pendudukan Israel, untuk mendukung warga Palestina di Gaza, dan sebagai pembalasan atas pembantaian yang dilakukan entitas Zionis yang merebut kekuasaan terhadap orang-orang biasa di wilayah yang terkepung. .

Pasukan Mobilisasi Populer (PMF) Irak mencatat bahwa serangan tersebut juga dilakukan sebagai pembalasan atas pelanggaran berat terhadap kedaulatan Irak dan sebagai respons terhadap agresi terhadap kamp Hashd al-Sha’abi.

Sebelumnya, setidaknya satu orang tewas dan delapan lainnya terluka setelah sebuah pangkalan militer yang menampung pejuang Hashd al-Sha'abi terkena serangan udara di provinsi Babel di Irak tengah.

Saluran berita televisi berbahasa Arab Lebanon al-Mayadeen melaporkan bahwa “serangan udara” menargetkan pangkalan militer Calso di selatan Bagdad semalam, dan menghantam pintu masuk utama ke pangkalan tersebut dan kantor milik Hashd al-Sha’abi.

Laporan itu menambahkan bahwa serangan itu kemungkinan besar dilakukan oleh kendaraan udara tak berawak.

Sumber militer Irak yang tidak disebutkan namanya menyatakan bahwa tiga personel militer Irak terluka dalam serangan itu.



Dalam sebuah pernyataan, Hashd al-Sha’abi mengatakan “ledakan” telah menimbulkan “kerugian material” dan korban jiwa, tanpa menyebutkan jumlah korban luka.

Kelompok tersebut mengkonfirmasi bahwa lokasi mereka di pangkalan militer telah diserang dan penyelidik telah dikirim ke lokasi tersebut.

Perlawanan Islam di Irak mengatakan mereka melakukan serangan terhadap wilayah Palestina yang diduduki Israel.

Menanggapi pertanyaan dari AFP, dua sumber keamanan tidak mau mengidentifikasi siapa yang bertanggung jawab, atau mengatakan apakah itu serangan pesawat tak berawak.

“Ledakan itu mengenai peralatan, senjata, dan kendaraan,” kata seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri.

Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab.

Tak lama setelah ledakan, militer AS mengatakan pasukannya tidak berada di balik laporan serangan di Irak.

“Amerika Serikat belum melakukan serangan udara di Irak hari ini,” tulis Komando Pusat AS (CENTCOM) di platform media sosial X, seraya menambahkan bahwa laporan bahwa pasukan Amerika telah melakukan serangan “tidak benar.”

Secara terpisah, koalisi militer pimpinan AS, yang konon dibentuk untuk melawan kelompok teroris Daesh, mengumumkan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka tidak berpartisipasi atau menyerang lokasi di Irak.

Ledakan di pangkalan militer Irak terjadi ketika Perlawanan Islam di Irak berjanji akan melanjutkan operasi pembalasannya sampai Israel menghentikan genosida di Gaza.

Perlawanan Islam di Irak mengatakan mereka telah melakukan serangan baru terhadap sasaran Israel di wilayah pendudukan Palestina.

Koalisi tersebut telah melancarkan banyak serangan terhadap sasaran-sasaran Israel sejak rezim pendudukan melancarkan perang genosida di Gaza pada awal Oktober.

Israel melancarkan serangan gencarnya yang kejam terhadap Jalur Gaza, menargetkan rumah sakit, tempat tinggal, dan rumah ibadah sejak gerakan perlawanan Palestina melancarkan serangan mendadak, yang dijuluki Operasi Badai al-Aqsa, terhadap rezim perampas kekuasaan pada tanggal 7 Oktober.

Setidaknya 34.012 warga Palestina tewas, kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, dan 76.833 orang lainnya menderita luka-luka. Lebih dari 1,7 juta orang juga menjadi pengungsi internal selama perang.

(ahm)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1294 seconds (0.1#10.140)