Ambigunya Sikap AS pada India atas Pembelian S-400 Rusia
A
A
A
WASHINGTON - India mempertaruhkan dirinya untuk terkena sanksi Amerika Serikat (AS) setelah sepakat membeli sistem pertahanan rudal S-400 Rusia senilai USD5 miliar. Dua bulan setelah kesepakatan pembelian itu diteken, Washington masih bersikap ambigu antara menjatuhkan sanksi atau tidak pada New Delhi.
Pemerintah Presiden Donald Trump telah memberlakukan undang-undang penjatuhan sanksi terhadap negara lain yang bernama resmi Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA). UU yang diteken Trump tahun 2017 itu mengamanatkan penjatuhan sanksi terhadap negara mana pun yang membeli persenjataan militer dari Rusia.
UU itu dibuat sebagai respons terhadap Moskow atas berbagai tuduhan, seperti intervensi krisis Ukraina, Rusia dan dugaan ikut campur pemilu AS.
Teka-teki apakah India terkena sanksi AS atau tidak diprediksi akan terjawab pekan ini ketika Menteri Pertahanan India Nirmala Sitharaman mengadakan pembicaraan dengan Menteri Pertahanan AS James Mattis.
Mattis pada hari Senin mengatakan bahwa bukan pertama kalinya India membeli senjata dari Kremlin.
"India telah menghabiskan banyak, bertahun-tahun dalam status non-blok, dan itu menarik banyak senjata dari Rusia," kata Mattis kepada wartawan di Pentagon menjelang kedatangan Sitharaman pada Senin, seperti dilansir CNBC, Selasa (4/12/2018).
Bos Pentagon itu dijadwalkan meninggalkan Washington pada hari Selasa.
"Kami berada di sini hari ini untuk berbicara tentang semua masalah yang membawa kita lebih dekat bersama dan kami akan menyelesaikan semua masalah di sini hari ini dan di masa depan," ujar Mattis, ketika ditanya tentang pembelian S-400 Rusia oleh India.
Sistem pertahanan rudal S-400 Rusia adalah sistem rudal surface-to-air jarak jauh, yang memulai debutnya di panggung dunia pada tahun 2007. Platform ini menyaingi sistem pertahanan THAAD Lockheed Martin dan sistem pertahanan Patriot Raytheon.
Dibandingkan dengan sistem pertahanan buatan AS, S-400 buatan Rusia mampu melibatkan berbagai target yang lebih luas, pada rentang yang lebih panjang dan melawan beberapa ancaman secara bersamaan.
Terlebih lagi, platform buatan Rusia berharga sekitar USD500 juta, sedangkan baterai Patriot Pac-2 berharga USD1 miliar dan baterai THAAD berharga USD3 miliar. Rincian harga senjata pertahanan ini dikutip CNBC dari sumber intelijen AS.
Sekitar 13 negara telah menyatakan minatnya untuk membeli S-400. China, India dan Turki telah menandatangani perjanjian pembelian untuk platform rudal Moskow tersebut.
China tengah menerima pengiriman terakhir sistem S-400. Turki, sekutu NATO, dijadwalkan untuk menerima S-400 tahun depan dan diharapkan memiliki sistem yang siap digunakan pada 2020.
Pemerintah Presiden Donald Trump telah memberlakukan undang-undang penjatuhan sanksi terhadap negara lain yang bernama resmi Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA). UU yang diteken Trump tahun 2017 itu mengamanatkan penjatuhan sanksi terhadap negara mana pun yang membeli persenjataan militer dari Rusia.
UU itu dibuat sebagai respons terhadap Moskow atas berbagai tuduhan, seperti intervensi krisis Ukraina, Rusia dan dugaan ikut campur pemilu AS.
Teka-teki apakah India terkena sanksi AS atau tidak diprediksi akan terjawab pekan ini ketika Menteri Pertahanan India Nirmala Sitharaman mengadakan pembicaraan dengan Menteri Pertahanan AS James Mattis.
Mattis pada hari Senin mengatakan bahwa bukan pertama kalinya India membeli senjata dari Kremlin.
"India telah menghabiskan banyak, bertahun-tahun dalam status non-blok, dan itu menarik banyak senjata dari Rusia," kata Mattis kepada wartawan di Pentagon menjelang kedatangan Sitharaman pada Senin, seperti dilansir CNBC, Selasa (4/12/2018).
Bos Pentagon itu dijadwalkan meninggalkan Washington pada hari Selasa.
"Kami berada di sini hari ini untuk berbicara tentang semua masalah yang membawa kita lebih dekat bersama dan kami akan menyelesaikan semua masalah di sini hari ini dan di masa depan," ujar Mattis, ketika ditanya tentang pembelian S-400 Rusia oleh India.
Sistem pertahanan rudal S-400 Rusia adalah sistem rudal surface-to-air jarak jauh, yang memulai debutnya di panggung dunia pada tahun 2007. Platform ini menyaingi sistem pertahanan THAAD Lockheed Martin dan sistem pertahanan Patriot Raytheon.
Dibandingkan dengan sistem pertahanan buatan AS, S-400 buatan Rusia mampu melibatkan berbagai target yang lebih luas, pada rentang yang lebih panjang dan melawan beberapa ancaman secara bersamaan.
Terlebih lagi, platform buatan Rusia berharga sekitar USD500 juta, sedangkan baterai Patriot Pac-2 berharga USD1 miliar dan baterai THAAD berharga USD3 miliar. Rincian harga senjata pertahanan ini dikutip CNBC dari sumber intelijen AS.
Sekitar 13 negara telah menyatakan minatnya untuk membeli S-400. China, India dan Turki telah menandatangani perjanjian pembelian untuk platform rudal Moskow tersebut.
China tengah menerima pengiriman terakhir sistem S-400. Turki, sekutu NATO, dijadwalkan untuk menerima S-400 tahun depan dan diharapkan memiliki sistem yang siap digunakan pada 2020.
(mas)