AS Isyaratkan Tak Senang India Beli Sistem Rudal S-400 Rusia

Rabu, 06 Januari 2021 - 01:24 WIB
loading...
AS Isyaratkan Tak Senang...
Sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia. Foto/REUTERS
A A A
WASHINGTON - Sebuah laporan Kongres Amerika Serikat (AS) mengisyaratkan bahwa Washington tidak senang dengan kesepakatan pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Rusia oleh India .

Laporan itu juga memperingatkan bahwa kesepakatan multi-miliar dollar itu bisa mendorong Washington menjatuhkan sanksi terhadap New Delhi. (Baca: Wisata Seks Dubai, Buah Normalisasi Hubungan UEA dengan Israel )

"India sangat ingin untuk lebih banyak berbagi teknologi dan inisiatif produksi bersama, sementara Amerika Serikat mendesak lebih banyak reformasi dalam kebijakan offset pertahanan India dan batas Investasi Langsung Asing yang lebih tinggi dalam sektor pertahanannya," bunyi laporan Layanan Riset Kongres (CRS) kepada Kongres AS.

Sekadar diketahui, CRS adalah sayap penelitian independen dan bipartisan Kongres AS.

CRS mengatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan laporan untuk anggota Kongres agar mereka dapat membuat keputusan yang tepat. "Kesepakatan multi-miliar dolar India untuk membeli sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia dapat memicu sanksi AS terhadap India di bawah Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi (CAATSA)," lanjut laporan CRS seperti dikutip NDTV, Rabu (6/1/2021). (Baca juga: Dikira Prank, Telepon Trump ke Pejabat Georgia Ditolak 18 Kali )

India dan Rusia telah menandatangani kesepakatan senilai USD5 miliar pada Oktober 2018 di mana disepakati bahwa Moskow akan memberikan lima unit sistem rudal pertahanan udara S-400 ke India. India memutuskan untuk menyelesaikan kesepakatan itu meskipun ada peringatan dari AS bahwa Washington dapat menjatuhkan sanksi kepada New Delhi jika kesepakatan itu tetap berjalan.

Pada 15 Desember, AS telah menjatuhkan sanksi kepada Turki karena nekat membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia. Perlu diingat bahwa sistem pertahanan surface-to-air itu diakuisisi oleh Turki dari Rusia pada pertengahan 2019. Saat itu Turki sempat mengatakan bahwa akuisisi tersebut tidak menimbulkan ancaman bagi sekutu NATO.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1575 seconds (0.1#10.140)