Iran Disebut Gunakan Rudal Hipersonik yang Tak Terhentikan saat Serang Israel
loading...
A
A
A
TEHERAN - Teheran menembakkan lusinan rudal balistik dan jelajah serta ratusan drone ke Israel pada Sabtu malam atau Minggu dini hari sebagai tanggapan atas serangan Zionis pada 1 April di kompleks Kedutaan Besar Iran di Damaskus, Suriah.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan bahwa 99 persen proyektil ditembak jatuh dan serangan Iran gagal. Sebaliknya, Iran mengatakan pihaknya mencapai tujuan strategisnya.
Republik Islam Iran menggunakan rudal hipersonik selama Operasi Janji Sejati terhadap Israel, yang semuanya menghantam sasaran setelah menghindari pertahanan udara dan rudal Israel. Demikian menurut laporan Press TV yang mengutip sumber Iran.
Kantor berita dan lembaga penyiaran Iran tidak merinci rincian rudal yang digunakan, berapa banyak yang ditembakkan, atau apa targetnya.
Namun, sebelumnya, media Iran melaporkan bahwa Republik Islam Iran menembakkan setidaknya tujuh rudal hipersonik selama serangan itu, namun tidak ada satupun yang dapat dicegat.
Secara terpisah, pakar keamanan nasional Lebanon Ali Hamie mengatakan kepada Sputnik bahwa dia mendapat informasi bahwa Iran telah menembakkan rudal hipersonik Fattah 2 barunya dalam serangan Sabtu malam.
Fattah 2—secara harfiah berarti Penakluk 2 atau Pemberi Kemenangan 2—adalah rudal hipersonik berbahan bakar cair yang diluncurkan pada November 2023, dengan jangkauan yang dinyatakan hingga 1.500 km, hulu ledak 450 kg, dan memiliki kemampuan bermanuver dalam penerbangan.
Ini adalah salah satu dari dua rudal hipersonik yang ada di gudang senjata Iran, dan yang lainnya adalah Fattah 1—rudal hipersonik berbahan bakar padat dan dapat bermanuver dengan jangkauan 1.400 km, muatan 350-450 kg dan dilaporkan mampu berakselerasi hingga kecepatan Mach 13 hingga Mach 15 di tahap terminal.
Kecepatan ini, dikombinasikan dengan kemampuan manuver rudal Fattah, mungkin menyulitkan pertahanan udara dan rudal Israel yang canggih untuk menjatuhkannya.
Selama beberapa dekade, pasukan pertahanan udara Israel harus berkonsentrasi pada ancaman yang ditimbulkan oleh roket-roket buatan garasi yang ditembakkan oleh milisi di Gaza, dan oleh aktor-aktor non-negara yang memiliki persenjataan lebih baik di Lebanon dan Yaman.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan bahwa 99 persen proyektil ditembak jatuh dan serangan Iran gagal. Sebaliknya, Iran mengatakan pihaknya mencapai tujuan strategisnya.
Republik Islam Iran menggunakan rudal hipersonik selama Operasi Janji Sejati terhadap Israel, yang semuanya menghantam sasaran setelah menghindari pertahanan udara dan rudal Israel. Demikian menurut laporan Press TV yang mengutip sumber Iran.
Kantor berita dan lembaga penyiaran Iran tidak merinci rincian rudal yang digunakan, berapa banyak yang ditembakkan, atau apa targetnya.
Namun, sebelumnya, media Iran melaporkan bahwa Republik Islam Iran menembakkan setidaknya tujuh rudal hipersonik selama serangan itu, namun tidak ada satupun yang dapat dicegat.
Secara terpisah, pakar keamanan nasional Lebanon Ali Hamie mengatakan kepada Sputnik bahwa dia mendapat informasi bahwa Iran telah menembakkan rudal hipersonik Fattah 2 barunya dalam serangan Sabtu malam.
Fattah 2—secara harfiah berarti Penakluk 2 atau Pemberi Kemenangan 2—adalah rudal hipersonik berbahan bakar cair yang diluncurkan pada November 2023, dengan jangkauan yang dinyatakan hingga 1.500 km, hulu ledak 450 kg, dan memiliki kemampuan bermanuver dalam penerbangan.
Ini adalah salah satu dari dua rudal hipersonik yang ada di gudang senjata Iran, dan yang lainnya adalah Fattah 1—rudal hipersonik berbahan bakar padat dan dapat bermanuver dengan jangkauan 1.400 km, muatan 350-450 kg dan dilaporkan mampu berakselerasi hingga kecepatan Mach 13 hingga Mach 15 di tahap terminal.
Kecepatan ini, dikombinasikan dengan kemampuan manuver rudal Fattah, mungkin menyulitkan pertahanan udara dan rudal Israel yang canggih untuk menjatuhkannya.
Selama beberapa dekade, pasukan pertahanan udara Israel harus berkonsentrasi pada ancaman yang ditimbulkan oleh roket-roket buatan garasi yang ditembakkan oleh milisi di Gaza, dan oleh aktor-aktor non-negara yang memiliki persenjataan lebih baik di Lebanon dan Yaman.