Bagaimana Rusia Meningkatkan Intelijen yang Solid dan Taktik Baru dalam Invasi ke Ukraina?

Sabtu, 06 April 2024 - 21:21 WIB
loading...
A A A
Di tengah penantian yang penuh penderitaan untuk terjadinya serangan lagi, para pejabat Ukraina sedang mendiskusikan cara untuk melindungi pembangkit listrik dengan lebih baik. Salah satu solusinya mungkin dengan melakukan desentralisasi dengan menciptakan jaringan fasilitas kecil yang lebih sulit dijangkau dibandingkan pabrik besar.

Waktu terjadinya serangan membingungkan banyak pengamat.

Rusia biasanya melakukan serangan skala besar terhadap infrastruktur energi pada bulan-bulan puncak musim dingin, ketika permintaan energi panas berada pada titik tertinggi. Kampanye musim semi menunjukkan bahwa Rusia terlambat dari jadwal dalam meluncurkan taktik baru, kata Oleksandr Kharchenko, direktur Pusat Penelitian Industri Energi yang berbasis di Kyiv.

“Saya sangat yakin mereka ingin melakukan ini satu bulan sebelumnya,” katanya.

Rusia, seperti yang diharapkan, menargetkan infrastruktur energi dalam tiga bulan terakhir tahun lalu, ketika suhu turun di bawah titik beku. Namun jaringan tegangan tinggi telah siap untuk menahan serangan tersebut, dan lokasi yang rusak segera diperbaiki. Pada bulan Desember, Rusia menerima bahwa taktik lama tidak berhasil.

Ketika musim dingin berlalu, Rusia mulai menyusun skema baru.

“Mereka melakukan pekerjaan intelijen yang sangat besar,” kata Kharchenko, sambil menunjuk pada sifat sebenarnya dari serangan tersebut dan kerusakan yang diakibatkannya. Militer Rusia tampaknya “mengetahui segalanya tentang status banyak objek infrastruktur energi saat ini,” termasuk pertahanannya.

Setelah target dipilih, Rusia menyerbu target tersebut dengan rudal dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Jika sebelumnya mereka meluncurkan tiga drone dan dua rudal per sasaran, kini mereka mengirimkan enam rudal dan hingga 15 drone, ujarnya.

Sistem pertahanan udara tidak dapat menghentikan semuanya. “Itu terlalu berlebihan,” katanya.

Sebelum serangan tanggal 22 Maret, para pekerja beroperasi dengan asumsi bahwa pertahanan udara akan mampu menghancurkan 70% serangan udara. Serangan yang terjadi seringkali terjadi di pinggiran pabrik, kata Serhii, seorang manajer pabrik.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0848 seconds (0.1#10.140)