Ukraina Mengalami Kekurangan Jumlah Tentara, tapi Kenapa Ngotot Melanjutkan Perang dengan Rusia?

Rabu, 03 April 2024 - 17:22 WIB
loading...
Ukraina Mengalami Kekurangan Jumlah Tentara, tapi Kenapa Ngotot Melanjutkan Perang dengan Rusia?
Tentara Ukraina mengalami kekurangan jumlah dalam perang melawan Rusia. Foto/AP
A A A
KYIV - Ukraina menurunkan usia wajib militer dari 27 menjadi 25 tahun dalam upaya untuk mengisi kembali barisan mereka yang terkuras setelah lebih dari dua tahun berperang menyusul invasi skala penuh Rusia.

Undang-undang mobilisasi baru ini mulai berlaku sehari setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menandatanganinya. Parlemen Ukraina, Verkhovna Rada, mengesahkannya tahun lalu.

Belum jelas mengapa Zelensky membutuhkan waktu lama untuk menandatangani undang-undang tersebut. Dia tidak memberikan komentar publik mengenai hal ini, dan para pejabat tidak mengatakan berapa banyak tentara baru yang diharapkan negaranya atau unit mana yang akan diterima.

Wajib militer telah menjadi masalah sensitif di Ukraina selama berbulan-bulan di tengah meningkatnya kekurangan pasukan infanteri dan juga kekurangan amunisi yang parah yang membuat Rusia mengambil inisiatif di medan perang. Masalah yang dihadapi Rusia dalam hal sumber daya manusia dan perencanaan sejauh ini menghalangi negara tersebut untuk mengambil keuntungan penuh dari keunggulan yang dimilikinya.

Usia rata-rata tentara Ukraina, seperti yang ada di pihak Rusia, adalah sekitar 40 tahun. Beberapa warga Ukraina khawatir bahwa mengeluarkan generasi muda dari angkatan kerjanya akan menjadi bumerang karena semakin merugikan perekonomian yang dilanda perang, namun masalahnya dilaporkan menjadi akut ketika Kiev bersiap menghadapi serangan musim panas yang diperkirakan akan dilakukan oleh pasukan Kremlin.

Antusiasme awal untuk berperang melawan pasukan Kremlin telah berkurang, meskipun dukungan masyarakat terhadap perang tersebut masih tetap tinggi.

Ukraina saat ini melarang pria berusia di bawah 60 tahun bepergian ke luar negeri. Banyak pria Ukraina yang menghindari wajib militer dengan bersembunyi di rumah atau mencoba menyuap agar mereka bisa keluar dari pertempuran. Para komandan mengatakan mereka tidak mempunyai cukup tentara untuk melancarkan serangan, dan hampir tidak cukup untuk mempertahankan posisi ketika serangan Rusia semakin intensif.

AP melaporkan, populasi Rusia tiga kali lebih besar dari populasi Ukraina, dan Presiden Vladimir Putin telah menunjukkan kesediaan untuk memaksa laki-laki untuk berperang jika tidak ada cukup sukarelawan.

Zelenskyy jarang menyinggung masalah mobilisasi, dan parlemen melampirkan lebih dari 1.000 amandemen terhadap undang-undang mobilisasi yang ia tandatangani.



Desember lalu, Zelenskyy mengatakan militer Ukraina ingin memobilisasi hingga 500.000 tentara lagi. Namun dia mengatakan dia telah meminta para petinggi untuk menjelaskan rincian tentang “masalah yang sangat sensitif” sebelum memutuskan apakah akan mengabulkan keinginan mereka.

Mobilisasi besar-besaran seperti itu akan merugikan Ukraina sebesar $13,4 miliar, kata Zelenskyy pada saat itu. Aspek lain yang harus dipertimbangkan termasuk apakah pasukan yang saat ini berada di garis depan akan dirotasi atau diizinkan pulang, katanya.

Perlunya mobilisasi yang luas untuk menambah jumlah pasukan Ukraina dilaporkan merupakan salah satu bidang perselisihan antara Zelenskyy dan Jenderal Valerii Zaluzhnyi, panglima angkatan bersenjata Ukraina yang populer yang digantikan oleh presiden pada bulan Februari.

Statistik Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan militer Ukraina memiliki hampir 800.000 tentara pada bulan Oktober. Itu tidak termasuk Garda Nasional atau unit lainnya. Secara total, 1 juta warga Ukraina berseragam.

Sementara itu, angkatan udara Ukraina mengatakan pihaknya menembak jatuh empat drone yang diluncurkan Rusia semalam di provinsi-provinsi tengah.

Seorang anak laki-laki berusia 11 tahun meninggal di rumah sakit akibat luka yang dideritanya selama serangan Rusia di daerah Kupiansk pada hari Selasa, menurut Gubernur wilayah Kharkiv Oleh Syniehubov. Ayahnya yang berusia 58 tahun tewas dalam serangan itu.

Zelenskyy mengatakan pada hari Rabu bahwa Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina, “melihat penghinaan dan penderitaan setiap hari” akibat serangan udara Rusia yang tak henti-hentinya.

Serangan Rusia di seluruh negeri “menimbulkan malapetaka,” tulis Zelenskyy di X, dalam seruan kepada mitra Barat Ukraina untuk memasok lebih banyak sistem pertahanan udara.

Pada bulan Maret saja, pasukan Kremlin meluncurkan lebih dari 400 rudal dari berbagai jenis, 600 drone Shahed rancangan Iran, dan lebih dari 3.000 bom udara berpemandu terhadap Ukraina, katanya.

(ahm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1172 seconds (0.1#10.140)