Latar Belakang Konflik Rusia-Prancis dan Potensi Perang Nuklir
loading...
A
A
A
MOSKOW - Hubungan antara Rusia dan Prancis semakin memanas setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron tidak menutup kemungkinan pengiriman tentara Prancis ke Ukraina untuk membantu melawan Rusia.
Kepala Staf Angkatan Darat Prancis Jenderal Pierre Schill menyatakan mereka “sudah siap” berperang. Schill juga menegaskan Prancis dapat mengerahkan satu divisi berisi 20.000 tentara dalam koalisi NATO dalam waktu 30 hari.
Di sisi lain, ancaman Prancis mendapat sambutan dari Rusia. Anggota parlemen Rusia, Pyotr Tolstoy, mengancam pasukan Rusia akan membunuh semua tentara Prancis yang dikerahkan di Ukraina.
Kepala Dinas Intelijen Luar Negeri Rusia, Sergei Naryshkin, juga menyebut Prancis berencana mengirimkan 2.000 tentara ke Ukraina.
Retorika Prancis dan Rusia ini semakin memanaskan konflik yang telah membara di Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengingatkan ancaman Perang Dunia Ketiga jika Barat dan NATO masih ikut campur dalam konflik Rusia dan Ukraina.
Ancaman ini juga disampaikan Dmitry Medvedev, mantan Presiden Rusia dan sahabat Putin, yang sekarang adalah wakil ketua Dewan Keamanan Rusia.
Medvedev menulis dalam posting Telegram bahwa eskalasi seperti itu akan menjadi "skenario bencana bagi semua orang".
Dia menekankan konflik langsung dan terbuka antara NATO dan Rusia selalu memiliki risiko berubah menjadi perang nuklir skala penuh.
Kepala intelijen AS memperkirakan Putin berpotensi menggunakan senjata nuklir jika merasa kalah perang di Ukraina atau jika rezimnya berada di bawah ancaman.
Konflik antara Rusia dan Prancis, yang berakar dari situasi di Ukraina, telah mencapai titik kritis.
Ancaman perang nuklir, meskipun mungkin hanya retorika, menunjukkan betapa seriusnya situasi ini.
Meskipun demikian, banyak pihak berharap diplomasi dan negosiasi akan menang atas konflik dan kekerasan, demi perdamaian dan stabilitas global.
Kepala Staf Angkatan Darat Prancis Jenderal Pierre Schill menyatakan mereka “sudah siap” berperang. Schill juga menegaskan Prancis dapat mengerahkan satu divisi berisi 20.000 tentara dalam koalisi NATO dalam waktu 30 hari.
Di sisi lain, ancaman Prancis mendapat sambutan dari Rusia. Anggota parlemen Rusia, Pyotr Tolstoy, mengancam pasukan Rusia akan membunuh semua tentara Prancis yang dikerahkan di Ukraina.
Kepala Dinas Intelijen Luar Negeri Rusia, Sergei Naryshkin, juga menyebut Prancis berencana mengirimkan 2.000 tentara ke Ukraina.
Retorika Prancis dan Rusia ini semakin memanaskan konflik yang telah membara di Ukraina.
Potensi Perang Nuklir antara Rusia dan NATO
Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengingatkan ancaman Perang Dunia Ketiga jika Barat dan NATO masih ikut campur dalam konflik Rusia dan Ukraina.
Ancaman ini juga disampaikan Dmitry Medvedev, mantan Presiden Rusia dan sahabat Putin, yang sekarang adalah wakil ketua Dewan Keamanan Rusia.
Medvedev menulis dalam posting Telegram bahwa eskalasi seperti itu akan menjadi "skenario bencana bagi semua orang".
Dia menekankan konflik langsung dan terbuka antara NATO dan Rusia selalu memiliki risiko berubah menjadi perang nuklir skala penuh.
Kepala intelijen AS memperkirakan Putin berpotensi menggunakan senjata nuklir jika merasa kalah perang di Ukraina atau jika rezimnya berada di bawah ancaman.
Konflik antara Rusia dan Prancis, yang berakar dari situasi di Ukraina, telah mencapai titik kritis.
Ancaman perang nuklir, meskipun mungkin hanya retorika, menunjukkan betapa seriusnya situasi ini.
Meskipun demikian, banyak pihak berharap diplomasi dan negosiasi akan menang atas konflik dan kekerasan, demi perdamaian dan stabilitas global.
(sya)