Profil Shaun King, Eks Pendeta Kristen Tersohor AS Masuk Islam karena Gaza
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jeffery Shaun King, seorang aktivis dan mantan pendeta Kristen tersohor Amerika Serikat (AS), mengumumkan bahwa dia masuk Islam setelah menyaksikan krisis kemanusiaan di Gaza. Dia masuk Islam tepat pada hari pertama Ramadan di Amerika, Senin (11/3/2024)
“Saya tidak tahu apakah saya akan berada di sini hari ini tanpa penderitaan, rasa sakit, dan trauma selama enam bulan terakhir yang kita lihat di Gaza,” kata King.
“Saya sangat tersentuh melihat orang-orang yang saat ini berada di tempat yang paling berbahaya dan traumatis di muka bumi ini, terkadang masih bisa melihat apa pun kecuali puing-puing dan sisa-sisa keluarga mereka, dan masih bisa melihat makna dan tujuan hidup," ujarnya, seperti dikutip Relevant Magazine, Selasa (12/3/2024).
Dalam sebuah video yang dibagikan ke Facebook, Shaun King dan istrinya; Rai King membacakan syahadat—ikrar iman Muslim—di bawah bimbingan imam Palestina-Amerika Omar Suleiman di sebuah masjid di Dallas, Texas.
King menjelaskan bahwa keputusannya untuk masuk Islam tidak hanya berasal dari apa yang dia saksikan di Gaza, namun juga dari kekagumannya terhadap warisan Malcolm X dan hubungannya yang mendalam dengan teman-teman Muslimnya.
Jeffery Shaun King lahir pada 17 September 1979 di Franklin County, Kentucky, AS.
Dia menjadi pendeta di Total Grace Christian Church di DeKalb County, Georgia, sebelum meluncurkan Courageous Church di Atlanta pada tahun 2008.
Selama empat tahun sebagai pendeta, dia memanfaatkan media sosial untuk mendatangkan anggota baru, sehingga dia mendapat julukan “The Facebook Pastor".
King juga mulai menggunakan media sosial untuk meningkatkan kesadaran akan masalah keadilan sosial.
Pada tahun 2012, King mengundurkan diri dari Courageous Church, dengan alasan “stres dan kekecewaan pribadi.”
Dia terus mengembangkan platform media sosialnya dengan melakukan advokasi bagi korban kebrutalan polisi, mengumpulkan dana untuk berbagai badan amal dan organisasi nirlaba, dan bekerja sama dengan gerakan Black Lives Matter.
Dia telah bekerja sebagai kontributor tetap di beberapa media seperti The Daily Kos, The New York Daily News dan The Young Turks, menulis secara ekstensif tentang hak-hak sipil dan hak asasi manusia, hubungan ras, kebrutalan polisi, penahanan massal dan pelanggaran penegakan hukum.
King sangat vokal mengenai konflik Israel-Hamas sejak perang pecah di Gaza 7 Oktober 2023, dengan menggalang dukungan online untuk para korban Palestina dan keluarga mereka.
Pada bulan Desember, King mengeklaim bahwa akun Instagramnya dengan lebih dari enam juta pengikut diblokir sebagai tanggapan atas dukungannya terhadap Palestina secara online.
“Saya tidak tahu apakah saya akan berada di sini hari ini tanpa penderitaan, rasa sakit, dan trauma selama enam bulan terakhir yang kita lihat di Gaza,” kata King.
“Saya sangat tersentuh melihat orang-orang yang saat ini berada di tempat yang paling berbahaya dan traumatis di muka bumi ini, terkadang masih bisa melihat apa pun kecuali puing-puing dan sisa-sisa keluarga mereka, dan masih bisa melihat makna dan tujuan hidup," ujarnya, seperti dikutip Relevant Magazine, Selasa (12/3/2024).
Dalam sebuah video yang dibagikan ke Facebook, Shaun King dan istrinya; Rai King membacakan syahadat—ikrar iman Muslim—di bawah bimbingan imam Palestina-Amerika Omar Suleiman di sebuah masjid di Dallas, Texas.
King menjelaskan bahwa keputusannya untuk masuk Islam tidak hanya berasal dari apa yang dia saksikan di Gaza, namun juga dari kekagumannya terhadap warisan Malcolm X dan hubungannya yang mendalam dengan teman-teman Muslimnya.
Profil Shaun King, Eks Pendeta Kristen yang Masuk Islam
Jeffery Shaun King lahir pada 17 September 1979 di Franklin County, Kentucky, AS.
Dia menjadi pendeta di Total Grace Christian Church di DeKalb County, Georgia, sebelum meluncurkan Courageous Church di Atlanta pada tahun 2008.
Selama empat tahun sebagai pendeta, dia memanfaatkan media sosial untuk mendatangkan anggota baru, sehingga dia mendapat julukan “The Facebook Pastor".
King juga mulai menggunakan media sosial untuk meningkatkan kesadaran akan masalah keadilan sosial.
Pada tahun 2012, King mengundurkan diri dari Courageous Church, dengan alasan “stres dan kekecewaan pribadi.”
Dia terus mengembangkan platform media sosialnya dengan melakukan advokasi bagi korban kebrutalan polisi, mengumpulkan dana untuk berbagai badan amal dan organisasi nirlaba, dan bekerja sama dengan gerakan Black Lives Matter.
Dia telah bekerja sebagai kontributor tetap di beberapa media seperti The Daily Kos, The New York Daily News dan The Young Turks, menulis secara ekstensif tentang hak-hak sipil dan hak asasi manusia, hubungan ras, kebrutalan polisi, penahanan massal dan pelanggaran penegakan hukum.
King sangat vokal mengenai konflik Israel-Hamas sejak perang pecah di Gaza 7 Oktober 2023, dengan menggalang dukungan online untuk para korban Palestina dan keluarga mereka.
Pada bulan Desember, King mengeklaim bahwa akun Instagramnya dengan lebih dari enam juta pengikut diblokir sebagai tanggapan atas dukungannya terhadap Palestina secara online.
(mas)