5 Fakta Perang Ramadan 1973, Apa Berpotensi Terulang?
loading...
A
A
A
Mengutip Al Jazeera, kedua pemimpin negara tersebut bahkan membuat perjanjian untuk menyatukan tentaranya dalam satu komando.
Pada akhirnya, dipilih waktu penyerangan dalam momen hari raya Yom Kippur. Awalnya, pihak Israel mengalami kerugian besar karena kurang persiapan.
Namun, setelahnya mereka mengatur pasukan dan strategi untuk membalikkan keadaan. Dalam waktu kurang dari 24 jam, Israel mengerahkan dua divisi lapis baja dan yang segera mengubah alur pertempuran.
Melihat kondisi Suriah yang mulai terdesak, unit-unit tentara Irak, Arab Saudi dan Yordania bergabung dalam pertempuran guna menghadapi serangan balik. Namun, Israel terus maju dan mendesak koalisi negara Arab.
Pihak utama yang berperang dalam Perang Ramadan 1973 adalah Israel melawan Mesir-Suriah di pihak koalisi Arab. Sebagai informasi, koalisi juga didukung sejumlah negara lain, termasuk yang berada di luar Timur Tengah.
Selain itu, Amerika Serikat dan Uni Soviet juga campur tangan dalam perang ini. Keduanya saling memihak dan memasok bantuan senjata.
Hasil Perang Ramadan 1973 masih menjadi perdebatan. Dalam hal ini, masing-masing pihak saling mengklaim versinya.
Pada minggu terakhir bulan Oktober, kedua belah pihak bersedia menerima kesepakatan gencatan senjata.
Perkiraan menyebutkan tentara Israel yang tewas sebanyak 2.600 orang dan 8.800 terluka, Mesir kehilangan 7.700 orang, serta Suriah sekitar 3.500 orang.
Pada 22 Oktober, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 338 yang menyerukan gencatan senjata. Beberapa hari berselang, para pemimpin militer Israel dan Mesir bertemu untuk membahasnya.
Setelah beberapa waktu terus bernegosiasi, akhirnya tercapai kesepakatan. Waktu itu, perjanjian perdamaian antara Israel dan Mesir dibentuk dan membuat sebagian wilayah Sinai yang sebelumnya dikuasai Tel Aviv dikembalikan.
Pada akhirnya, dipilih waktu penyerangan dalam momen hari raya Yom Kippur. Awalnya, pihak Israel mengalami kerugian besar karena kurang persiapan.
Namun, setelahnya mereka mengatur pasukan dan strategi untuk membalikkan keadaan. Dalam waktu kurang dari 24 jam, Israel mengerahkan dua divisi lapis baja dan yang segera mengubah alur pertempuran.
Melihat kondisi Suriah yang mulai terdesak, unit-unit tentara Irak, Arab Saudi dan Yordania bergabung dalam pertempuran guna menghadapi serangan balik. Namun, Israel terus maju dan mendesak koalisi negara Arab.
4. Pihak yang Terlibat
Pihak utama yang berperang dalam Perang Ramadan 1973 adalah Israel melawan Mesir-Suriah di pihak koalisi Arab. Sebagai informasi, koalisi juga didukung sejumlah negara lain, termasuk yang berada di luar Timur Tengah.
Selain itu, Amerika Serikat dan Uni Soviet juga campur tangan dalam perang ini. Keduanya saling memihak dan memasok bantuan senjata.
5. Hasil Perang
Hasil Perang Ramadan 1973 masih menjadi perdebatan. Dalam hal ini, masing-masing pihak saling mengklaim versinya.
Pada minggu terakhir bulan Oktober, kedua belah pihak bersedia menerima kesepakatan gencatan senjata.
Perkiraan menyebutkan tentara Israel yang tewas sebanyak 2.600 orang dan 8.800 terluka, Mesir kehilangan 7.700 orang, serta Suriah sekitar 3.500 orang.
Pada 22 Oktober, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 338 yang menyerukan gencatan senjata. Beberapa hari berselang, para pemimpin militer Israel dan Mesir bertemu untuk membahasnya.
Setelah beberapa waktu terus bernegosiasi, akhirnya tercapai kesepakatan. Waktu itu, perjanjian perdamaian antara Israel dan Mesir dibentuk dan membuat sebagian wilayah Sinai yang sebelumnya dikuasai Tel Aviv dikembalikan.